“Sayang sekali. Padahal aku sudah sangat berbaik hati menawarimu secara baik-baik Arsyana.”
Devina membalas dengan seringaian licik terukir di wajah cantiknya, itu semakin membuat Arsyana merinding.
Namun, Arsyana berusaha mengumpulkan segenap keberaniannya untuk menghadapi Devina. Dia tidak mau terlihat lemah di depan wanita, yang menurutnya sangat aneh sekaligus gila itu.
Devina lalu melirik pada asistennya yang duduk di kursi depan, menandakan sebuah perintah.
“Telepon dia, sekarang.”
Laki-laki yang sedari tadi hanya diam dan menyimak dan duduk disamping sopir itu langsung mengeluarkan sebuah smartphone dari dalam tas hitam yang dipangkunya. Lalu dia menghubungi seseorang dengan menekan beberapa nomor, dan memastikan panggilan telepon itu tersambung, baru dia memberikannya kepada Devina.
“Ini, Nyonya.”
Devina mengambil ponsel itu, dan langsung menyapa seseorang di balik telepon.
“Halo, paman. Ini aku Devina.”
Devini melirik tipis ke arah Arsyana di sampingnya, sambil mengulas senyuman licik.
“Apa pasien bernama Qyanara Jasmine, benar dia dirawat di rumah sakit milikmu, paman?”
Seketika mata Arsyana langsung melebar saat Devina menyebut-nyebut nama ibunya.
“Aku minta, paman keluarkan saja wanita itu dari rumah sakit–”
Kata-kata Devina langsung terputus saat Arsyana merebut paksa ponsel itu dari tangannya.
“Apa-apaan ini, Bibi?!”
“Dengarkan aku Arsyana, aku sama sekali tidak main-main. Jadi sebaiknya kamu tidak menolak tawaranku.”
Seketika raut wajah Devina langsung serius, dan kembali melanjutkan perkataannya untuk mengancam Arsyana.
“Karena, jika kamu menolaknya, aku bisa saja menendang ibumu saat ini juga dari rumah sakit pamanku!”
Kali ini tampak jelas, kalau ancaman Devina pada Arsyana tidaklah main-main.
Arsyana menatap Devina dengan penuh rasa tidak percaya. Bagaimana bisa, wanita itu menawarkan hal yang gila kepadanya dan mengancamnya seperti itu?
Sekalipun gadis itu memang sangat membutuhkan uang. Namun tetap saja, untuk mengandung bayi dari suami orang lain, itu hal yang gila menurut Arsyana.
Bahkan, meski sesulit apapun kehidupannya sekarang ini, Arsyana tidak pernah sekalipun memiliki pikiran untuk menjual diri hanya demi mendapatkan uang.
Arsyana menggenggam erat smartphone yang direbutnya dari Devina dengan gemetar, sekalipun napasnya terasa memburu karena menahan emosi, tapi tubuhnya justru terasa sangat lemas. Tatapan mata gadis itu mulai berkaca-kaca menahan buliran bening yang seakan menyeruak memaksa untuk keluar dari pelupuk matanya.
Arsyana tertunduk sesaat, dia menahan kuat untuk tidak menangis di hadapan wanita yang dianggapnya gila itu.
Segenap kemampuannya, Arsyana berusaha keras untuk terlihat tegar di hadapan Devina yang saat ini menatapnya, seakan-akan wanita itu sedang mengejek keadaan dirinya saat ini.
Devina memperhatikan gelagat Arsyana yang tertekan sekaligus kebingungan untuk mengambil keputusan yang tepat. Dia kemudian berinisiatif untuk memberikan waktu kepada Arsyana agar bisa berpikir lagi.
“Baiklah, aku beri waktu kau dua hari. Ingat, hanya dua hari! Dan kamu harus memutuskan dengan suka rela, sebelum aku benar-benar memaksamu!” pungkas Devina penuh penekanan.
“Keluarkan dia!” titah Arsyana pada asistennya.
“Baik, Nyonya,” sahut Sang Asisten, menganggukan kepala.
Lalu asisten Devina pun keluar dari dalam mobil, membukakan pintu mobil di samping Arsyana untuk mempersilahkannya keluar dari dalam mobil.
“Silahkan keluar Nona,” ucap Sang Asisten pada Arsyana.
Arsyana yang sesaat diam membeku, sontak menoleh ke arah asisten Devina, lalu mengangguk pelan, bersiap keluar dari dalam mobil.
Setelah Arsyana keluar, asisten Devina pun kembali memasuki mobil. Lalu mobil sedan mewah berwarna hitam itu berlalu pergi begitu saja, meninggalkan Arsyana di tempatnya semula.
Seketika Arsyana terjatuh ambruk di trotoar jalan sambil menatap mobil sedan itu menjauh, dan menghilang dari pandangannya.
