"Akhirnya, kau mengambil keputusan yang tepat Arsyana," sambut Devina sambil tersenyum senang menyambut kedatangan Arsyana ke dalam rumahnya.
"Bukan keputusan tepat, lebih tepat lagi ini keputusan gila yang ku ambil di sepanjang hidupku Bi!" tepis Arsyana dengan nada penekanan.Devina langsung memutar bola matanya dengan malas, dia tak seharusnya melupakan kalau Arsyana tadinya adalah sosok gadis manja yang arogan."Berhentilah memanggilku Bibi! Karena hanya Karin keponakan ku, dan kau bukan!" tegas Devina yang mengimbangi sikap arogansi Arsyana."Lalu aku harus memanggilmu apa? Devina?" tanya Arsyana semakin tak sopan.Rasa kesal Arsyana pada Devina, membuat gadis itu enggan bersikap sopan sedikitpun pada wanita yang di anggapnya gila itu."Hei ... gadis angkuh! Aku saat ini majikanmu, karena aku yang membayarnya. Jadi, sudah sepatutnya kau memanggilku dengan panggilan Nyonya, seperti para pegawai ku yang lain," sanggah Devina sambil mendengus kesal."Baik Nyonya...." Arsyana berlagak patuh sambil membungkukkan tubuhnya menghormati Devina.Yang sebenarnya, dia justru sedang mengejek Devina.Devina semakin mendengus kesal dengan sikap tidak sopan Arsyana."Awas saja kau, akan ku tunjukkan bagaimana caranya bersikap pada seorang majikan gadis bodoh!" Devina mengumpat dalam hatinya sambil menatap kesal pada Arsyana.Devina berusaha mengontrol emosinya saat menghadapi gadis yang menurutnya belum dewasa itu.Dia menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya secara perlahan-lahan untuk mengontrol penuh emosinya."Duduklah," titah Devina pelan sambil duduk dengan menyandarkan punggung ke sandaran sofa panjang empuk, yang menjadi tempat duduknya.Arsyana kali ini menurut, dia duduk berhadapan dengan Devina.Devina melirik kepada asistennya, memberikan kode perintah melalui lirikan mata.Sang Asisten mengangguk mengerti, lalu ia menyodorkan sebuah map pada Arsyana, dan meletakkan map itu di meja tepat di hadapan Arsyana.Sorot mata Devina seakan meminta memerintah Arsyana untuk membuka map itu.Arsyana pun menghela nafasnya dengan kasar, lalu ia meraih map yang di suguhkan kepadanya, membuka, lalu membaca isinya dengan seksama."Apaa?" Arsyana seketika terkejut membaca isi kontrak di dalam map itu."Kau memintaku menikahi suamimu? Apa kau tidak salah? Bukannya kau hanya memintaku untuk tidur, sampai aku mengandung benih suamimu?""Dan ini apa? Kau justru memintaku untuk menikah kontrak dengan suamimu?""Kau pikir, aku sudah gila? Yang ingin menanggung status janda di usiaku yang masih mudah ini?" Arsyana seketika mencecar Devina dengan berbagai pertanyaan karena keterkejutannya."Ya memang, tadinya aku memintamu hanya untuk tidur semalam atau dua malam dengan suamiku, sampai benih suamiku tertanam di dalam rahimmu sampai bayi itu lahir--"Devina menjeda sejenak, lalu dia menarik nafas panjang, lalu menghela dengan sekaligus sebelum dia kembali melanjutkan perkataannya."Tapi ... masalahnya, suamiku menolak anak hasil hubungan di luar nikah. Keluarganya cukup fanatik, sehingga mereka sudah pasti menolak anak haram hasil hubungan satu malam tanpa ikatan pernikahan. Jadi kami mengambil keputusan, untuk mengharuskan pernikahan kontrak ini di dalam kesepakatan kita. Waktunya tak lama Arsyana, hanya sampai kau melahirkan bayi kami. Kau tak perlu khawatir akan status jandamu, selama kalian hanya menikah siri, perceraian kalian nanti hanya sebatas lisan, dan tidak tercatat di pengadilan," papar Devina menjelaskan secara panjang lebar."Jadi maksudmu, sampai aku melahirkan bayi kalian nanti, aku harus menjadi istri kedua suamimu, dan tinggal bersama kalian disini?" tanya Arsyana sambil memelototi Devina karena merasa tak habis pikir dengan pemikiran wanita di