Dua hari kemudian.
"Buukk ...."Arsyana bertubrukan dengan seorang pria tinggi bertubuh tegap atletis, hingga membuatnya hampir jatuh tersungkur. Namun dengan cekatan, pria itu menangkap pinggang Arsyana agar tak jatuh ke bawah."Kalau jalan hati-hati," celetuk Pria itu dengan dingin, sambil memposisikan kembali tubuh Arsyana untuk berdiri tegak."Maaf, aku tidak sengaja," ucap Arsyana sambil membungkuk sopan, lalu dia pergi begitu saja tanpa melihat wajah pria yang ia tabrak itu."Ck ... dasar gadis bodoh!" Pria itu mengumpat Arsyana, hingga terdengar oleh Arsyana sendiri.Arsyana sontak menghentikan langkah kakinya, lalu dia kembali berbalik dan menghampiri Pria itu."Hei Tuan! Apa kau baru saja mengumpatku?" tanya Arsyana dengan suara lantang, dan kali ini Arsyana mendongakkan wajahnya ke atas untuk menatap Sang Pria dengan berani."Iya, memangnya kenapa? Kau tidak suka?" Pria itu bersikap begitu angkuh di depan Arsyana, sambil tersenyum tipis seakan merendahkan gadis itu."Tentu saja aku tidak suka Tuan! Memangnya, atas dasar apa kau mengatai aku bodoh hah?"Arsyana tampak tidak gentar sedikitpun menghadapi Pria tinggi bertubuh atletis itu. Dan gadis itu justru menatap tajam pada Pria itu dengan tatapan yang di penuhi tantangan terhadap Pria angkuh di depannya itu."Tentu saja aku mengataimu bodoh, karena memang kau bodoh. Kau berjalan cepat, tanpa melihat ke arah kau berjalan, bukannya itu bodoh?" sanggah Sang Pria dengan alibinya."Tapikan aku sudah meminta maaf padamu Tuan! Tak seharusnya kau memperpanjang dengan mengataiku bodoh!" sergah Arsyana mendebat Pria itu.Keduanya saling beradu tatapan tajam satu sama lain, seakan mereka tak mau saling mengalah.Memang sebelumnya salah Arsyana, dia berjalan dengan terburu-buru di sebuah mall, tanpa melihat apapun di depannya karena tidak fokus dengan pikirannya sendiri.Hingga dia secara tidak sengaja menabrak pria yang tengah berjalan bersama beberapa orang bersamanya. Mereka tampak sedang ada urusan bisnis di mall itu, karena mereka tampak tidak seperti pengunjung pada umumnya.Namun, tampaknya Sang Pria tak mau begitu saja menerima permintaan maaf Arsyana, hingga dia melontarkan umpatan terhadap Arsyana."Tuan, kita harus bergegas. Karena Nyonya pasti sudah menunggu Tuan saat ini."Salah satu pria yang terlihat jauh lebih muda dari Pria yang berdebat dengan Arsyana itu menyelak perdebatan mereka, dia tampak seperti pegawai atau asisten Pria angkuh itu."Nanti saja, aku masih harus menyelesaikan urusan bisnis ku disini. Kau kirimkan pesanku saja padanya, katakan ... kalau aku akan telat datang malam ini," jawab Sang Pria dengan menurunkan nada bicaranya menjadi lebih rendah dari sebelumnya."Derrtt...."Arsyana mendapatkan pesan singkat di smartphonenya. Dan gadis itu langsung memeriksa isi pesan singkatnya itu."Kau dimana? Orangku menunggumu Arsyana!" isi pesan singkat tersebut."Aiishh ... wanita gila ini benar-benar tidak sabaran sekali!" Arsyana menggerutu kesal, lalu dia pergi begitu saja dengan berlari terburu-buru.Sang Pria itupun hanya bisa melongo sesaat menatap kepergian Arsyana. Lalu tak lama tatapannya berubah tajam, merasa kesal atas ketidak sopanan Arsyana padanya."Baru kali ini, aku merasakan begitu kesal pada seseorang," umpat Sang Pria menahan