“Dengarkan aku Arsyana, aku sama sekali tidak main-main. Jadi sebaiknya kau tak menolak tawaranku. Karena jika kamu menolaknya, aku bisa saja menendang ibumu saat ini juga dari rumah sakit pamanku!” Devina mulai melancarkan ancamannya kepada Arsyana.
Dan kali ini tampak jelas, kalau acaman Devina pada Arsyana tidaklah main-main.
Arsyana menatap Devina dengan penuh rasa tidak percaya. Bagaimana bisa, wanita itu menawarkan hal yang gila kepadanya?
Sekalipun gadis itu memang sangat membutuhkan uang. Namun tetap saja, untuk mengandung bayi dari suami orang lain, itu hal yang gila menurut Arsyana.
Bahkan, walau sesulit apapun keadaannya, Arsyana tak pernah sekalipun memiliki pikiran untuk menjual diri hanya demi mendapatkan uang.
Arsyana menggenggam erat smartphone yang di rebutnya dari Devina dengan gemetar, sekalipun nafasnya memburu, namun seketika tubuhnya terasa sangat lemas. Tatapan mata gadis itu mulai bergetar, dan barkaca-kaca menahan buliran bening yang seakan menyeruak memaksa untuk keluar dari pelupuk matanya.
Arsyana tertunduk sesaat, dia menahan kuat untuk tidak menangis di hadapan wanita yang di anggapnya gila itu.
Segenap kemampuannya, Arsyana berusaha keras untuk terlihat tegar di hadapan Devina yang saat ini menatapnya, seakan-akan wanita itu sedang mengejek keadaan dirinya saat ini.
“Baiklah, aku beri waktu kau dua hari. Ingat, hanya dua hari! Dan kau harus memutuskan dengan suka rela, sebelum aku benar-benar memaksa mu!” pungkas Devina penuh penekanan.
“Keluarkan dia!” titah Arsyana pada asistennya.
“Baik Nyonya,” sahut Sang Asisten sambil menganggukan kepalanya.
Lalu asisten Devina pun keluar dari dalam mobil, dan membukakan pintu mobil di samping Arsyana untuk mempersilahkannya keluar dari dalam mobil.
“Silahkan keluar Nona,” ucap Sang Asisten pada Arsyana.
Arsyana yang sesaat diam terpaku, dia sontak menoleh ke arah asisten Devina, lalu mengangguk pelan untuk keluar dari dalam mobilnya Devina.
Setelah Arsyana keluar, asisten Devina pun kembali memasuki mobil. Lalu mobil sedan mewah berwarna hitam itu berlalu pergi begitu saja, meninggalkan Arsyana di tempatnya semula.
Seketika Arsyana terjatuh ambruk ke tanah sambil menatap mobil sedan itu menjauh, dan menghilang dari pandangannya.
Arsyana kembali mencerna apa yang baru saja terjadi. Dia mencerna kembali ancaman yang di layangkan Devina, serta tawaran gila Devina untuknya. Dimana Devina memintanya mengandung anak dari pria yang merupakan suami Devina sendiri.
* * * * *
Di sepanjang perjalanan menuju kantor suaminya, Devina terus saja berpikir sambil tersenyum licik. Karena akhirnya dia menmukan seorang gadis yang bisa di jadikannya sebagai target, untuk mengandung bayi dari suaminya Kelvin dengan membayar rahim gadis itu seharga satu miliar.
Niatan Devina mungkin terkesan gila. Namun dia melakukan itu untuk bisa mewujudkan segala ambisinya, agar tidak di tendang dari keluarga Daviandra karena kemandulannya, yang menyebabkan Devina tidak bisa memberikan anak untuk keluarga suaminya Kelvin Daviandra.
Hingga akhirnya, muncullah ide gila di benak Devina. Dia mendapatkan ide untuk membayar rahim gadis lain, agar bisa mengandung bayi dari suaminya sendiri, serta memberikan bayi yang selama lima tahun terakhir sangat di nantikan di dalam pernikahannya bersama Kelvin selama ini.
Setibanya di gedung kantor, Devina bergegas menuju ke lantai 18, dimana ruangan kerja Kelvin berada.
“Honey....”
Devina langsung saja berteriak memanggil Kelvin, begitu dia memasuki ruangan kerja suaminya.
“Ah, Devina ....” sapa Kelvin menyambut kedatangan Istrinya tercinta.
Devina meghampiri Kelvin, lalu mengambil posisi duduk di pangkuan Kelvin dengan manja.
“Tumben sekali kau datang Devina?” tanya Kelvin sambil merangkul pinggang ramping milik Devina, dan merapatkan tubuh keduanya sampai begitu rapat.
