“Ah ... jadi kau, jalang yang akan menyewakan rahimnya demi uang?” tanya Kelvin dengan celetukan kasarnya, serta sikapnya yang dingin sambil melirik tipis ke arah Arsyana.
“Hei Tuan. Sebaiknya kau jaga bicara mu!” sergah Arsyana yang merasa keberatan dengan celetukan kurang ajar Kelvin.“Apa aku salah?” tanya Kelvin sinis.“Sudah! Kalian berhenti berdebat! Mau tidak mau, kalian nanti harus tidur bersama, untuk melahirkan anak kami!” cegah Devina melerai.“Anak kalian? Ciih ... kalian memang pasangan suami istri yang tak waras!” cibir Arsyana sambil mendengus kesal.“Arsyana! Jaga bicara mu!” bentak Devina semakin menipis kesabarannya.“Jika kau terus berlaku tidak sopan. Aku tak akan segan-segan mengeluarkan ibu mu dari rumah sakit sekarang juga!” ancam Devina sambil mengunci tatapan tajamnya pada Arsyana.Arsyana seketika terdiam. Dia benar-benar di buat mati kutu, di saat Devina menyangkutkan ibunya di setiap keadaannya. Dan menjadikan ibunya itu sebagai titik kelemahan Arsyana.“Apa maksudmu dengan mengeluarkan ibunya?” tanya Kelvin yang tiba-tiba penasaran tentang yang baru saja di katakan oleh Devina.“Euh.. i-itu ... itu--” Devina tergagap seketika. Karena tanpa sadar, dia mengancam Arsyana di depan suaminya.“Itu jurus Istrimu untuk mengancam ku," celetuk Arsyana menjawab pertanyaan Kelvin dengan santai."Devina! Apa maksudnya semua ini?" tanya Kelvin membentak Istrinya."Honey, dengarkan dulu. Aku bisa menjelaskan semuanya.""Arsyana, kau pergilah ke kamar mu!" titah Devina pada Arsyana, sambil menatap gadis itu dengan tatapan mengancam."Kenapa? Apa kau takut aku mengadukan mu pada suami mu?" tanya Arsyana semakin menantang, di sertai garis senyuman tipis di wajahnya yang cantik.Tampaknya, Arsyana langsung bisa membaca situasi. Dia bisa langsung menerka, kalau Devina tidak sepenuhnya jujur pada suaminya."Diam kau! Sebelum aku robek mulut manis mu itu!" pekik Devina semakin kesal, dan dia kembali mengancam Arsyana."Hahahaha...." Arsyana justru tertawa keras, sebelum akhirnya dia menuruti Devina untuk pergi dari tempat itu, dan membiarkan sepasang suami istri itu berbicara.Kelvin menarik nafas panjang, lalu menghela sekaligus dengan kasar."Jelaskan pada ku Devina, sebenarnya apa yang kau lakukan?" tanya Kelvin sambil menahan dirinya."Jadi begini Kelvin, gadis itu sangat arogan dan keras kepala. Jadi, aku sedikit melakukan ancaman padanya, agar dia bisa menuruti kita," jawab Devina mulai menjelaskan."Kenapa kau memaksa gadis itu? Memangnya, kau tidak bisa mencari gadis lain selain dia?" bentak Kelvin yang tak habis pikir dengan cara kerja dari otak istrinya itu."Tapi aku menginginkan dia Kelvin. Aku sudah memilih gadis itu, dan aku tak ingin gadis lain yang harus mengandung anak kita!" sergah Devina."Tapi ini semua salah Devina! Untuk apa kau mengancamnya?" debat Kelvin di sertai helaan nafas kasar."Tapi dia sangat membutuhkan banyak uang Kelvin!""Kau ingat, Farel Quinshaa? Bukannya dia salah satu rekan bisnis mu dulu? Perusahaannya bangkrut, dan sepertinya kalian juga ada sangkutan hutang-pihutang dengan rekan bisnis mu itu--""Apa hubungannya?" tanya Kelvin menyelak."Gadis itu putri dari Farel. Ya ... dia putrinya Farel Quinshaa. Selain hutangnya padamu, ayahnya juga meninggalkan banyak hutang untuk gadis itu. Di tambah lagi, ibunya saat ini di rawat di rumah sakit jiwa," papar Devina menjelaskan secara terperinci pada suaminya Kelvin."Tetap saja Devina, itu tak ada sangkut pautnya dengan kita. Urusan hutang-hutangnya, ibunya yang sakit, atau bahkan