Arsyana kembali mencerna apa yang baru saja terjadi. Dia mencerna kembali detail ancaman yang dilayangkan Devina padanya, serta tawaran gila untuk mengandung bayi dari laki-laki yang tidak dikehendakinya.
* * *
Di sepanjang perjalanan menuju kantor suaminya, Devina terus saja berpikir sambil tersenyum licik. Karena akhirnya dia menemukan seorang gadis yang tepat untuk mengandung bayi dari suaminya, Kelvin, dengan membayar rahim gadis itu seharga satu miliar. Nominal yang terbilang kecil untuk orang kaya sepertinya.
Niatan Devina mungkin terkesan gila. Namun dia melakukan itu untuk bisa mewujudkan segala ambisinya, agar tidak ditendang dari keluarga Daviandra karena kemandulannya, yang menyebabkan Devina tidak bisa memberikan keturunan untuk Kelvin.
Hingga akhirnya, muncullah ide gila di benak Devina. Dia mendapatkan ide untuk membayar rahim gadis lain, agar bisa mengandung bayi dari suaminya sendiri, hingga bisa memiliki seorang bayi yang selama lima tahun terakhir sangat dinantikan di dalam pernikahannya bersama Kelvin selama ini.
Setibanya di gedung kantor, Devina bergegas menuju ke lantai 18, dimana ruangan kerja Kelvin berada.
“Sayang!”
Devina langsung saja berteriak memanggil Kelvin, begitu dia memasuki ruangan kerja suaminya.
“Ah, Devina. Sayangku.”
Kelvin langsung tersenyum menyambut kedatangan istri tercintanya.
Devina menghampiri Kelvin, lalu mengambil posisi duduk di pangkuan Kelvin dengan manja.
“Tumben sekali kamu datang, Devina?” tanya Kelvin.
Tangan kekar sang penguhasa muda itu merangkul pinggang ramping milik Devina, dan merapatkan tubuh keduanya sampai begitu rapat.
“Aku sangat merindukanmu, Kelvin sayang. Tentu saja aku akan datang berkunjung untuk melepaskan rinduku ini,” jawab Devina, matanya berkedip nakal menggoda Kelvin.
Kelvin seketika terkekeh dengan kelakuan nakal istrinya itu, dan dia pun langsung meraih sebuah remote kontrol di atas meja kerjanya. Lalu menekan tombol remote itu, hingga sebuah pintu menuju ke sebuah ruangan rahasia di balik dinding ruangan kantornya terbuka secara otomatis.
"Apa?!" pekik Kelvin terkejut mendengar kabar hilangnya Arsyana.Deru napasnya seketika terasa berat. "A--aku, aku tidak bisa kehilangan -nya," ucap Kelvin panik, dan dia langsung bergegas pergi sambil mengeluarkan handphone miliknya untuk menelepon seseorang."Cari! Cari istriku Arsyana sekarang!" teriak Kelvin di telepon. "Temukan dia, di mana pun dia berada, temukan dia secepatnya!" teriaknya lagi begitu emosional."Ada apa?!" tanya Rossalia Ibu Kelvin ikut panik melihat putranya yang terlihat begitu emosional."Arsya--Arsyana menghilang," jawab Kelvin tergagap saking paniknya.Deg!Rossalia mengerjap kaget, matanya terbelalak sempurna menatap sang putra."Kelvin terlihat begitu khawatir dan hancur, apa dia menyukai gadis itu?" batin Rossalia bertanya-tanya sambil menatap putranya."Ibu, aku harus mencari Arsyana. Dia sedang mengandung bayiku saat ini," ucap Kelvin panik, dengan wajah dan matanya memerah.Antara amarah,kesal, khawatir,panik bercampur aduk saat ini.Rossalia langsun
"Davian, kau bawa Arsyana ke rumah Ibu ku," titah Kelvin pada asistennya Davian melalui sambungan telepon mereka."Baik Tuan," Balas Davian patuh.Kelvin berpikir sambil duduk di ruangan kerjanya. Karena dia mulai kembali ke kantor, dan mengambil alih kembali pekerjaan kantor, setelah lebih dari dua bulan tidak masuk kantor.Kali ini beralih Davian yang di berikan tugas olehnya untuk menjaga Arsyana."Ting...."Sebuah pesan masuk ke ponsel Kelvin. Dan dia langsung membaca pesan itu.[Sudah lama kita tidak makan malam bersama. Aku sudah memesan restoran tempat biasa kita kunjungi, kau datanglah....]Pesan singkat dari Devina membuat Kelvin diam dan berpikir. Dia menatap layar ponselnya, dan mengulang-ulang membaca pesan dari Istrinya Devina. [Aku tidak bisa, karena malam ini aku ada acara makan malam dengan ibu.]Kelvin kembali meletakkan ponselnya di atas meja kerja. Dia kembali dengan pekerjaan, memeriksa file dokumen yang terdapat di meja kerjanya. Dan itu harus di tanda tangani o