“Aku sangat merindukan mu Honey ... tentu saja aku akan datang berkunjung untuk melepaskan rinduku ini,” jawab Devina sambil berkedip nakal menggoda Kelvin.
Kelvin seketika terkekeh dengan kelakuan nakal Istrinya itu, dan dia pun langsung meraih sebuah remote kontrol di atas meja kerjanya. Lalu menakan tombol remote itu, hingga sebuah pintu menuju sebuah ruangan rahasia di balik dinding ruangan kantornya terbuka secara otomatis.
Kelvin langsung saja memangku tubuh Devina, dan membawanya masuk ke dalam ruangan rahasia, yang di jadikannya sebagai kamar pribadi di saat dia berada di kantor.
“Buktikan padaku Devina, kalau kau benar-benar merindukan ku,” tantang Kelvin sambil tersenyum tipis, dan menatap Devina dengan sorot mata kelaparan.
“Baiklah Honey....”
Devina menerima dengan sangat baik tantangan dari suaminya Kelvin.
Lalu keduanya memasuki kamar rahasian milik Kelvin, dan pintu kamar pun tertutup kembali secara otomatis, dengan remote kontrol di bawah kendali Kelvin.
Keduannya lalu mehabiskan waktu istirahat siangnya dengan pergulatan panas antar sepasang suami-istri yang di mabuk cinta.
* * * * *
“Aku sudah menemukannya--” Devina menggantung ucapannya sesaat.
Dan dia memulai lebih dulu percakapan di antaranya dan Kelvin, untuk memecahkan keheningan yang sempat terjadi setelah pergulatan panas yang di lakukan keduanya.
Mereka berdua masih dalam posisi tiduran dengan saling berpelukan satu sama lain, dan selembar selimut tebal berwarna putih senada dengan set spreinya menjadi penutup untuk tubuh polos keduanya.
“Menemukan apa?” tanya Kelvin penasaran.
“Menemukan gadis ... gadis yang akan mengandung bayi kita Kelvin,” jawab Devina sambil mendongakan wajahnya melihat pada wajah Kelvin, dan menyunggingkan senyum bahagiannya pada Sang Suami.
Tatapan Kelvin sontak melotot, dia langsung menyadari apa yang di maksudkan oleh Devina Istrinya.
“Kau masih saja membahas rencana gila mu itu Devina,” cerca Kelvin sambil memalingkan waahnya ke sembarang arah dengan kesal.
“Apa maksud mu dengan rencana gila Honey?” Devina balik bertanya, dan dia bangkit dari posisi tidurnya sambil menatap tajam pada Kelvin.
“Ya ... rencana gila, mu yang menyuruh suami mu sendiri untuk meniduri wanita lain, hanya demi mendapatkan seorang anak!” bentak Kelvin dengan sebelah alisnya ikut terangkat.
Kelvin pun ikut bangkit dari posisi tidurannya, lalu dia langsung memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai untuk di pakainya kembali.
“Kelvin! Apa sulitnya bagimu menuruti permintaan ku hah?”
“Kau hanya tinggal meniduri gadis itu, hingga dia mengandung bayi mu, lalu semuanya akan selesai Kelvin. Keluarga mu tidak akan lagi menekanku untuk memberikan mereka penerus lagi!” jerit Devina tak mau kalah, dan dia pun melakukan hal yang sama, yaitu membentak Kelvin.
“Apa sulitnya kau bilang?”
“Kau benar-benar sudah gila Devina! Bagaimana bisa kau menyuruh Suami mu sendiri untuk meniduri wanita lain!” bentak Kelvin tak kalah kerasnya dari Devina.
“Ya ... aku memang udah gila Kelvin ...”
“Aku memang sudah gila oleh keluarga mu!”
“Keluargamu, yang selalu mengejekku, karena kemandulanku ini!”
“Keluargamu, mereka selalu saja mencemoohku hanya karena aku tak bisa memberikan mu anak!”
“Keluargamu, yang selalu menyudutkan ku sebagai sosok istri yang gagal,dan menantu yang gagal, hanya karena tak bisa memberikan mereka penerus!”
Devina mulai menjerit kesetanan sambil menangis histeris. Dia meluapkan seluruh rasa sesak serta sakit di dadanya dengan berteriak pada Kelvin.
