"Udah lama?" Tegur sang pemuda, Oza tampak terpesona dengan penampilan Badra. Pemuda itu tak terlihat seperti ingin menemuinya karena hanya mengenakan kaos dan celana training biasa saja, gadis itu agaknya dibuat tidak berselera tinggi buat memesan.
"Loe kaya gak niat ketemu sama gue," lirihnya yang tak lekas menatap wajah sang pemuda. Badra tertegun mendengar kata-kata itu kemudian menggeleng kepalanya perlah
Saat ini Oza dan keluarganya sedang merencanakan untuk melakukan refreshing keluar kota, namun disaat seperti ini bukankah gadis itu harus ikut berpartisipasi dalam prosesnya? Tidak untuk kali ini. Oza akan dengan senang hati menerima keputusan apapun dengan tak melibatkannya dalam banyak hal, kenapa? Karena gadis itu tak mau hanya jadi pembantu yang hanya mendapatkan perintah dari sang kakak’. Arasya kesal akan sang adik yang bisa-bisanya tertidur pulas di pangkuan ibunya, perempuan itu tersenyum jahil dan segera mengurus tugas kampusnya. Tak lama gadis itu langsung membeliak ketika sang kakak menjejalnya dengan cabai merah, ... Ayah yang melihat hal itu menggelengkan kepalanya seraya tak habis pikir.“Mikir!” Pekik sang kakak yang tak diambil pusing oleh gadis itu, Oza melengos pergi meninggalkan ruang tamu sembari meminum air teh milik ayahnya. “Bun, kok gak dimarahin si!” Protes Arasya yang tak ditanggapi apapun oleh sang bunda.
Puri berjalan menuju pintu belakang rumah, gadis itu mengulum bibirnya kelu lalu menghela panjang saat mencapai pintu belakang rumah. Puri tentunya terkejut dengan kedatangan sang papa yang memandangnya lekat dan jangan lupa senyuman kikuknya itu, Puri hanya tersenyum sambil berkata. “Mati gue,” gadis itu langsung bergegas masuk ke dalam rumah dan berjalan meninggalkan halaman belakang. Gadis itu merebahkan dirinya pada sisi kasur berukuran besar, ... Puri mengangguk saja saat sang mama menyuruhnya mandi lalu, gadis itu beranjak dari posisinya kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu kamar mandi.Ponselnya bergetar hebat ketika ia berada di dalam kamar mandi, suaranya yang memekak membuat sang mama terpaksa menutup telinganya. “Sayang ada telpon!” Teriak mama, namun gadis itu tetap tak mendengar suara sang mama dan hanya terdengar suara gemercik air saja.Puri tak kunjung datang dari dalam kamar yang padahalnya gadis itu suda
Hari terus berlalu begitu saja tanpa ia sadari hati sudah semakin sore, kelas belum juga usai. Ketika pelajaran terakhir masih berlangsung Oza mendengkus geli kemudian meraih telapak tangan Puri, tiba-tiba jantungnya berdebar begitu kencang entah mengapa rasanya agak jenuh ketika Badra sudah tak berada di dekatnya lagi, semuanya haru terasa saat pemuda itu kembali ke London. Oza menghela panjang sesaat setelah bel benar-benar berdering gadis itu mengulum bibirnya dalam pada saat melihat sosok Arasya yang datang ke sekolahnya, ah, ya, ... Lupa jika bel hanya beberapa menit sebelum pelajaran dimulai kembali gadis itu dengan segera menghampiri sang kakak yang tampak berjalan ke arah kantor guru.Bu Mira terlalu banyak memberikan penjelasan pada pelajarannya tadi, sampai saat ini setelah pulang sekolahpun siswa kelas terpaksa masih harus stay sampai kisi-kisi ujian kenaikan kelas nanti tercatat semuanya. “Ya Tuhan mau sampai nginap apa?! Lama amat ini pelajaran!!” Protes
Sebenarnya ujian kenaikan kelas tak dilakukan hari ini namun karena ada keterlambatan dalam pemilihan waktu, jadi sekolah melakukan tanpa memedulikan rayon setempat. Oza telah menyelesaikan beberapa menit sebelum waktu yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah ketika mendengar bel berbunyi gadis itu langsung melengang keluar dari kelas lain dan meninggalkan teman-temannya yang masih mengerjakan soal, Oza memilih untuk belajar di dalam perpustakaan sekolah. Agar lebih nyaman ketika berada di dalam perpustakaan sekolah, gadis itu tak sengaja bertemu salah satu teman perempuan Badra. Oza memang tidak begitu mengenal siapa teman-temannya pemuda itu, namun jelas sekali dirinya mengenal lebih baik Fathanah.Fathanah terkejut melihat sosok yang selalu menjadi pemecah belah pertemanannya itu, ... Perempuan itu tersenyum kecil lalu menatap manik gadis cantik itu dengan sinisnya. Oza berdeham sedikit lalu kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain, tak lama Puri
