"Honey ... apa kau sudah siap?" tanya Devina sambil memeluk Kelvin dari belakang.
Dia melingkarkan tangannya ke perut sixpack milik Kelvin, lalu mulai meraba-raba ke dada bidangnya dengan sentuhan sensual untuk menggoda Sang Suami."Siap untuk apa?" tanya Kelvin dingin."Tentu saja, siap untuk menemui gadis yang ku bicarakan tempo hari," jawab Devina sambil melepaskan pelukannya, lalu melangkah maju kedepan, untuk berhadapan dengan Kelvin."Ah ... jalang itu--""Kenapa kau menyebutnya seperti itu?" Devina menyelak perkataan Kelvin, dengan memelototi suaminya itu."Apa aku salah? Bukannya gadis yang rela menjual dirinya demi uang itu jalang,kan?" sanggah Kelvin santai.Kelvin memalingkan wajahnya, sambil membalikkan tubuhnya lalu melangkah beberapa langkah menjauh dari Devina."I--ya sih, tapi tak seperti itu juga Kelvin. Dia real gadis yang masih suci, aku pastikan dia belum menjajakan tubuhnya pada pria manapun," ucap Devina dengan yakin sekalipun dia sedikit tergagap sebelumnya."Bagaimana kau bisa tahu? Apa kau sudah mencobanya lebih dulu?" tanya Kelvin asal."Kelvin!" rengek Devina kesal."Baiklah ... baiklah, aku akan menemuinya. Apa kau puas?" Kelvin menyerah, dia sama sekali tak bisa menolak permintaan Devina dalam bentuk apapun.Karena Devina yang masih sampai detik itu, tetap menjadi satu-satunya wanita yang sangat di cintai oleh Kelvin.* * * * *Tiba di tempat tinggal Arsyana.Kelvin dan Devina keluar dari dalam mobil mereka, lalu memasuki tempat tinggal Arsyana yang baru secara bersama-sama sambil bergandengan tangan.Sementara Arsyana, dia sudah di persiapkan sebaik mungkin oleh para pelayan suruhan Devina. Dan kini gadis itu tengah menunggu di ruang makan indoor, menunggu kedatangan Devina serta suaminya yang akan di bagi dengan Arsyana."Aku yakin kau akan menyukainya Kelvin, karena gadis itu sangat cantik," ucap Devina penuh antusias di sela-sela langkah kaki mereka menuju ruang makan indoor."Jadi maksudmu, kau sama sekali tidak masalah jika aku menyukai gadis pilihan mu itu?" tanya Kelvin menyindir.Sontak Devina langsung melirik dengan sorot mata membunuh pada Kelvin."Jika kalian berani macam-macam, liat saja apa yang sanggup ku lakukan Kelvin!" ancam Devina tanpa menyurutkan tatapan tajamnya pada Kelvin.Kelvin menghela nafasnya secara kasar, lalu dia menghentikan langkah kakinya sejenak, dan menahan lengan Devina untuk menghentikan langkah kakinya juga.Kelvin dan Devina berdiri saling berhadapan satu sama lain, dan Kelvin langsung mengunci tatapannya pada Istrinya Devina."Devina ... apa kau sudah kehilangan akal sehatmu?"Maksudmu?" Devina menyelak sambil mengerutkan keningnya."Ya ... kau mengancam ku, tapi kau sendiri yang menyuruh untuk meniduri gadis lain sampai dia hamil. Jadi maksud mu hal macam-macam itu seperti apa?" tanya Kelvin memperjelas sambil tak habis pikir dengan pemikiran Istrinya itu."Eumm ... ya, ma--maksud ku, kau jangan memakai perasaan saat berhubungan dengannya," jawab. Devina terbata-bata.Gerak matanya begitu cepat, karena dia sendiri mendadak kikuk serta tak enak hati di saat Kelvin mengatakan hal itu."Devina, aku ini pria dewasa, laki-laki normal. Kau pikir, aku bisa melakukannya tanpa perasaan? Sementara, kau tahu sendiri, aku tak pernah menyentuh wanita manapun selain dirimu. Dirimu, wanita yang paling ku cintai," balas Kelvin penuh penegasan."Ya, tentu saja Kelvin. Maka dari itu, tetaplah perasaan itu hanya untuk ku. Untukku seorang, tidak untuk yang lain, siapapun itu!" tegas Devina sambil meraih tengkuk Kelvin, lalu memegangi wajah tegas Kelvin, di susul dengan mendaratkan ciuman lembut di bibir pria tinggi atletis itu.* * *
Arsyana yang sedari tadi menunggu kedatanga sang Tuan Daviandra serta Nyonya Daviandra yang tak kunjung datang itu, mulai membuat Arsyana merasa kesal. Dia semakin tak karuan perasaannya, membayangkan tentang sosok pria yang akan menidurinya untuk mendapatkan seorang anak darinya.
