Share

Bab. 7 Keributan Di Malam Perkenalan

“Ah ... jadi kau, jalang yang akan menyewakan rahimnya demi uang?” tanya Kelvin dengan celetukan kasarnya, serta sikapnya yang dingin sambil melirik tipis ke arah Arsyana.

“Hei Tuan. Sebaiknya kau jaga bicara mu!” sergah Arsyana yang merasa keberatan dengan celetukan kurang ajar Kelvin.

“Apa aku salah?” tanya Kelvin sinis.

“Sudah! Kalian berhenti berdebat! Mau tidak mau, kalian nanti harus tidur bersama, untuk melahirkan anak kami!” cegah Devina melerai.

“Anak kalian? Ciih ... kalian memang pasangan suami istri yang tak waras!” cibir Arsyana sambil mendengus kesal.

“Arsyana! Jaga bicara mu!” bentak Devina semakin menipis kesabarannya.

“Jika kau terus berlaku tidak sopan. Aku tak akan segan-segan mengeluarkan ibu mu dari rumah sakit sekarang juga!” ancam Devina sambil mengunci tatapan tajamnya pada Arsyana.

Arsyana seketika terdiam. Dia benar-benar di buat mati kutu, di saat Devina menyangkutkan ibunya di setiap keadaannya. Dan menjadikan ibunya itu sebagai titik kelemahan Arsyana.

“Apa maksudmu dengan mengeluarkan ibunya?” tanya Kelvin yang tiba-tiba penasaran tentang yang baru saja di katakan oleh Devina.

“Euh.. i-itu ... itu--” Devina tergagap seketika. Karena tanpa sadar, dia mengancam Arsyana di depan suaminya.

“Itu jurus Istrimu untuk mengancam ku," celetuk Arsyana menjawab pertanyaan Kelvin dengan santai.

"Devina! Apa maksudnya semua ini?" tanya Kelvin membentak Istrinya.

"Honey, dengarkan dulu. Aku bisa menjelaskan semuanya."

"Arsyana, kau pergilah ke kamar mu!" titah Devina pada Arsyana, sambil menatap gadis itu dengan tatapan mengancam.

"Kenapa? Apa kau takut aku mengadukan mu pada suami mu?" tanya Arsyana semakin menantang, di sertai garis senyuman tipis di wajahnya yang cantik.

Tampaknya, Arsyana langsung bisa membaca situasi. Dia bisa langsung menerka, kalau Devina tidak sepenuhnya jujur pada suaminya.

"Diam kau! Sebelum aku robek mulut manis mu itu!" pekik Devina semakin kesal, dan dia kembali mengancam Arsyana.

"Hahahaha...." Arsyana justru tertawa keras, sebelum akhirnya dia menuruti Devina untuk pergi dari tempat itu, dan membiarkan sepasang suami istri itu berbicara.

Kelvin menarik nafas panjang, lalu menghela sekaligus dengan kasar.

"Jelaskan pada ku Devina, sebenarnya apa yang kau lakukan?" tanya Kelvin sambil menahan dirinya.

"Jadi begini Kelvin, gadis itu sangat arogan dan keras kepala. Jadi, aku sedikit melakukan ancaman padanya, agar dia bisa menuruti kita," jawab Devina mulai menjelaskan.

"Kenapa kau memaksa gadis itu? Memangnya, kau tidak bisa mencari gadis lain selain dia?" bentak Kelvin yang tak habis pikir dengan cara kerja dari otak istrinya itu.

"Tapi aku menginginkan dia Kelvin. Aku sudah memilih gadis itu, dan aku tak ingin gadis lain yang harus mengandung anak kita!" sergah Devina.

"Tapi ini semua salah Devina! Untuk apa kau mengancamnya?" debat Kelvin di sertai helaan nafas kasar.

"Tapi dia sangat membutuhkan banyak uang Kelvin!"

"Kau ingat, Farel Quinshaa? Bukannya dia salah satu rekan bisnis mu dulu? Perusahaannya bangkrut, dan sepertinya kalian juga ada sangkutan hutang-pihutang dengan rekan bisnis mu itu--"

"Apa hubungannya?" tanya Kelvin menyelak.