kesal sambil menatap kepergian Arsyana yang semakin menjauh dari pandangannya. * * * * *"Nona Arsyana Quinshaa?" sapa salah seorang Pria berpakaian serba hitam pada Arsyana."Ya...." Arsyana menyahuti dengan singkat."Mari Nona, silahkan masuk," ucap Pria itu yang tampak seperti seorang ajudan, mempersilahkan Arsyana untuk memasuki mobil yang hitam mewah yang sudah di persiapkan untuk menjemputnya.Tanpa mengatakan apapun, Arsyana langsung masuk ke dalam mobil hitam itu. Dan dia sudah mendapati seorang Pria yang tampak tak asing baginya.Iya, dia adalah asisten Devina. Pria yang dua hari lalu ada di dalam mobil, ikut menyimak pembicaraannya dengan Devina tempo hari.Arsyana langsung saja melemparkan pandangannya ke samping dengan malas. Bahkan, hanya melihat asistennya saja, Arsyana sudah merasa sangat jijik. Apalagi jika dia harus kembali berhadapan dengan Devina, wanita gila yang sangat menyebalkan menurutnya.Belum lagi, Arsyana harus tidur bersama dengan suami wanita gila itu. Arsyana seakan ingin muntah, walau hanya dengan membayangkannya saja."Entah apa salah dan dosaku Tuhan? Kenapa kau menghukum ku seperti ini? Hutang ayahku yang menumpuk, serta ibuku yang sakit gangguan mental, dan memerlukan banyak biaya untuk merawatnya. Aku tidak tahu, apakah keputusan ku ini benar atau tidak? Tapi aku tak punya pilihan lain, daripada ibuku harus di tendang keluar dari rumah sakit oleh wanita gila itu," gumam Arsyana yang menggerutu sendiri di dalam hatinya.Arsyana hanyut di dalam pemikirannya, seiringan dengan mobil yang di tumpanginya itu mulai melaju pergi dengan kecepatan sedang.Arsyana tampak meratapi nasibnya saat ini. Yang beberapa bulan sebelumnya, kehidupannya masih baik-baik saja.Namun bangkrutnya perusahaan ayahnya, merubah kehidupan indah, yang di penuhi kemewahan, serta sikapnya yang manja menjadi gelap gulita dalam waktu singkat.Sang ayah Farel Quinshaa mendadak serangan jantung, setelah perusahaan mengalami kebangkrutan, lalu ayahnya meninggal.Sementara sang ibu, Qyanara Jasmine. Dia tak sanggup menanggung beban mental atas kematian suaminya, serta perubahan hidupnya yang turun drastis menjadi miskin.Hingga akhirnya Qyanara mengalami gangguan mental, hingga mengharuskannya mendapat perawatan di rumah sakit jiwa.Keluarga Quinshaa kini hanya tinggal menyisakan Arsyana seorang, dengan beban tanggung jawab berat di pikul di punggungnya seorang diri. Di tambah warisan hutang-hutang yang di tinggalkan mendiang sang ayah untuknya sangatlah besar, belum lagi dengan biaya hidupnya, serta biaya perawatan ibunya di rumah sakit jiwa.Terlarut di dalam pikiran yang sedang meratapi nasib, hingga membuat Arsyana mengantuk di perjalanan yang entah menuju kemana.Arsyana pun mulai hanyut ke dalam dunia mimpi, dan meninggalkan dunia nyatanya yang sangat membuatnya kelelahan. * * * * *"Nona Arsyana, bangunlah. Kita sudah sampai Nona," ucap asisten Devina membangun Arsyana dengan sopan."Hmmm ... tak bisakah kalian memberikan ku lima menit saja untukku melanjutkan mimpi?" Arsyana bergumam dengan tidak begitu jelas."Nona, ayo ... bangunlah, Nyonya Devina sudah menunggu mu di dalam," ucapnya lagi membangunkan Arsyana."Aiishh ... kenapa aku terjebak bersama wanita gila itu!" gerutu Arsyana kesal, sambil memaksakan