"Apa kau sudah lama menunggu Arsya?" tanya Devina langsung begitu dia datang tanpa menyapa Arsyana.
"Ah ... akhirnya, kau datang juga," ucap Arsyana menahan kesal.
"Heh ... kau seharusnya menyapa kami!" ketus Devina kesal.
"Ah ... selamat malam Nyonya Daviandra, selamat malam Tuan Davian--" Arsyana terperangah begitu menyadari sosok pria yang akan di sapanya itu.
"Kau?" Arsyana membulatkan tatapannya dengan sempurna, menatap penuh rasa tidak percaya pada sosok pria yang berdiri di hadapannya.
Sementara Kelvin, dia hanya memalingkan pandangannya dari Arsyana, dan berikap dengan sangat dingin namun penuh kharisma.
"Kau mengenal suamiku?" tanya Devina bingung.
"Hmm... tentu saja aku mengenal suami mu, dia pengusaha kaya raya dari keluarga Daviandra. Tapi, aku belum pernah mengenali pasti wajahnya. Hanya saja,aku tak menyangka kalau dia pria menyebalkan yang ku tabrak tadi siang!" celetuk Arsyana menahan kesal.
"Arsyana! Jaga bicaramu!" pekik Devina membentak Arsyana sambil memelototi gadis tak sopan itu.
“Ah ... jadi kau, jalang yang akan menyewakan rahimnya demi uang?” tanya Kelvin dengan celetukan kasarnya, serta sikapnya yang dingin sambil melirik tipis ke arah Arsyana.“Hei Tuan. Sebaiknya kau jaga bicara mu!” sergah Arsyana yang merasa keberatan dengan celetukan kurang ajar Kelvin.“Apa aku salah?” tanya Kelvin sinis.“Sudah! Kalian berhenti berdebat! Mau tidak mau, kalian nanti harus tidur bersama, untuk melahirkan anak kami!” cegah Devina melerai.“Anak kalian? Ciih ... kalian memang pasangan suami istri yang tak waras!” cibir Arsyana sambil mendengus kesal.“Arsyana! Jaga bicara mu!” bentak Devina semakin menipis kesabarannya.“Jika kau terus berlaku tidak sopan. Aku tak akan segan-segan mengeluarkan ibu mu dari rumah sakit sekarang juga!” ancam Devina sambil mengunci tatapan tajamnya pada Arsyana.Arsyana seketika terdiam. Dia benar-benar di buat mati kutu, di saat Devina menyangkutkan ibunya di setiap keadaannya. Dan menjadikan ibunya itu sebagai titik kelemahan Arsyana.“Ap
“Seandainya, aku bisa memberitahukan mu Karin. Aku saat ini sedang menggadaikan rahim ku sendiri, agar aku bisa mendapatkan banyak uang untuk biaya pengobatan ibu dan juga membayar hutang-hutang ayah.” Arsyana menghela nafasnya dengan berat seraya membatin.Dia tak menjawab pertanyaan sahabatnya Karin. Arsyana justru malah luput di dalam pemikirannya sendiri.“Arsyana! Kenapa kau diam saja?” bentak Karin dari balik telepon.“Ah, Ka--karin ... aku harus segera mnutup teleponya, nanti ku telepon lagi oke.” Arsyana dengan cepat mengakhiri panggilan teleponya dengan Karin, karena dia melihat kedatangan Devina dengan Kelvin ke kamarnya.“Siapa yang ku telepon?” tanya Devina menyelidik.“Siapa lagi? Tentu saja keponakan mu tersayang, Karin!” jawab Arsyana sambil menekan nada bicaranya.“Apa kau sudah gila? Kau memberitahukan keponakan ku?” tanya Devina yang refleks membentak Arsyana.“Ck ... sepertinya kau lah yang gila. Karena kau berpikiran seperti itu,” cetus Arsyana ambil mendecak, namu