depannya itu.Bisa-bisanya dia merelakan suaminya sendiri, untuk menikah dengan wanita lain, hanya semata-mata demi mendapatkan seorang anak."Bacalah isi kontrak itu dengan baik-baik Arsyana. Aku tidak sebaik itu membiarkan mu untuk tinggal satu atap bersama kami. Kau pikir aku apa? Malaikat?" jawab Devina sambil mendelik sinis."Jelas tertulis di kontrak itu, kalau kau akan mendapatkan tempat tinggal sementara yang sudah ku siapkan untukmu, selama masa tidur mu dengan suamiku, dan juga masa kehamilan serta persalinanmu di sana. Setelah tugasmu selesai, kau bisa keluar dari rumah itu. Tapi--" Devina kembali menggantung ucapannya."Tapi apa?" tanya Arsyana menuntut kejelasan."Tapi ... jika kami puas dengan hasil kerjamu, maka rumah itu akan ku berikan untukmu. Dan bisa kau tinggali dengan ibumu, jika ibumu sembuh nanti," lanjut Devina sambil tersenyum tipis."Tapi ... jika kau gagal, atau bahkan kami tidak puas dengan hasilnya. Maka kau harus mengganti semua yang ke keluarkan untukmu. Bayar semuanya dua kali lipat, karena aku paling benci kerugian dalam bentuk apapun!" lanjut Devina kembali penuh penegasan."Dasar wanita gila, dia sedang membuat kesepakatan denganku. Tanpa di sadarinya dia sedang bernegosiasi dengan Tuhan. Padahal, apa dayaku yang bisa menentukan hasilnya memuaskan atau tidak untuknya? Dia pikir aku mencetak bayi itu dengan tanganku sendiri, seperti aku mencetak kue?" Arsyana mengumpat secara tidak jelas, sehingga Devina tidak mendengar jelas umpatannya."Ah ... baiklah, baiklah ...""Baiklah, sekarang apa yang harus ku lakukan? Menikahi suami mu sekarang juga? Agar aku bisa tidur dengannya malam ini?" tanya Arsyana yang sudah sangat muak berlama-lama berhadapan dengan Devina."Tunggu! Suamiku belum pulang. Malam ini, kalian berdua harus bertemu dan berkenalan dulu," jawab Devina."Kita tandatangani saja dulu kontrak ini, biar nanti aku juga meminta suamiku menandatanganinya. Baru nanti malam kalian akan ku pertemukan," ucap Devina."Kau pergilah ke rumah yang sudah ku siapkan, biar Asistenku yang mengantarkan mu ke sana," titah Devina sambil melirik kepada Asistennya yang sedari tadi hanya diam berdiri dan menyimak.Sang Asisten pun langsung mengangguk, mengiyakan perintah Devina untuk mengantarkan Arsyana ke kediamannya yang baru."Oya ... satu hal lagi, bagaimana dengan kuliahku?" tanya Arsyana yang tiba-tiba saja teringat akan kuliahnya."Untuk itu--"Devina tampak berpikir sejenak."Untuk kuliahmu, aku akan mengurusnya agar tak terputus. Kau bisa melanjutkan kuliahmu, tanpa harus kau datang ke kampus seperti biasanya. Tenanglah, kesepakatan kita akan tetap menguntungkan bagimu, dan tidak akan merenggut masa depanmu nanti. Kau tetap bisa mengejar gelar, dan juga mimpimu nantinya," tandas Devina memutuskan."Baiklah ... kalau begitu, mulai besok aku tak perlu berangkat ke kampus lagi, kan?""Kau pastikan mengurus semuanya dengan baik, termasuk ibu dan juga pada penagih hutang itu!" Arsyana memberikan penekanan pada Devina.Tampaknya gadis itu tak ingin di bodohi begitu saja oleh Devina. Selain Devina yang mengambil keuntungan darinya, dia juga harus memastikan kalau dia akan mendapatkan keuntungan maksimal dari kesepakatan mereka."Aarrhh ... menikah. Sungguh aku tak pernah membayangkan akan menikah di usiaku yang baru 21 tahun ini!" gerutu Arsyana sambil berlalu pergi meninggalkan kediaman mewah itu."Honey ... apa kau sudah siap?" tanya Devina sambil memeluk Kelvin dari belakang.Dia melingkarkan tangannya ke perut sixpack milik Kelvin, lalu mulai meraba-raba ke dada bidangnya dengan sentuhan sensual untuk menggoda Sang Suami."Siap untuk apa?" tanya Kelvin dingin."Tentu saja, siap untuk menemui gadis yang ku bicarakan tempo hari," jawab