"Aku tidak bisa membiarkan gadis itu merebut posisiku," geram Devina tertahan."Nyonya, apa tidak sebaiknya saja, kita bereskan gadis itu? Karena, keberadaannya akan semakin mengancam posisimu," usul Albert memberikan saran pada Devina."Tidak, kita tidak boleh gegabah. Gadis itu saat ini sedang hamil, kita tidak bisa membahayakan bayi yang ada di dalam kandungannya," tolak Devina.Dia menghela napasnya dengan sekaligus, berusaha untuk menetralisir rasa marahnya yang kian bergejolak karena pertengkarannya dengan Kelvin sebelumnya.Kelvin yang ingin memberitahukan keluarganya tentang Arsyana, itu di tentang oleh Devina. Hingga keduanya mulai bertengkar, pertengkaran yang jarang sekali terjadi sebelumnya.Sebelumnya, di saat Dia dan Kelvin bertengkar, Kelvin selalu mengalah, bahkan tidak pernah sekalipun pria itu membentaknya. Namun kali ini berbeda, Kelvin sudah berani membentaknya, dan memutuskan sesuatu sesuai kehendaknya sendiri.Tampaknya, menghadirkan Arsyana di dalam kehidupan ru
“Dia harus pindah dari sini,” ujar Devina.“Pindah ke mana maksud Nyonya?” tanya Davian dengan dahinya mengkerut.“Tentu saja ke tempat yang jauh dari sini,” jawab Devina menekankan.“Tidak, Nona Arsya tidak boleh ke mana-mana tanpa seijin Tuan Kelvin,” tolak Davian tegas.“Kau membantahku?” pekik Devina dengan tatapan tajam sempurna.“maaf Nyonya, semuanya harus dibicarakan dahulu dengan Tuan. Karena tanggung jawab saya di sini adalah menjaga Nona Arsya,” jelas Davian menegaskan.“Sialan kau!” pekik Devina merasa kesal.Lalu dia pun keluar dari kamar Arsyana, karena tak bisa mendebat banyak Davian kali ini. Jelas, rencananya untuk memindahkan tempat tinggalnya Arsyana tak akn di setujui oleh Kelvin.“Katakan pada orang kita, untuk lebih mengawasi Arsyana lebih ketat lagi,” titah Devina pada Albert.“Baik Nyonya,” jawab Albert seraya mengangguk patuh.Devina berlalu pergi dari kediaman Arsyana dengan perasaan kesal luar biasa, karena dia merasa kalah telak kali ini dari Arsyana si gadi
Kelvin menarik tangan Devina dengan begitu kasar, untuk membawanya pergi dari tempat itu. Dia membawa Devina ke ruangan kerjanya, agar bisa berbicara dengan Devina berdua serta lebih serius tanpa adanya gangguan dari siapapun. “Apa yang kau tadi Devina? Apa maksud mu dengan melewati batas? Apa kau lupa, kalau kau sendirilah yang menghadirkan Arsyana untuk ku!” cecar Kelvin dengan tatapan menajam sempurna pada istrinya Devina. “Iya, benar, akulah yang mendatangkan gadis itu untuk mu. Tapi dia hanya untuk mengandung bayimu, bukan untuk mendapatkan cintamu Kelvin!” sentak Devina penuh emosi. “Apa kau sudah gila? Apa maksudmu dengan mendapatka cintaku?” bantah Kelvin atas apa yang di lontarkan Devina kepadanya. “Kau pikir aku bodoh Kelvin? Sehingga aku tak tahu apa yang terjadi selama kalian tinggal bersama? Kau pikir aku ini apa hah? Aku berkorban segalanya demi kamu mendapatan penerus dari darahmu sendiri. Tapi apa? Kau justru menikmati setiap malam mu dengan gadis itu!” sentak Devi
Devina mendatangi kediaman Arsyana. Jalanannya begitu elegan, dengan penampilan modis layaknya Nyonya besar berkelas.“Dimana gadis itu?” tanya Devina pada pelayan khusus yang di tetapkan olehnya sebagai informant di tempat Arsyana.“Di-dia ada di gazebo belakang, bersama Tuan,” jawab pelayan itu sambil tertunduk hormat.Devina mendengus kesal, tatapan matanya menajam, dengan gigi gemeretak di sertai kepalan tangannya menguat menahan amarahnya.Albert yang berdiri tepat di belakang Devina, dia menatap pada kepalan tangan wanita itu, dan dapat terbaca olehnya kalau wanita di depannya itu tengah di di penuhi oleh amarah, sekalipun Devina memunggunginya.“Mereka masih bermain-main di belakang ku! Lihat saja pembalasan ku!” geram Devina menahan kesal.Dia pun melangkah masuk dengan letupan emosi yang bergejolak, menahan kuat raa ingin membunuh Arsyana saat itu juga. Namun dia harus tetap bersabar, setidaknya sampai Arsyana melahirkan nanti.“Waah... seperti, pagi yang sangat indah, hangat