Di Kediaman Kelvin Daviandra.Devina baru saja sampai ke rumahnya, dia baru saja pulang untuk menyaksikan prosesi pernikahan suaminya sendiri dengan gadis lain.Dia menghela nafasnya dengan berat. Tiba-tiba merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya, yaitu perasaan kesal. Kesal, karena membayangkan suaminya sendiri tidur dengan wanita lain."Nyonya," sapa Albert asisten pribadi Devina, yang kemana-mana selalu mendampinginya."Albert, tolong bawakan minuman untuk ku," titah Devina pada Sang Asisten."Baik Nyonya," jawab Albert sambil membungkuk penuh hormat.Langkah kaki Devina gontai, namun dia memaksakan diri untuk pergi dan duduk di sebuah single sofa di ruang keluarganya.Rumah megah bak istana itu memang sangat sepi, hingga Devina merasa, kalau hanya dirinya lah yang tinggal di rumah besar itu, dan membuatnya merasa tersiksa karena kesepian.Sementara malam yang semakin larut, para staf dan pelayan di ruma
"Kemarilah, aku bantu untuk membukanya," tawar Kelvin.Lalu dia pun bangkit dari duduknya untuk menghampiri Arsyana."Tidak usah, aku bisa sendiri!" tolak Arsyana dengan ketus."Kau jangan keras kepala, sini!" paksa Kelvin.Dia pun menarik paksa lengan Arsyana, agar tubuhnya berbalik menghadapnya.Arsyana sontak terkesiap saat jarak mereka berdua terlalu dekat untuk saling berhadapan satu sama lain.Keduanya saling berkontak mata, dan mengunci tatapan mereka satu sama lain. Hingga waktu terasa berhenti beberapa saat, di saat keduanya saling menatap.Tiba-tiba dada Arsyana terasa berat, dan nafasnya terasa begitu sesak, pipinya memerah serta terasa panas. Berbarengan dengan detak jantungnya juga yang tiba-tiba berdebar begitu kencang, di saat mereka berdua saling bertatapan.Kelvin melingkarkan satu tangannya ke punggung Arsyana, menyentuh bagian punggungnya, lalu menghentakkannya sekaligus agar Arsyana semakin merapat kepadanya."Apa yang kau lakukan?" tanya Arsyana memekik sakit terke
"Apa kau serius?" tanya Kelvin tak percaya.Wajah Arsyana semakin memerah, dan tertunduk, tak kuat menahan rasa malunya.Kelvin memindai gelagat Arsyana baik-baik, berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri kalau gadis di depannya itu tidak sedang berbohong kepadanya."Tu-tuan... kau tidak berniat untuk melakukannya malam ini,kan?" tanya Arsyana gugup."Memangnya kenapa? Bukannya sekarang malam pengantin kita? Tubuh mu sudah menjadi hak ku,kan?" dalih Kelvin dengan datar."Tapi,-""Cuup.."Tiba-tiba saja Kelvin mengecup bibir Arsyana sekilas, saat Arsyana mendongak untuk membantah Kelvin.Namun justru Arsyana di buat terkejut, dengan ciuman tiba-tiba yang di lakukan Kelvin padanya. Seketika gadis itu terkesiap membeku hingga matanya membulat sempurna menatap Kelvin."Apa itu juga ciuman pertama mu?" tanya Kelvin sambil menyeringai, dan menatap Arsyana dengan penuh arti.Arsyana mengerjap tersada