Devina sambil melepaskan pelukannya, lalu melangkah maju kedepan, untuk berhadapan dengan Kelvin."Ah ... jalang itu--""Kenapa kau menyebutnya seperti itu?" Devina menyelak perkataan Kelvin, dengan memelototi suaminya itu."Apa aku salah? Bukannya gadis yang rela menjual dirinya demi uang itu jalang,kan?" sanggah Kelvin santai.Kelvin memalingkan wajahnya, sambil membalikkan tubuhnya lalu melangkah beberapa langkah menjauh dari Devina."I--ya sih, tapi tak seperti itu juga Kelvin. Dia real gadis yang masih suci, aku pastikan dia belum menjajakan tubuhnya pada pria manapun," ucap Devina dengan yakin sekalipun dia sedikit tergagap sebelumnya."Bag
“Ah ... jadi kau, jalang yang akan menyewakan rahimnya demi uang?” tanya Kelvin dengan celetukan kasarnya, serta sikapnya yang dingin sambil melirik tipis ke arah Arsyana.“Hei Tuan. Sebaiknya kau jaga bicara mu!” sergah Arsyana yang merasa keberatan dengan celetukan kurang ajar Kelvin.“Apa aku salah?” tanya Kelvin sinis.“Sudah! Kalian berhenti berdebat! Mau tidak mau, kalian nanti harus tidur bersama, untuk melahirkan anak kami!” cegah Devina melerai.“Anak kalian? Ciih ... kalian memang pasangan suami istri yang tak waras!” cibir Arsyana sambil mendengus kesal.“Arsyana! Jaga bicara mu!” bentak Devina semakin menipis kesabarannya.“Jika kau terus berlaku tidak sopan. Aku tak akan segan-segan mengeluarkan ibu mu dari rumah sakit sekarang juga!” ancam Devina sambil mengunci tatapan tajamnya pada Arsyana.Arsyana seketika terdiam. Dia benar-benar di buat mati kutu, di saat Devina menyangkutkan ibunya di setiap keadaannya. Dan menjadikan ibunya itu sebagai titik kelemahan Arsyana.“Ap
“Seandainya, aku bisa memberitahukan mu Karin. Aku saat ini sedang menggadaikan rahim ku sendiri, agar aku bisa mendapatkan banyak uang untuk biaya pengobatan ibu dan juga membayar hutang-hutang ayah.” Arsyana menghela nafasnya dengan berat seraya membatin.Dia tak menjawab pertanyaan sahabatnya Karin. Arsyana justru malah luput di dalam pemikirannya sendiri.“Arsyana! Kenapa kau diam saja?” bentak Karin dari balik telepon.“Ah, Ka--karin ... aku harus segera mnutup teleponya, nanti ku telepon lagi oke.” Arsyana dengan cepat mengakhiri panggilan teleponya dengan Karin, karena dia melihat kedatangan Devina dengan Kelvin ke kamarnya.“Siapa yang ku telepon?” tanya Devina menyelidik.“Siapa lagi? Tentu saja keponakan mu tersayang, Karin!” jawab Arsyana sambil menekan nada bicaranya.“Apa kau sudah gila? Kau memberitahukan keponakan ku?” tanya Devina yang refleks membentak Arsyana.“Ck ... sepertinya kau lah yang gila. Karena kau berpikiran seperti itu,” cetus Arsyana ambil mendecak, namu
Di Kediaman Kelvin Daviandra.Devina baru saja sampai ke rumahnya, dia baru saja pulang untuk menyaksikan prosesi pernikahan suaminya sendiri dengan gadis lain.Dia menghela nafasnya dengan berat. Tiba-tiba merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya, yaitu perasaan kesal. Kesal, karena membayangkan suaminya sendiri tidur dengan wanita lain."Nyonya," sapa Albert asisten pribadi Devina, yang kemana-mana selalu mendampinginya."Albert, tolong bawakan minuman untuk ku," titah Devina pada Sang Asisten."Baik Nyonya," jawab Albert sambil membungkuk penuh hormat.Langkah kaki Devina gontai, namun dia memaksakan diri untuk pergi dan duduk di sebuah single sofa di ruang keluarganya.Rumah megah bak istana itu memang sangat sepi, hingga Devina merasa, kalau hanya dirinya lah yang tinggal di rumah besar itu, dan membuatnya merasa tersiksa karena kesepian.Sementara malam yang semakin larut, para staf dan pelayan di ruma