dia butuh uang ataupun tidak, itu bukan urusan kita!" Davin menekankan."Tapi kita membutuhkannya Kelvin!""Aku butuh anak untuk harga diriku di hadapan keluarga mu! Dan kau juga memerlukan penerus bukan?""Dan, bukannya kita memang merindukan kehadiran anak untuk keluarga kita bukan?""Jadi apa salahnya Davin? Disini kita tidak saling merugikan, kita justru saling membantu satu sama lain. Dia kita bantu untuk menyelesaikan masalah ekonominya, dan kita pun akan mendapatkan anak kita," ucap Devina panjang lebar. Dia kembali berusaha untuk meyakinkan Suaminya."Tapi dia tak benar-benar menginginkannya Devina. Dia hanya akan terpaksa untuk tidur dengan ku, karena kau mengancamnya!" debat Kelvin."Lalu bagaimana dengan mu? Apa untuk tidur dengan gadis itu, kau harus menginginkannya lebih dulu? Atau kau harus menyukainya dulu?" Devina membalik keadaan."Jangan gila Devina! Itu tak akan mungkin!""Aku tak akan pernah bisa melihat wanita lain selain dirimu sayang," lirih Kelvin sambil memegangi kedua bahu Devina, lalu memeluknya dengan begitu erat."Baiklah... yang pasti, kau urus benar-benar gadis itu. Karena aku tidak mau repot dengan arogansinya," ucap Kelvin yang lagi-lagi mengalah pada istrinya Devina."Kau tenang saja, aku akan mengurus gadis itu. Hingga dia benar-benar siap untuk kau datangi." Devina berhasil meyakinkan Kelvin, dan dia kembali mengukir senyumannya dengan sorot mata di penuhi binar kebahagiaan. * * * * *"Halo ... Arsyana. Kau kemana saja? Kenapa tidak pulang ke rumah? Dan kenapa hari ini kau tidak kuliah? Aku bahkan ke rumah sakit, tapi kata suster, kau sama sekali belum mengunjungi ibumu hari ini. Kau dimana Arsyana?" tanya Karin mencecar Arsyana di sambungan telepon mereka berdua."A--aku, aku ada urusan di luar kota Karin," jawab Arsyana tergagap.Tiba-tiba saja, Arsyana langsung teringat akan ancaman dari Devina. Kalau wanita itu melarang Arsyana untuk memberitahukan siapapun kesepakatan mereka, termasuk pada sahabatnya Karin dan juga ayahnya Karin, yaitu Hilton.Karena sebelumnya, Karin memang tinggal bersama di rumah Karin. Dan Hilton, kakak laki-laki Devina juga sangat menyayangi Karin sama seperti halnya dia menyayangi Karin putri kandungnya."Apa maksudmu urusan di luar kota? Kenapa kau tak memberitahu ku sebelumnya Arsya? Kau tahu? Aku dan ayah ku sangat mencemaskan mu!" cecar Karin kembali semakin khawatir bercampur panik mengenai Arsyana."Karin ... tenanglah, aku disini baik-baik saja. Aku di sini hanya mengurus pekerjaan yang di tinggalkan ayah ku, jadi mau tidak mau aku harus segera pergi untuk mengurus. Setidak, aku bisa membayar biaya pengobatan ibuku, serta mencicil hutang-hutang ayahku," sanggah Arsyana berusaha membuat yakin sahabatnya Karin."Apa yang sebenarnya kau kerjakan di sana Arsya?" tanya Karin penasaran.“Seandainya, aku bisa memberitahukan mu Karin. Aku saat ini sedang menggadaikan rahim ku sendiri, agar aku bisa mendapatkan banyak uang untuk biaya pengobatan ibu dan juga membayar hutang-hutang ayah.” Arsyana menghela nafasnya dengan berat seraya membatin.Dia tak menjawab pertanyaan sahabatnya Karin. Arsyana justru malah luput di dalam pemikirannya sendiri.“Arsyana! Kenapa kau diam saja?” bentak Karin dari balik telepon.“Ah, Ka--karin ... aku harus segera mnutup teleponya, nanti ku telepon lagi oke.” Arsyana dengan cepat mengakhiri panggilan teleponya dengan Karin, karena dia melihat kedatangan Devina dengan Kelvin ke kamarnya.“Siapa yang ku telepon?” tanya Devina menyelidik.“Siapa lagi? Tentu saja keponakan mu tersayang, Karin!” jawab Arsyana sambil menekan nada bicaranya.“Apa kau sudah gila? Kau memberitahukan keponakan ku?” tanya Devina yang refleks membentak Arsyana.“Ck ... sepertinya kau lah yang gila. Karena kau berpikiran seperti itu,” cetus Arsyana ambil mendecak, namu
