Dicafe Bahrain terus menatap wajah Oza yang sedang melahap makanannya, gadis itu mengulum bibirnya masam saat ingat semalam ia kembali bertengkar dengan pasangannya itu. Hatinya terlalu suntuk untuk sekadar membahas perihal Badra saja, apalagi laki-laki itu terus membela Nida yang sudah jelas salah telah mengambil miliknya. Bahrain yang memerhatikan itu, mendengkus geli ketika mendengar kata-kata omelan yang tak ada berhentinya sama sekali. Gadis itu tersedak karena melihat pemandangan yang tak biasa, ah, itu semakin membuat hubungan mereka berdua makin renggang. Tangan Bahrain mengepal kuat sembari beranjak dari duduknya dan menarik lengan gadis itu yang tak kuasa menahan isak tangisnya, Badra membeku ketika melihat sosok Oza yang menangis dipelukan pemuda lain. Pemuda itu dengan dinginnya melepaskan pelukan tersebut dan menyengkeram lengan Oza, Badra tak terima jika ia dipermainkan seperti ini. Hey! Apakah itu tak salah? Bukankah seharusnya gadis itu yang merasa diru
Suasana dingin yang menyelimuti keadaan saat ini membuat keduanya merasa sama-sama mengalami kecanggungan kala itu, tak pernah terjadi sebelumnya disaat seperti ini seharusnya keduanya saling melempar senyum atau canda. Gadis itu tak mengerti apa yang berbeda dari keadaan sebelumnya, keadaan sebelum mereka saling tak bertemu satu sama lain, ... Oza menghela pendek lalu mengubah posisinya menghadap ke arah pemuda itu. Ketika sang gadis ingin membuka suara, pemuda itu telah lebih dulu meminta padanya sesuatu yang menurut Oza mustahil. “Gue, ... Mau bicara sesuatu,” Oza memutar bola matanya menahan kesal.“Ya, itu udah ngomongkan!”Badra mengerutkan keningnya heran, ah, iya, juga. Begitu pikirnya, pemuda itu berdecak sebal lalu menyingkirkan semua rasa kesalnya terhadap sang gadis, Oza yang masih duduk bersandar memandang wajahnya dari dekat hanya mengerutkan dahi tak mengerti. “Maukan nunggu gue?” Agak tak paham ke mana arah pembicara
Nida menoleh pada gadis yang tengah menunduk bermain game online di ponselnya, entah sejak kapan dirinya menghampiri gadis yang selalu menjadi saingan berat dari Oza. Lagipula beberapa kali ia menolak ajak dari Virta yang selalu memberikan sedikit tekenan terhadapnya, ... Nida memiringkan kepalanya lalu menatap wajah itu sebal kemudian menutup matanya memijat pelipisnya pening, gadis itu merapikan seluruh barangnya dan beranjak meninggalkan tempat tersebut. Seketika bayangan bersama teman-temannya terlintas dalam benaknya, jujur saja gadis itu sangat rindu dengan kehadiran mereka semua. Tak terasa air mata mengalir dari pipinya yang putih, sudah jadi resikonya bila ia tak bertemu dengan semua orang. Gadis itu benar-benar telah mengkhianati kepercayaan Oza bahkan ia merebut apa yang seharusnya tak ia miliki, saat sedang berdiri di dekat pintu seraya menunggu taksi datang tanpa sengaja Nida bertemu Oza yang lagi bersama Badra. Pemuda itu tentu terkejut namun tidak demikian dengan gadi
Veri Derbyanto, pemuda yang kerap kali membuat hati para mahasiswi selalu berdebar akan tetapi siapa yang menyangka jika pemuda pemilik eyes smile itu lebih sering menghabiskan waktunya sendirian daripada bersama teman-teman sebayanya, ya itu jugalah yang membuat Arasya mau berteman dengannya. Jika dilihat dari berbagai pihak keduanya sering sekali dikatakan serasi oleh mahasiswa lain, ... Namun lelaki itu tetap merasa tidak memiliki minat untuk pacaran, bukan berarti ia tak normal. Itu tak benar sama sekali, lelaki itu menarik sudut bibirnya dalam ketika mendengar ocehan tak penting milik Arasya. Sampai saat ini pemuda itu masih tetap bertahan pada hubungan keduanya yang lebih memilih untuk tidak merubah posisi dihati keduanya satu sama lain, atau sekadar menanyakan arti kehadiran satu sama lain juga mungkin?Arasya menidurkan kepalanya perlahan pada meja dihadapannya lalu menatap wajah serius Veri yang tampak begitu dekat namun terasa j