“Seharusnya kalau kau tak ingin melakukan kesepakatan ini, harusnya kau bilang saja!” seru Kelvin dengan begitu tiba-tiba di saat dia memilih-memilah pakaian tidur untuknya. Mendengar hal itu, Arsyana sontak melirik ke arah Kelvin, dan menatap pria itu dengan matanya yang menyipit. “Kenapa?” tanya Kelvin datar, sambil membalas lirikan Arsyana dengan begitu dingin. “Ti--tidak,” jawab Arsyana singkat dengan begitu canggungnya. “Jika kau mau membatalkan kontrak kita, aku akan bicara dengan istriku nanti. Aku juga tak mau memaksa mu,’ ucap Kelvin kembali masih dengan nada yang datar-datar saja. Lalu pria itu kembali fokus pandangannya ke dalam isi lemari pakaian, dan memilik kembali pakaian yang akan di gunakannya. “Apa kau marah padaku Tuan?” tanya Arsyana mendadak menjadi sangat sungkan sekaligus sopan pada Kelvin. “Hmmm... aku kesal, kenapa aku harus bercinta dengan gadis lain selain istriku. Padahal, aku tak pernah mempermasalahkan kalau kami memiliki anak atau tidak,” paparnya
Kelvin begitu puas setelah dia berhasil menggagahi Arsyana malam itu. Dan efek dari pengaruh obat perangsang yang di bubuhi pelayan suruhan Devina, membuatnya lepas kendali, dan sempat melakukannya dengan kasar di saat Arsyana beberapa kali berusaha berontak dalam kungkungannya.Arsyana tertidur lelap, karena tubuhnya terlalu lelah, atas gempuran yang di lakukan Kelvin kepadanya begitu juga dengan Kelvin, dia pun hanyut dalam pelepasan hormon endorfin ke seluruh tubuhnya, di saar dia begitu puas dengan pelepasan setelah menyalurkan seluruh hasratnya pada Arsyana.Dan dia pun ikut lelap di dalam tidurnya yang membahagiakan di malam itu. * * * * *Keesokan Paginya.Arsyana bangun lebih dulu di pagi itu, dan dia merasakan tubuhnya terasa remuk karena Kelvin terlalu kasar cara bermainnya semalam. Bahkan, gadis itu merasakan nyeri bercampur perih di daerah intinya.Arsyana bangkit dari tidurnya, sambil menarik selimut untuk menutup
Di Rumah Tempat Arsyana Tinggal.Kelvin tampak sedang santai di ruang kerja sementaranya di rumah itu. Dia yang di haruskan tinggal bersama Arsyana, sampai gadis itu benar-benar di nyatakan hamil anaknya. Kelvin tak di perbolehkan oleh Devina untuk pulang ke rumah mereka.Karena Devina tahu, sebesar apa cinta suaminya untuknya. Maka dari itu, Devina menyisipkan aturan itu di dalam kesepakatan yang sudah di sepakati mereka.Agar, Kelvin tidak goyah karena terpengaruh oleh cintanya terhadap Devina. Sementara Devina, dia ingin segera menerima kabar kehamilan Arsyana. Agar dia bisa menaikan kembali harga dirinya di hadapan keluarga Daviandra."Davian... kau datanglah kemari, bawa semua berkas-berkas kantor kesini. Alamat akan ku kirimkan padamu. Dan pastikan, kau bawa semua berkas-berkas kantor yang harus ku periksa, dan ku tanda tangani ya," titah Kelvin pada asistennya Davian Alvaro melalui sambungan telepon."Maaf Tuan! Bukannya kau saat ini ada di rumah?" tanya Davian memastikan.Kare