diri untuk bangun dan mengumpulkan penuh kesadarannya."Nona, tolong jaga bicaramu. Jika kau tak ingin mendapatkan masalah." Asisten Devina memperingati Arsyana."Apa pedulimu hah? Hidupku sudah begitu banyak masalah. Jadi, hanya menambah satu masalah lagi, itu tak masalah bagiku!" ketus Arsyana sinis, sambil keluar dari dalam mobil dan mendongak ke atas menatap keseluruhan bangunan megah bak istana didepannya itu."Aah ... sial! Aku tak percaya, demi uang aku harus menjual diriku sendiri pada mereka!" gerutu Arsyana semakin kesal pada dirinya sendiri."Apa?!" pekik Kelvin terkejut mendengar kabar hilangnya Arsyana.Deru napasnya seketika terasa berat. "A--aku, aku tidak bisa kehilangan -nya," ucap Kelvin panik, dan dia langsung bergegas pergi sambil mengeluarkan handphone miliknya untuk menelepon seseorang."Cari! Cari istriku Arsyana sekarang!" teriak Kelvin di telepon. "Temukan dia, di mana pun dia berada, temukan dia secepatnya!" teriaknya lagi begitu emosional."Ada apa?!" tanya Rossalia Ibu Kelvin ikut panik melihat putranya yang terlihat begitu emosional."Arsya--Arsyana menghilang," jawab Kelvin tergagap saking paniknya.Deg!Rossalia mengerjap kaget, matanya terbelalak sempurna menatap sang putra."Kelvin terlihat begitu khawatir dan hancur, apa dia menyukai gadis itu?" batin Rossalia bertanya-tanya sambil menatap putranya."Ibu, aku harus mencari Arsyana. Dia sedang mengandung bayiku saat ini," ucap Kelvin panik, dengan wajah dan matanya memerah.Antara amarah,kesal, khawatir,panik bercampur aduk saat ini.Rossalia langsun
"Davian, kau bawa Arsyana ke rumah Ibu ku," titah Kelvin pada asistennya Davian melalui sambungan telepon mereka."Baik Tuan," Balas Davian patuh.Kelvin berpikir sambil duduk di ruangan kerjanya. Karena dia mulai kembali ke kantor, dan mengambil alih kembali pekerjaan kantor, setelah lebih dari dua bulan tidak masuk kantor.Kali ini beralih Davian yang di berikan tugas olehnya untuk menjaga Arsyana."Ting...."Sebuah pesan masuk ke ponsel Kelvin. Dan dia langsung membaca pesan itu.[Sudah lama kita tidak makan malam bersama. Aku sudah memesan restoran tempat biasa kita kunjungi, kau datanglah....]Pesan singkat dari Devina membuat Kelvin diam dan berpikir. Dia menatap layar ponselnya, dan mengulang-ulang membaca pesan dari Istrinya Devina. [Aku tidak bisa, karena malam ini aku ada acara makan malam dengan ibu.]Kelvin kembali meletakkan ponselnya di atas meja kerja. Dia kembali dengan pekerjaan, memeriksa file dokumen yang terdapat di meja kerjanya. Dan itu harus di tanda tangani o
"Aku tidak bisa membiarkan gadis itu merebut posisiku," geram Devina tertahan."Nyonya, apa tidak sebaiknya saja, kita bereskan gadis itu? Karena, keberadaannya akan semakin mengancam posisimu," usul Albert memberikan saran pada Devina."Tidak, kita tidak boleh gegabah. Gadis itu saat ini sedang hamil, kita tidak bisa membahayakan bayi yang ada di dalam kandungannya," tolak Devina.Dia menghela napasnya dengan sekaligus, berusaha untuk menetralisir rasa marahnya yang kian bergejolak karena pertengkarannya dengan Kelvin sebelumnya.Kelvin yang ingin memberitahukan keluarganya tentang Arsyana, itu di tentang oleh Devina. Hingga keduanya mulai bertengkar, pertengkaran yang jarang sekali terjadi sebelumnya.Sebelumnya, di saat Dia dan Kelvin bertengkar, Kelvin selalu mengalah, bahkan tidak pernah sekalipun pria itu membentaknya. Namun kali ini berbeda, Kelvin sudah berani membentaknya, dan memutuskan sesuatu sesuai kehendaknya sendiri.Tampaknya, menghadirkan Arsyana di dalam kehidupan ru