Di Kediaman Kelvin Daviandra.Devina baru saja sampai ke rumahnya, dia baru saja pulang untuk menyaksikan prosesi pernikahan suaminya sendiri dengan gadis lain.Dia menghela nafasnya dengan berat. Tiba-tiba merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya, yaitu perasaan kesal. Kesal, karena membayangkan suaminya sendiri tidur dengan wanita lain."Nyonya," sapa Albert asisten pribadi Devina, yang kemana-mana selalu mendampinginya."Albert, tolong bawakan minuman untuk ku," titah Devina pada Sang Asisten."Baik Nyonya," jawab Albert sambil membungkuk penuh hormat.Langkah kaki Devina gontai, namun dia memaksakan diri untuk pergi dan duduk di sebuah single sofa di ruang keluarganya.Rumah megah bak istana itu memang sangat sepi, hingga Devina merasa, kalau hanya dirinya lah yang tinggal di rumah besar itu, dan membuatnya merasa tersiksa karena kesepian.Sementara malam yang semakin larut, para staf dan pelayan di ruma
"Kemarilah, aku bantu untuk membukanya," tawar Kelvin.Lalu dia pun bangkit dari duduknya untuk menghampiri Arsyana."Tidak usah, aku bisa sendiri!" tolak Arsyana dengan ketus."Kau jangan keras kepala, sini!" paksa Kelvin.Dia pun menarik paksa lengan Arsyana, agar tubuhnya berbalik menghadapnya.Arsyana sontak terkesiap saat jarak mereka berdua terlalu dekat untuk saling berhadapan satu sama lain.Keduanya saling berkontak mata, dan mengunci tatapan mereka satu sama lain. Hingga waktu terasa berhenti beberapa saat, di saat keduanya saling menatap.Tiba-tiba dada Arsyana terasa berat, dan nafasnya terasa begitu sesak, pipinya memerah serta terasa panas. Berbarengan dengan detak jantungnya juga yang tiba-tiba berdebar begitu kencang, di saat mereka berdua saling bertatapan.Kelvin melingkarkan satu tangannya ke punggung Arsyana, menyentuh bagian punggungnya, lalu menghentakkannya sekaligus agar Arsyana semakin merapat kepadanya."Apa yang kau lakukan?" tanya Arsyana memekik sakit terke
"Apa kau serius?" tanya Kelvin tak percaya.Wajah Arsyana semakin memerah, dan tertunduk, tak kuat menahan rasa malunya.Kelvin memindai gelagat Arsyana baik-baik, berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri kalau gadis di depannya itu tidak sedang berbohong kepadanya."Tu-tuan... kau tidak berniat untuk melakukannya malam ini,kan?" tanya Arsyana gugup."Memangnya kenapa? Bukannya sekarang malam pengantin kita? Tubuh mu sudah menjadi hak ku,kan?" dalih Kelvin dengan datar."Tapi,-""Cuup.."Tiba-tiba saja Kelvin mengecup bibir Arsyana sekilas, saat Arsyana mendongak untuk membantah Kelvin.Namun justru Arsyana di buat terkejut, dengan ciuman tiba-tiba yang di lakukan Kelvin padanya. Seketika gadis itu terkesiap membeku hingga matanya membulat sempurna menatap Kelvin."Apa itu juga ciuman pertama mu?" tanya Kelvin sambil menyeringai, dan menatap Arsyana dengan penuh arti.Arsyana mengerjap tersada