"Gadis itu putri dari Farel. Ya ... dia putrinya Farel Quinshaa. Selain hutangnya padamu, ayahnya juga meninggalkan banyak hutang untuk gadis itu. Di tambah lagi, ibunya saat ini di rawat di rumah sakit jiwa," papar Devina menjelaskan secara terperinci pada suaminya Kelvin.

"Tetap saja Devina, itu tak ada sangkut pautnya dengan kita. Urusan hutang-hutangnya, ibunya yang sakit, atau bahkan dia butuh uang ataupun tidak, itu bukan urusan kita!" Davin menekankan.

"Tapi kita membutuhkannya Kelvin!"

"Aku butuh anak untuk harga diriku di hadapan keluarga mu! Dan kau juga memerlukan penerus bukan?"

"Dan, bukannya kita memang merindukan kehadiran anak untuk keluarga kita bukan?"

"Jadi apa salahnya Davin? Disini kita tidak saling merugikan, kita justru saling membantu satu sama lain. Dia kita bantu untuk menyelesaikan masalah ekonominya, dan kita pun akan mendapatkan anak kita," ucap Devina panjang lebar. Dia kembali berusaha untuk meyakinkan Suaminya.

"Tapi dia tak benar-benar menginginkannya Devina. Dia hanya akan terpaksa untuk tidur dengan ku, karena kau mengancamnya!" debat Kelvin.

"Lalu bagaimana dengan mu? Apa untuk tidur dengan gadis itu, kau harus menginginkannya lebih dulu? Atau kau harus menyukainya dulu?" Devina membalik keadaan.

"Jangan gila Devina! Itu tak akan mungkin!"

"Aku tak akan pernah bisa melihat wanita lain selain dirimu sayang," lirih Kelvin sambil memegangi kedua bahu Devina, lalu memeluknya dengan begitu erat.

"Baiklah... yang pasti, kau urus benar-benar gadis itu. Karena aku tidak mau repot dengan arogansinya," ucap Kelvin yang lagi-lagi mengalah pada istrinya Devina.

"Kau tenang saja, aku akan mengurus gadis itu. Hingga dia benar-benar siap untuk kau datangi." Devina berhasil meyakinkan Kelvin, dan dia kembali mengukir senyumannya dengan sorot mata di penuhi binar kebahagiaan.

* * * * *

"Halo ... Arsyana. Kau kemana saja? Kenapa tidak pulang ke rumah? Dan kenapa hari ini kau tidak kuliah? Aku bahkan ke rumah sakit, tapi kata suster, kau sama sekali belum mengunjungi ibumu hari ini. Kau dimana Arsyana?" tanya Karin mencecar Arsyana di sambungan telepon mereka berdua.

"A--aku, aku ada urusan di luar kota Karin," jawab Arsyana tergagap.

Tiba-tiba saja, Arsyana langsung teringat akan ancaman dari Devina. Kalau wanita itu melarang Arsyana untuk memberitahukan siapapun kesepakatan mereka, termasuk pada sahabatnya Karin dan juga ayahnya Karin, yaitu Hilton.

Karena sebelumnya, Karin memang tinggal bersama di rumah Karin. Dan Hilton, kakak laki-laki Devina juga sangat menyayangi Karin sama seperti halnya dia menyayangi Karin putri kandungnya.

"Apa maksudmu urusan di luar kota? Kenapa kau tak memberitahu ku sebelumnya Arsya? Kau tahu? Aku dan ayah ku sangat mencemaskan mu!" cecar Karin kembali semakin khawatir bercampur panik mengenai Arsyana.

"Karin ... tenanglah, aku disini baik-baik saja. Aku di sini hanya mengurus pekerjaan yang di tinggalkan ayah ku, jadi mau tidak mau aku harus segera pergi untuk mengurus. Setidak, aku bisa membayar biaya pengobatan ibuku, serta mencicil hutang-hutang ayahku," sanggah Arsyana berusaha membuat yakin sahabatnya Karin.

"Apa yang sebenarnya kau kerjakan di sana Arsya?" tanya Karin penasaran.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status