Oza mendengkus panjang menatap langit yang kini berada dalam peraduannya, sudah berapa lama ia berada di tempat ini, taman itu terlalu banyak kenangan bersama pemuda yang selalu membuatnya merasa nyaman terlebih mengenai kedekatan diantara keduanya. Gadis itu terlalu malas hanya untuk melanjutkan perjalanannya menuju rumah yang tidak jauh dari kata baik’ itu, masih adakah dirinya dihati sang pemuda. Sampai saat ini. Badra benar-benar tak menghubunginya sama sekali, entahlah apa yang dilakukannya hingga tak mengabarinya, ataupun sekadar mengirimkan pesan singkat. Gadis itu menghela panjang kemudian beranjak meninggalkan taman itu, ketika ia berjalan sendirian ditepi tanpa adanya kendaraan yang melintas, tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat disampingnya.Itu Bahrain sudah beberapa hari ini, gadis itu tak melihatnya, ... Oza menatap manik legam sang pemuda kemudian tersenyum tipis. Bahrain turun dari mobilnya seraya menyapa gadis itu dengan santai, mun
Sejak saat kejadian ditaman itu, gadis cantik itu tak pernah melihat sang kekasih menghubungi atau sekadar menemuinya lagi, sejak saat itu Badra seperti menghilang ditelan bumi. Gadis itu tak banyak perubahan dari yang beberapa tahun lalu, Oza masih tetap bertahan pada perasaannya yang menunggu belasan atau bahkan jutaan pesan yang dikirimkannya itu untuk pemuda yang kini tak tau ada di mana. Nida pindah sekolah saat pembagian raport kenaikan kelas tiga kemarin, gadis itu tak memberitahu ke mana ia pindah atau di mana sekarang ia menimba ilmu. Oza menghela pendek lalu mengubah posisinya menghadap lurus ke arah Bahrain yang sedang menikmati makanannya, lelaki itu memutuskan untuk tetap menemaninya sampai saat ini.Bahrain bosan mendengar kata-kata merindukan dari gadis yang lagi memakan es krim di depannya, sampai saat ini lelaki itu tetap memilih tak memberitahu yang sebenarnya. "Aku kangen sama Badra," kata itu lagi. Bahrain selalu menatapnya dengan tatapan lembut namun
Disekolah Oza banyak melamun sendiri hingga membuat teman-temannya merasa kasian, gadis itu tak banyak mengobrol dan juga tak banyak. Bahrain mencoba untuk mengatakan semua yang ia ketahui selama ini, namun jika suatu saat nanti gadis itu tak mau menemuinya lagi pemuda itu harus siap. Pemuda itu datang memasuki gerbang sekolah dan menunggu Oza yang baru saja selesai jam ketiga, ... Gadis itu tengah bersama Vera dan juga Puri. “Weh, kak Bahrain tuh,” cewek itu menoleh ke arah parkiran lalu tersenyum kecil.“Kak, long time no see.” Sapa Vera yang berjalan di belakang mereka, Puri mencibirnya karena perempuan itu berlagak seperti orang Inggris, namun hal itu disambut dengan tawa oleh sang pemuda.“Sok British loe,” hardik Oza yang langsung berjalan melewati kedua perempuan dibelakangnya itu. Gadis itu tau jika kedatangan pemuda tersebut pasti ingin membahas sesuatu yang penting, itu kenapa Oza menarik lengan kemeja Bahrain dan menjauhkannya dari dua g
Hari ini Oza tau arti dari sebuah harapan, hari ini ia tau jika tidak ada harapan adalah sesuatu yang orang-orang inginkan. Gadis itu memandang wajah sang kakak perempuannya dengan tatapan sulit dipercaya, lantas apa yang salah dengan sikapnya selama ini. Kakaknya sendiripun sibuk dengan urusan pribadinya, tak ada yang akan mendengarkan semua keluhannya, sampai Bahrain datang dan mengulurkan tangannya. Badra saja seolah-olah tak peduli padanya lalu sekarang? Kenapa semua orang terlihat begitu care padanya? “Ini, ... ada apa?” Ujarnya seraya memandangi satu persatu wajah keluarganya. Tak ada satu orangpun yang menjawabnya beberapa menit kemudian seseorang datang dari arah belakang sambil tersenyum kecil padanya, alangkah terkejutnya gadis itu dengan kedatangan sang pemuda yang bahkan pemuda itu mengatakan jika dirinya tidak bisa kembali untuk waktu yang lama.Oza menatap manik itu tak percaya tidak terasa air matanya luruh berjatuhan, “hey, kok nangis.” Gadis itu semakin te