"Devina! Tolong tenanglah!" Kelvin kembali membentak Istrinya yang semakin histeris menjerit sambil menangis.Kelvin semakin tak tega melihat Devina yang seperti tersiksa karenanya. Karena pernikahan mereka, serta tekanan keluar besarnya, membuat Devina lebih cepat marah dan menjerit histeris seperti sekarang ini."Sayang ... Devina, ku mohon tenanglah," mohon Kelvin dengan lemah, sambil memeluk erat tubuh Devina untuk membuatnya tenang."Kau jahat Kelvin!""Kau sengaja menyiksaku!""Kau lebih senang aku tertekan dan terus di sudutkan oleh keluargamu!" cecar Devina yang masih saja dengan jeritannya."Tidak ... itu tidak benar Devina. Aku sama sekali tidak senang melihatmu tersakiti seperti ini. Ku mohon sayang ... tenanglah." Kelvin kembali memohon dengan sangat pada Devina.Namun, Devina tetap saja berteriak sambil menangis histeris. Dia melupakan segala emosinya, dengan menumpahkan semua kesalahan pada Kelvin. Devina seakan ingin melimpahkan semua kesakitan yang di rasakannya pada
Dua hari kemudian."Buukk ...."Arsyana bertubrukan dengan seorang pria tinggi bertubuh tegap atletis, hingga membuatnya hampir jatuh tersungkur. Namun dengan cekatan, pria itu menangkap pinggang Arsyana agar tak jatuh ke bawah."Kalau jalan hati-hati," celetuk Pria itu dengan dingin, sambil memposisikan kembali tubuh Arsyana untuk berdiri tegak."Maaf, aku tidak sengaja," ucap Arsyana sambil membungkuk sopan, lalu dia pergi begitu saja tanpa melihat wajah pria yang ia tabrak itu."Ck ... dasar gadis bodoh!" Pria itu mengumpat Arsyana, hingga terdengar oleh Arsyana sendiri.Arsyana sontak menghentikan langkah kakinya, lalu dia kembali berbalik dan menghampiri Pria itu."Hei Tuan! Apa kau baru saja mengumpatku?" tanya Arsyana dengan suara lantang, dan kali ini Arsyana mendongakkan wajahnya ke atas untuk menatap Sang Pria dengan berani."Iya, memangnya kenapa? Kau tidak suka?" Pria itu bersikap begitu angkuh di depan Arsyana, sambil tersenyum tipis seakan merendahkan gadis itu."Tentu s
"Akhirnya, kau mengambil keputusan yang tepat Arsyana," sambut Devina sambil tersenyum senang menyambut kedatangan Arsyana ke dalam rumahnya."Bukan keputusan tepat, lebih tepat lagi ini keputusan gila yang ku ambil di sepanjang hidupku Bi!" tepis Arsyana dengan nada penekanan.Devina langsung memutar bola matanya dengan malas, dia tak seharusnya melupakan kalau Arsyana tadinya adalah sosok gadis manja yang arogan."Berhentilah memanggilku Bibi! Karena hanya Karin keponakan ku, dan kau bukan!" tegas Devina yang mengimbangi sikap arogansi Arsyana."Lalu aku harus memanggilmu apa? Devina?" tanya Arsyana semakin tak sopan.Rasa kesal Arsyana pada Devina, membuat gadis itu enggan bersikap sopan sedikitpun pada wanita yang di anggapnya gila itu."Hei ... gadis angkuh! Aku saat ini majikanmu, karena aku yang membayarnya. Jadi, sudah sepatutnya kau memanggilku dengan panggilan Nyonya, seperti para pegawai ku yang lain," sanggah Devina sambil mendengus kesal."Baik Nyonya...." Arsyana berlaga
"Honey ... apa kau sudah siap?" tanya Devina sambil memeluk Kelvin dari belakang.Dia melingkarkan tangannya ke perut sixpack milik Kelvin, lalu mulai meraba-raba ke dada bidangnya dengan sentuhan sensual untuk menggoda Sang Suami."Siap untuk apa?" tanya Kelvin dingin."Tentu saja, siap untuk menemui gadis yang ku bicarakan tempo hari," jawab Devina sambil melepaskan pelukannya, lalu melangkah maju kedepan, untuk berhadapan dengan Kelvin."Ah ... jalang itu--""Kenapa kau menyebutnya seperti itu?" Devina menyelak perkataan Kelvin, dengan memelototi suaminya itu."Apa aku salah? Bukannya gadis yang rela menjual dirinya demi uang itu jalang,kan?" sanggah Kelvin santai.Kelvin memalingkan wajahnya, sambil membalikkan tubuhnya lalu melangkah beberapa langkah menjauh dari Devina."I--ya sih, tapi tak seperti itu juga Kelvin. Dia real gadis yang masih suci, aku pastikan dia belum menjajakan tubuhnya pada pria manapun," ucap Devina dengan yakin sekalipun dia sedikit tergagap sebelumnya."Bag
