Apa tanggapan Kenzo mendengar ucapan Siska?
🏵️🏵️🏵️ “Dia istriku dan dia pantas menerima cinta dariku. Kamu tahu, nggak, apa yang selalu dia ucapkan padaku? Dia selalu memohon agar aku tidak membagi cinta untuk yang lain. Dia selalu mengingatkan kalau aku hanya pantas mencintaimu. Dia selalu kasar berbicara di depanku dan tidak berharap dengan cintaku.” “Bagus, dong. Dia tahu diri karena dia sadar hanya sebagai istri kedua.” “Istri kedua yang telah menyerahkan apa yang tidak pernah bisa kamu berikan untukku.” “Aku nggak pernah meminta tidak bisa memiliki keturunan, Mas.” “Bukan itu yang aku maksud. Kamu mampu, nggak, menjaga diri hanya untuk suamimu? Nggak sama sekali. Kamu tidak pernah jujur padaku. Kamu membohongiku.” Kenzo beranjak ke kamar Tasya untuk mengambil tas kerja lalu berangkat ke kantor. Siska sangat menyesal karena dulu tidak berusaha jujur kalau dia tidak mampu memberikan sesuatu yang berharga dalam dirinya untuk diberikan kepada suaminya. Pergaulan bebas yang Siska jalankan di masa lalu telah membuatnya k
🏵️🏵️🏵️ Waktu terus berlalu, hari ini kehamilan Tasya memasuki usia enam bulan. Perasaan yang ada pada dirinya makin mendalam untuk Kenzo, tetapi dia tetap menyembunyikannya dengan rapat. Tasya tidak ingin suaminya mengetahui cinta yang sudah tumbuh sekarang. Sementara sikap yang Siska tunjukkan makin aneh terhadap Tasya. Dia sangat membenci sahabatnya tersebut. Tidak ada lagi canda tawa yang mereka tunjukkan seperti dulu. Kedua wanita itu sibuk dengan pikiran masing-masing. Kenzo masih tetap dengan usahanya mendekatkan diri kepada Tasya, walaupun wanita itu sudah mengingatkan agar menjaga jarak dengannya. Tasya tidak ingin selalu salah di mata Siska. Hatinya sakit setiap mendengar tuduhan perempuan tersebut. Tiga hari yang lalu, Siska melontarkan kalimat yang sangat menyakitkan kepada Tasya. Tujuan wanita tersebut agar sahabatnya merasa tidak betah tinggal di rumahnya. Namun, Tasya tetap berusaha kuat dan bersabar. “Sepertinya kamu benar-benar ketagihan, ya, Sya tidur dengan su
🏵️🏵️🏵️ Hati Tasya sangat perih, seakan-akan disayat sembilu yang sangat tajam. “Tega banget kamu, Sis, nuduh aku seperti itu.” “Tapi itu kenyataan.” “Terserah kamu menuduhku seperti apa. Aku udah nggak peduli.” Tasya pun berdiri lalu meninggalkan Siska. Dia memasuki kamar. Tasya menghempaskan tubuh ke tempat tidur. Dia pun duduk sambil menyandarkan punggung ke sandaran ranjang. Hatinya tidak terima selalu dituduh melakukan sesuatu yang tidak dia perbuat. Tasya jadi berpikir ingin membenarkan ucapan Siska. Kenzo yang melihat wajah Tasya, merasa heran. Dia menggeser posisi duduk lalu mendekatkan diri. “Kamu kenapa, Sayang? Aku sedih saat kamu mengajukan permintaan yang tidak masuk akal seperti tadi.” Kenzo meraih wajah Tasya agar memandang ke arahnya. “Kenapa kamu nggak terima, Mas?” tanya Tasya ingin tahu. “Aku suamimu dan memiliki hak memintamu melakukan kewajiban sebagai istri. Sudah dua bulan kamu memberikan penolakan. Aku tetap sabar karena memikirkan kehamilanmu yang mas
“Nggak tahu. Cepetan sana, aku mau tidur.” Tasya mendorong pelan tubuh suaminya.” “Tapi kamu juga harus sarapan, Sayang.” “Nanti aja, aku masih ngantuk.” Tasya menutup tubuhnya dengan selimut. Kenzo menyibakkan kain tebal yang menutupi tubuh Tasya. Laki-laki itu mendaratkan ciuman di kening, lalu turun ke perutnya. Seperti biasa, Kenzo berbicara kepada anak dalam kandungan wanita yang dia cintai itu. Setelah melakukan rutinitasnya, Kenzo akhirnya keluar dari kamar Tasya menuju meja makan. Dia mendapati Siska yang sudah duduk menunggu dirinya. Wanita itu sangat heran melihat wajah sang suami yang terlihat berseri-seri. “Pagi, Mas. Tasya mana?” Siska menyapa suaminya. Akan tetapi, tiba-tiba wajah Kenzo mengalami perubahan setelah mendengar suara istri pertamanya. “Pagi. Tasya masih ngantuk,” jawab Kenzo dengan suara datar. “Kamu masih marah, Mas?” tanya Siska setelah menyadari sikap yang ditunjukkan suaminya. Kenzo tetap diam, dia sama sekali tidak memberikan respons kepada istr