“Seharusnya kalau kau tak ingin melakukan kesepakatan ini, harusnya kau bilang saja!” seru Kelvin dengan begitu tiba-tiba di saat dia memilih-memilah pakaian tidur untuknya. Mendengar hal itu, Arsyana sontak melirik ke arah Kelvin, dan menatap pria itu dengan matanya yang menyipit. “Kenapa?” tanya Kelvin datar, sambil membalas lirikan Arsyana dengan begitu dingin. “Ti--tidak,” jawab Arsyana singkat dengan begitu canggungnya. “Jika kau mau membatalkan kontrak kita, aku akan bicara dengan istriku nanti. Aku juga tak mau memaksa mu,’ ucap Kelvin kembali masih dengan nada yang datar-datar saja. Lalu pria itu kembali fokus pandangannya ke dalam isi lemari pakaian, dan memilik kembali pakaian yang akan di gunakannya. “Apa kau marah padaku Tuan?” tanya Arsyana mendadak menjadi sangat sungkan sekaligus sopan pada Kelvin. “Hmmm... aku kesal, kenapa aku harus bercinta dengan gadis lain selain istriku. Padahal, aku tak pernah mempermasalahkan kalau kami memiliki anak atau tidak,” paparnya
Kelvin begitu puas setelah dia berhasil menggagahi Arsyana malam itu. Dan efek dari pengaruh obat perangsang yang di bubuhi pelayan suruhan Devina, membuatnya lepas kendali, dan sempat melakukannya dengan kasar di saat Arsyana beberapa kali berusaha berontak dalam kungkungannya.Arsyana tertidur lelap, karena tubuhnya terlalu lelah, atas gempuran yang di lakukan Kelvin kepadanya begitu juga dengan Kelvin, dia pun hanyut dalam pelepasan hormon endorfin ke seluruh tubuhnya, di saar dia begitu puas dengan pelepasan setelah menyalurkan seluruh hasratnya pada Arsyana.Dan dia pun ikut lelap di dalam tidurnya yang membahagiakan di malam itu. * * * * *Keesokan Paginya.Arsyana bangun lebih dulu di pagi itu, dan dia merasakan tubuhnya terasa remuk karena Kelvin terlalu kasar cara bermainnya semalam. Bahkan, gadis itu merasakan nyeri bercampur perih di daerah intinya.Arsyana bangkit dari tidurnya, sambil menarik selimut untuk menutup
Di Rumah Tempat Arsyana Tinggal.Kelvin tampak sedang santai di ruang kerja sementaranya di rumah itu. Dia yang di haruskan tinggal bersama Arsyana, sampai gadis itu benar-benar di nyatakan hamil anaknya. Kelvin tak di perbolehkan oleh Devina untuk pulang ke rumah mereka.Karena Devina tahu, sebesar apa cinta suaminya untuknya. Maka dari itu, Devina menyisipkan aturan itu di dalam kesepakatan yang sudah di sepakati mereka.Agar, Kelvin tidak goyah karena terpengaruh oleh cintanya terhadap Devina. Sementara Devina, dia ingin segera menerima kabar kehamilan Arsyana. Agar dia bisa menaikan kembali harga dirinya di hadapan keluarga Daviandra."Davian... kau datanglah kemari, bawa semua berkas-berkas kantor kesini. Alamat akan ku kirimkan padamu. Dan pastikan, kau bawa semua berkas-berkas kantor yang harus ku periksa, dan ku tanda tangani ya," titah Kelvin pada asistennya Davian Alvaro melalui sambungan telepon."Maaf Tuan! Bukannya kau saat ini ada di rumah?" tanya Davian memastikan.Kare
"Tuan, apa aku tidak salah dengar? Kau menikah lagi?" tanya Davian tersentak kaget mendengar semua penjelasan Kelvin kepadanya."Hmmm... Devina terus saja memaksaku, aku tidak bisa lagi menolaknya kali ini," balas Kelvin, dan dia terlihat murung di dalam situasinya saat ini."Lalu, bagaimana dengan gadis itu?" tanya Davian semakin penasaran."Apa lagi? Tentu saja dia harus secepatnya hamil," sahut Kelvin."Iya kau benar tuan. Berarti semua kerjaan kantor mu, harus saya bawa kesini?" tanya Davian yang mulai paham akan situasi Tuannya."Ya... kau bawa semua pekerjaan ku kesini, serta aku membutuhkan semua laporan perkembangan kantor setiap harinya. Dan lagi, tunda semua jadwal pertemuan ku untuk sementara waktu," jawab Kelvin memerintahkan."Baik Tuan, akan saya lakukan!" sahut Davian dengan begitu patuh."Ah, satu lagi--""Iya Tuan?""Kau jenguklah Ibu Arsyana di rumahsakit, dan pantau perkembangannya. Serta apapun yang di perlukan untuk menyembuhkan ibu gadis itu, kau penuhi semuanya,