“Dia harus pindah dari sini,” ujar Devina.“Pindah ke mana maksud Nyonya?” tanya Davian dengan dahinya mengkerut.“Tentu saja ke tempat yang jauh dari sini,” jawab Devina menekankan.“Tidak, Nona Arsya tidak boleh ke mana-mana tanpa seijin Tuan Kelvin,” tolak Davian tegas.“Kau membantahku?” pekik Devina dengan tatapan tajam sempurna.“maaf Nyonya, semuanya harus dibicarakan dahulu dengan Tuan. Karena tanggung jawab saya di sini adalah menjaga Nona Arsya,” jelas Davian menegaskan.“Sialan kau!” pekik Devina merasa kesal.Lalu dia pun keluar dari kamar Arsyana, karena tak bisa mendebat banyak Davian kali ini. Jelas, rencananya untuk memindahkan tempat tinggalnya Arsyana tak akn di setujui oleh Kelvin.“Katakan pada orang kita, untuk lebih mengawasi Arsyana lebih ketat lagi,” titah Devina pada Albert.“Baik Nyonya,” jawab Albert seraya mengangguk patuh.Devina berlalu pergi dari kediaman Arsyana dengan perasaan kesal luar biasa, karena dia merasa kalah telak kali ini dari Arsyana si gadi
Kelvin menarik tangan Devina dengan begitu kasar, untuk membawanya pergi dari tempat itu. Dia membawa Devina ke ruangan kerjanya, agar bisa berbicara dengan Devina berdua serta lebih serius tanpa adanya gangguan dari siapapun. “Apa yang kau tadi Devina? Apa maksud mu dengan melewati batas? Apa kau lupa, kalau kau sendirilah yang menghadirkan Arsyana untuk ku!” cecar Kelvin dengan tatapan menajam sempurna pada istrinya Devina. “Iya, benar, akulah yang mendatangkan gadis itu untuk mu. Tapi dia hanya untuk mengandung bayimu, bukan untuk mendapatkan cintamu Kelvin!” sentak Devina penuh emosi. “Apa kau sudah gila? Apa maksudmu dengan mendapatka cintaku?” bantah Kelvin atas apa yang di lontarkan Devina kepadanya. “Kau pikir aku bodoh Kelvin? Sehingga aku tak tahu apa yang terjadi selama kalian tinggal bersama? Kau pikir aku ini apa hah? Aku berkorban segalanya demi kamu mendapatan penerus dari darahmu sendiri. Tapi apa? Kau justru menikmati setiap malam mu dengan gadis itu!” sentak Devi
Devina mendatangi kediaman Arsyana. Jalanannya begitu elegan, dengan penampilan modis layaknya Nyonya besar berkelas.“Dimana gadis itu?” tanya Devina pada pelayan khusus yang di tetapkan olehnya sebagai informant di tempat Arsyana.“Di-dia ada di gazebo belakang, bersama Tuan,” jawab pelayan itu sambil tertunduk hormat.Devina mendengus kesal, tatapan matanya menajam, dengan gigi gemeretak di sertai kepalan tangannya menguat menahan amarahnya.Albert yang berdiri tepat di belakang Devina, dia menatap pada kepalan tangan wanita itu, dan dapat terbaca olehnya kalau wanita di depannya itu tengah di di penuhi oleh amarah, sekalipun Devina memunggunginya.“Mereka masih bermain-main di belakang ku! Lihat saja pembalasan ku!” geram Devina menahan kesal.Dia pun melangkah masuk dengan letupan emosi yang bergejolak, menahan kuat raa ingin membunuh Arsyana saat itu juga. Namun dia harus tetap bersabar, setidaknya sampai Arsyana melahirkan nanti.“Waah... seperti, pagi yang sangat indah, hangat