🏵️🏵️🏵️ Siska tidak menunjukkan rasa benci di depan Tasya. Dirinya justru mengembangkan senyuman yang membuat Tasya merasa bahagia. Dua sahabat itu pun menikmati makan siang sambil berbincang sesekali. Namun, Siska tiba-tiba mengingatkan kembali kesepakatan yang dulu dia ucapkan. “Maaf, Sya, aku harus mengingatkan kembali tentang kesepakatan kita. Kamu harus ingat, setelah anak itu lahir … segera tinggalkan rumah ini dan pergi dari kehidupan kami sejauh mungkin.” “Aku pasti akan selalu ingat, Sis. Kamu ngga perlu takut atau ragu. Aku janji, setelah melahirkan, akan segera melupakan kalau aku pernah menikah dengan suamimu.” Tasya dengan yakin mengatakan janji tersebut di depan Siswa, walaupun hati kecilnya terasa perih. Tasya dan Siska tidak mengetahui bahwa seseorang telah mendengar pembicaraan mereka. Dua sahabat itu tidak menyadari kalau Bi Inah sangat terkejut setelah tahu apa yang telah ditetapkan oleh istri pertama majikannya. Awalnya, Bi Inah hendak menemui Siska untuk me
🏵️🏵️🏵️ Tasya dan Bi Inah pun berpelukan. Sangat terlihat adanya kebahagiaan terpancar di wajah Tasya. Wanita itu merasakan sesuatu yang berbeda saat mendekap Bi Inah. Dia menemukan kehangatan yang telah lama hilang. “Terima kasih, Bik. Perasaan saya sedikit tenang setelah memeluk Bi Inah.” Tasya pun melepaskan pelukannya. “Bu Tasya kenapa? Apakah ada masalah dengan Pak Kenzo atau Bu Siska?” Bi Inah kembali bertanya. “Nggak, Bik. Mereka itu orang baik. Anak saya pantas memiliki orang tua seperti Siska dan Mas Kenzo.” Tasya tetap membanggakan Siska di depan Bi Inah. Dia tidak tahu kalau asisten rumah tangga tersebut sudah mengetahui seperti apa kesepakatan yang telah Siska buat. “Saya salut melihat Bu Tasya yang tetap menganggap Bu Siska itu baik. Walaupun kenyataannya tidak seperti itu.” “Maksud Bi Inah apa?” tanya Tasya dengan wajah heran. “Syukurlah kalau Bu Siska memperlakukan Bu Tasya dengan baik. Untung tidak mengalami nasib seperti orang yang kerja di rumah ini.” “Maaf,
🏵️🏵️🏵️ “Terima kasih, Sayang. Aku juga ingin dekat-dekat dengan anakku.” Kenzo sangat bahagia mengetahui dirinya akan tidur di kamar wanita yang sangat dia cintai. Setelah makan malam selesai. Siska, Kenzo, dan Tasya pun beranjak dari meja makan. Siska memilih langsung ke kamar, sedangkan kenzo dan istri keduanya menuju ruang keluarga untuk menyaksikan acara televisi. Tasya merasa bahagia karena dapat bersama dengan Kenzo, tetapi dia mencurigai sikap Siska. Selama ini, Tasya sangat tahu kalau Siska selalu ingin tidur bersama Kenzo. Namun, malam ini Siska tiba-tiba berubah menjadi sosok yang tidak seperti biasanya. Tasya berpikir keras menyadari perubahan yang ditunjukkan sahabatnya itu. “Sayang, kita ke kamar aja, yuk. Kamu tetap cuekin aku di sini. Dari tadi ngelamun aja. Sebenarnya kamu mikirin apa?” Kenzo heran melihat sikap Tasya. “Aku nggak apa-apa, Mas. Mungkin karena merasa ngantuk. Ya, udah, kita ke kamar sekarang.” Kenzo akhirnya menuntun Tasya melangkah ke kamar. Lak
🏵️🏵️🏵️ Tanpa memberikan jawaban, Tasya segera beranjak dari tempat itu menuju kamar. Sementara Siska langsung menunjukkan wajah memelas agar Kenzo memberikan perhatian kepadanya. Wanita itu bersikap bertolak belakang dari sebelumnya. “Kamu dengar sendiri apa yang Tasya katakan, Mas. Dia terpaksa menikah denganmu. Seharusnya dia tidak boleh berkata seperti itu. Padahal kamu selalu bersikap baik padanya, bahkan kamu mengaku mencintainya. Inikah balasan atas cinta yang kamu berikan, Mas?” Siska berusaha agar Tasya terlihat bersalah di mata suaminya. “Itu tidak mungkin. Aku yakin kalau Tasya ikhlas mengandung anakku. Aku bisa melihat sikap yang dia tunjukkan.” Kenzo berusaha untuk tidak memercayai apa yang Siska katakan. “Cintamu telah membutakan hatimu, Mas.” Siska merasa kesal kepada suaminya. Kenzo tidak memedulikan apa yang Siska lontarkan. Dia pun beranjak meninggalkan wanita itu lalu melangkah memasuki rumah. Dirinya ingin mendengarkan penjelasan dari perempuan yang saat ini