“Ah ... jadi kau, jalang yang akan menyewakan rahimnya demi uang?” tanya Kelvin dengan celetukan kasarnya, serta sikapnya yang dingin sambil melirik tipis ke arah Arsyana.“Hei Tuan. Sebaiknya kau jaga bicara mu!” sergah Arsyana yang merasa keberatan dengan celetukan kurang ajar Kelvin.“Apa aku salah?” tanya Kelvin sinis.“Sudah! Kalian berhenti berdebat! Mau tidak mau, kalian nanti harus tidur bersama, untuk melahirkan anak kami!” cegah Devina melerai.“Anak kalian? Ciih ... kalian memang pasangan suami istri yang tak waras!” cibir Arsyana sambil mendengus kesal.“Arsyana! Jaga bicara mu!” bentak Devina semakin menipis kesabarannya.“Jika kau terus berlaku tidak sopan. Aku tak akan segan-segan mengeluarkan ibu mu dari rumah sakit sekarang juga!” ancam Devina sambil mengunci tatapan tajamnya pada Arsyana.Arsyana seketika terdiam. Dia benar-benar di buat mati kutu, di saat Devina menyangkutkan ibunya di setiap keadaannya. Dan menjadikan ibunya itu sebagai titik kelemahan Arsyana.“Ap
“Seandainya, aku bisa memberitahukan mu Karin. Aku saat ini sedang menggadaikan rahim ku sendiri, agar aku bisa mendapatkan banyak uang untuk biaya pengobatan ibu dan juga membayar hutang-hutang ayah.” Arsyana menghela nafasnya dengan berat seraya membatin.Dia tak menjawab pertanyaan sahabatnya Karin. Arsyana justru malah luput di dalam pemikirannya sendiri.“Arsyana! Kenapa kau diam saja?” bentak Karin dari balik telepon.“Ah, Ka--karin ... aku harus segera mnutup teleponya, nanti ku telepon lagi oke.” Arsyana dengan cepat mengakhiri panggilan teleponya dengan Karin, karena dia melihat kedatangan Devina dengan Kelvin ke kamarnya.“Siapa yang ku telepon?” tanya Devina menyelidik.“Siapa lagi? Tentu saja keponakan mu tersayang, Karin!” jawab Arsyana sambil menekan nada bicaranya.“Apa kau sudah gila? Kau memberitahukan keponakan ku?” tanya Devina yang refleks membentak Arsyana.“Ck ... sepertinya kau lah yang gila. Karena kau berpikiran seperti itu,” cetus Arsyana ambil mendecak, namu
Di Kediaman Kelvin Daviandra.Devina baru saja sampai ke rumahnya, dia baru saja pulang untuk menyaksikan prosesi pernikahan suaminya sendiri dengan gadis lain.Dia menghela nafasnya dengan berat. Tiba-tiba merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya, yaitu perasaan kesal. Kesal, karena membayangkan suaminya sendiri tidur dengan wanita lain."Nyonya," sapa Albert asisten pribadi Devina, yang kemana-mana selalu mendampinginya."Albert, tolong bawakan minuman untuk ku," titah Devina pada Sang Asisten."Baik Nyonya," jawab Albert sambil membungkuk penuh hormat.Langkah kaki Devina gontai, namun dia memaksakan diri untuk pergi dan duduk di sebuah single sofa di ruang keluarganya.Rumah megah bak istana itu memang sangat sepi, hingga Devina merasa, kalau hanya dirinya lah yang tinggal di rumah besar itu, dan membuatnya merasa tersiksa karena kesepian.Sementara malam yang semakin larut, para staf dan pelayan di ruma
"Kemarilah, aku bantu untuk membukanya," tawar Kelvin.Lalu dia pun bangkit dari duduknya untuk menghampiri Arsyana."Tidak usah, aku bisa sendiri!" tolak Arsyana dengan ketus."Kau jangan keras kepala, sini!" paksa Kelvin.Dia pun menarik paksa lengan Arsyana, agar tubuhnya berbalik menghadapnya.Arsyana sontak terkesiap saat jarak mereka berdua terlalu dekat untuk saling berhadapan satu sama lain.Keduanya saling berkontak mata, dan mengunci tatapan mereka satu sama lain. Hingga waktu terasa berhenti beberapa saat, di saat keduanya saling menatap.Tiba-tiba dada Arsyana terasa berat, dan nafasnya terasa begitu sesak, pipinya memerah serta terasa panas. Berbarengan dengan detak jantungnya juga yang tiba-tiba berdebar begitu kencang, di saat mereka berdua saling bertatapan.Kelvin melingkarkan satu tangannya ke punggung Arsyana, menyentuh bagian punggungnya, lalu menghentakkannya sekaligus agar Arsyana semakin merapat kepadanya."Apa yang kau lakukan?" tanya Arsyana memekik sakit terke