"Kemarilah, aku bantu untuk membukanya," tawar Kelvin.Lalu dia pun bangkit dari duduknya untuk menghampiri Arsyana."Tidak usah, aku bisa sendiri!" tolak Arsyana dengan ketus."Kau jangan keras kepala, sini!" paksa Kelvin.Dia pun menarik paksa lengan Arsyana, agar tubuhnya berbalik menghadapnya.Arsyana sontak terkesiap saat jarak mereka berdua terlalu dekat untuk saling berhadapan satu sama lain.Keduanya saling berkontak mata, dan mengunci tatapan mereka satu sama lain. Hingga waktu terasa berhenti beberapa saat, di saat keduanya saling menatap.Tiba-tiba dada Arsyana terasa berat, dan nafasnya terasa begitu sesak, pipinya memerah serta terasa panas. Berbarengan dengan detak jantungnya juga yang tiba-tiba berdebar begitu kencang, di saat mereka berdua saling bertatapan.Kelvin melingkarkan satu tangannya ke punggung Arsyana, menyentuh bagian punggungnya, lalu menghentakkannya sekaligus agar Arsyana semakin merapat kepadanya."Apa yang kau lakukan?" tanya Arsyana memekik sakit terke
"Apa kau serius?" tanya Kelvin tak percaya.Wajah Arsyana semakin memerah, dan tertunduk, tak kuat menahan rasa malunya.Kelvin memindai gelagat Arsyana baik-baik, berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri kalau gadis di depannya itu tidak sedang berbohong kepadanya."Tu-tuan... kau tidak berniat untuk melakukannya malam ini,kan?" tanya Arsyana gugup."Memangnya kenapa? Bukannya sekarang malam pengantin kita? Tubuh mu sudah menjadi hak ku,kan?" dalih Kelvin dengan datar."Tapi,-""Cuup.."Tiba-tiba saja Kelvin mengecup bibir Arsyana sekilas, saat Arsyana mendongak untuk membantah Kelvin.Namun justru Arsyana di buat terkejut, dengan ciuman tiba-tiba yang di lakukan Kelvin padanya. Seketika gadis itu terkesiap membeku hingga matanya membulat sempurna menatap Kelvin."Apa itu juga ciuman pertama mu?" tanya Kelvin sambil menyeringai, dan menatap Arsyana dengan penuh arti.Arsyana mengerjap tersada
“Seharusnya kalau kau tak ingin melakukan kesepakatan ini, harusnya kau bilang saja!” seru Kelvin dengan begitu tiba-tiba di saat dia memilih-memilah pakaian tidur untuknya. Mendengar hal itu, Arsyana sontak melirik ke arah Kelvin, dan menatap pria itu dengan matanya yang menyipit. “Kenapa?” tanya Kelvin datar, sambil membalas lirikan Arsyana dengan begitu dingin. “Ti--tidak,” jawab Arsyana singkat dengan begitu canggungnya. “Jika kau mau membatalkan kontrak kita, aku akan bicara dengan istriku nanti. Aku juga tak mau memaksa mu,’ ucap Kelvin kembali masih dengan nada yang datar-datar saja. Lalu pria itu kembali fokus pandangannya ke dalam isi lemari pakaian, dan memilik kembali pakaian yang akan di gunakannya. “Apa kau marah padaku Tuan?” tanya Arsyana mendadak menjadi sangat sungkan sekaligus sopan pada Kelvin. “Hmmm... aku kesal, kenapa aku harus bercinta dengan gadis lain selain istriku. Padahal, aku tak pernah mempermasalahkan kalau kami memiliki anak atau tidak,” paparnya
Kelvin begitu puas setelah dia berhasil menggagahi Arsyana malam itu. Dan efek dari pengaruh obat perangsang yang di bubuhi pelayan suruhan Devina, membuatnya lepas kendali, dan sempat melakukannya dengan kasar di saat Arsyana beberapa kali berusaha berontak dalam kungkungannya.Arsyana tertidur lelap, karena tubuhnya terlalu lelah, atas gempuran yang di lakukan Kelvin kepadanya begitu juga dengan Kelvin, dia pun hanyut dalam pelepasan hormon endorfin ke seluruh tubuhnya, di saar dia begitu puas dengan pelepasan setelah menyalurkan seluruh hasratnya pada Arsyana.Dan dia pun ikut lelap di dalam tidurnya yang membahagiakan di malam itu. * * * * *Keesokan Paginya.Arsyana bangun lebih dulu di pagi itu, dan dia merasakan tubuhnya terasa remuk karena Kelvin terlalu kasar cara bermainnya semalam. Bahkan, gadis itu merasakan nyeri bercampur perih di daerah intinya.Arsyana bangkit dari tidurnya, sambil menarik selimut untuk menutup