Siang ini gadis itu tak memakan apapun sejak pagi tadi moodnya turun akibat bulanan yang datang terlalu tiba-tiba ditambah lagi rasa kesalnya terhadap Badra yang selalu mengabaikannya sejak kemarin, Oza menghela panjang kemudian memasukkan ponselnya ke dalam saku celana pendek. Hey! Bukankah seharusnya pemuda itu mendatangi rumahnya saat ini, mengapa Badra selalu saja membuat pikiran gadis itu menjadi buruk. Bukan mau pemuda itu melakukan hal yang selalu menyakitkan hati seperti ini; Badrapun sebenarnya tidak ingin melewatkan waktu bersama Oza akan tetapi orang tuanya selalu menjadikannya kambing hitam dari pertemuan bisnisnya itu. Tak seharusnya kan? Ia menyembunyikan sesuatu dari Oza dan terus memberikan rasa khawatir pada gadis yang tengah bermain ponsel seraya menonton televisi.Arasya menatapnya dengan tatapan mata jengah lalu menendang tungkainya agar memberikan jarak supaya bisa longgar, ... Perempuan itu agak aneh dan lebih anehnya lagi ketika per
Pemuda itu masih memandang wajahnya dalam pantul cermin yang diberikan oleh Oza, gadis itu mengulum bibirnya dalam lalu lintas begitu selesai membersihkan luka pada wajah sang kekasih. Pemuda itu jelas agak sedikit menjauh dari gadis yang habis mengobatinya mulanya ia agak sedikit merasa itu terlalu dekat, akan tetapi sepertinya gadisnya tersebut terlihat begitu kompeten saat mengobatinya. Badra menatap manik gelap itu dari dekat, cekalan tangannya menguat setelah beberapa menit menyelesaikannya. Oza mendengkus geli lalu menangkup wajah bulat Badra, gadis itu tersenyum cukup manis saat mengingat bagaimana kekhawatirannya tadi.Bahkan dia tak mengetahui penyebab pasti dari luka yang timbul pada garis rahang pemuda itu, "jangan ribut mulu. Hehe, ..." Badra tertegun kemudian memandang wajahnya lurus tanpa mengatakan apa-apa lagi.Pada saat itu Bahrain tak sengaja melihat pemandangan memuakkan tersebut, alasan mengapa tiba-tiba ia ingin bertemu de
Pesta berjalan dengan lancar setelah beberapa menit menunggu para tamu undangan datang dari berbagai negara tetangga hadir membuat sang empunya acara, merasa tersanjung karena para tamu lainnya menyukai dekorasi dan santapan lezat yang lagi mereka santap. Badra mengerutkan keningnya heran ketika melihat sosok dihadapannya begitu cantik dan memesona, lelaki itu bahkan tidak sadar telah menarik satu garis melengkung membentuk sebuah senyuman. Saat senyuman itu terlihat manis dipandangnya, pemuda tersebut langsung memukuli kepalanya perlahan sambil merapalkan nama sang gadis yang lagi menunggunya di kota asalnya sana.Nida memiringkan kepalanya perlahan sambil mengulas tipis bibirnya, lelaki itu membuang wajahnya tak peduli dan berjalan meninggalkan tempat itu sembari mencoba menghubungi nomor Oza. Gadis yang berada di Malang sana tersenyum gembira ketika melihat nama siapa yang tertera pada layar ponselnya, ... Pemuda itu masih diam saja ketika menden
Pagi ini gadis yang sedang duduk bersandar pada punggung kursi kantin menyumpal telinganya dengan earphone agar tidak terlalu mendengarkan celotehan para siswa ataupun siswi lain, entahlah rasanya gadis itu jadi lebih acuh setelah beberapa hari libur. Saat ini ia tengah menunggu teman-temannya yang lain juga, ... Perempuan itu tersenyum manis saat melihat Bahrain datang dengan pakaian santai khas alumni mereka, by the way, ia baru akan masuk ke semester kedua. Dan ya, kelas dua belas masih banyak libur setelah utbk kemarin. Gadis itu mendengus bosan lalu melengang keluar dari kantin sekolah dengan wajah ditekuk, gadis yang kini sedang berjalan ke arah kelas itu tak sengaja melihat kedatangan Nida bersama seseorang yang dirinya yakin bahwa itu orang gadis itu kenali.Gadis itu mengulum bibirnya dalam lalu melangkah hendak menghampiri namun keduanya sudah sama-sama saling pergi meninggalkan sekolah, ... Nida menolehkan kepalanya sembari melambaikan tangannya
Bahrain berencana untuk mengajak gadis itu menemui kedua orang tuanya, namun lelaki itu selalu melupakan sikap kasar sang ayah yang melakukan semuanya semaunya, ... Ah, ya, ... Seharusnya ia tau darimana namanya sebenarnya berasal. Pemuda itu masih tetap bertahan dengan keluarganya yang bahkan tak pernah memikirkan perasaan pribadinya sendiri, lelaki tersebut semakin mengeratkannya genggaman ditangannya pada kenop pintu kala itu. Bahrain mencoba mendekati pintu dengan melangkah diam-diam, sang ibu yang terlihat begitu dekat dengannya membuat sang pemuda merasa agak aneh ketika ibunya tersenyum kecil akan menahan rasa sakit disudut bibirnya. Wanita cantik paruh baya ini menepak telapak tangan anak kesayangannya begitu pelan. “Jangan pegang! Sakit sayang!” Teguran dari sang ibu hanya dibalas dehaman singkat pemuda itu.“Mama lagi sih, ... Jangan terlalu sering menanyakan hal yang buat papa marah.”“Apa salahnya, untuk kebaikan papamu