Jauh di dalam pecahan dimensi yang sunyi, dua sosok jiwa melayang berhadapan, dikelilingi oleh kabut tipis berwarna ungu yang berputar perlahan seperti pusaran takdir yang tak terhindarkan.
"Sudah terlambat," kata salah satu sosok jiwa tersebut, suaranya bergema, berat dan penuh otoritas. "Kau tak bisa kembali hidup seperti semula. Kau sudah mati, dan tak ada jalan kembali. Menyesal pun tiada guna." Zhu Long, jiwa muda yang kini melayang dengan ekspresi wajah penuh penyesalan memandangi sosok jiwa yang berbicara di hadapannya. Zhu Long mengepalkan tangannya yang transparan, tubuhnya hanya berupa bayangan samar dari keberadaannya yang dulu. "Benar, aku terlalu bodoh! Seharusnya aku tak mempercayai mereka! Klan Niu... para bajingan itu! Mereka menjebakku, membunuhku, hanya demi merebut seorang wanita!" ucapnya, suaranya bergetar oleh amarah dan kekecewaan. Dia bukan siapa-siapa di dunia ini, hanya seorang kultivator pemula di Sekte Linjian, seorang pemuda biasa tanpa keistimewaan. Namun, ia memiliki sesuatu yang berharga—tunangan dari klan Qin di kota Hongli. Qin Lan, gadis cantik yang selalu mengikutinya kemanapun ia pergi. Itu saja sudah cukup menjadi alasan bagi orang lain untuk mengkhianatinya, menyingkirkannya seperti bidak catur yang tak berguna. Lalu mengambil wanitanya. Dan kini, ia berakhir terbunuh di tangan seorang seniornya yang berniat merebut tunangannya. Hingga akhirnya ia terjebak di antara celah dimensi. Zhu Long menunduk, mengepalkan tangannya, baru kemudian menatap sosok di hadapannya. "Kalau begitu, mulai sekarang aku serahkan semuanya padamu," ucapnya lirih, namun sarat dengan kebencian yang membara. "Balaskan dendam kematianku... hancurkan seluruh klan Niu!" Sosok di hadapannya tersenyum tipis, matanya menyiratkan sesuatu yang lebih dalam dan misterius. "Benar... tak ada cara lain untuk membalaskan dendam selain menyerahkan tubuhmu padaku, Zhu Long," ujarnya, suaranya tenang, namun mengandung kekuatan yang tak terbantahkan. "Sekarang kau bisa pergi dengan tenang. Serahkan semuanya padaku." Zhu Long mengangguk, menunjukkan senyum dan tekad terakhirnya sebelum benar-benar menghilang di ketiadaan. "Aku percayakan semuanya padamu!" katanya untuk terakhir kali. Setelah kepergian jiwa Zhu Long, jiwa yang satunya menatap tajam ke depan, tatapan mata yang di penuhi wibawa dan otoritas yang tinggi. Dia adalah Ming Fei, merupakan sosok jiwa seorang manusia biasa dari Bumi. Jiwanya telah hidup melebihi sepuluh ribu tahun, mengembara melewati ruang dan waktu di sebuah dunia kultivasi hanya untuk menemukan tubuh baru yang mampu menampung jiwanya. Selama menjadi jiwa pengembara, Ming Fei telah banyak menghadapi rintangan berbahaya, entah itu di serang jiwa pengembara milik leluhur kuno ataupun jiwa dari sosok iblis surgawi. Namun, semua itu berhasil ia lalui berkat keunikan jiwanya sebagai penyebrang dunia lain. Sampai sekarang Ming Fei telah mengalahkan dan melahap ribuan jiwa dari berbagai ras, mengambil semua keunikan dan pengetahuan mereka untuk dirinya sendiri. Hingga hari untuk kebangkitannya pun tiba. Pecahan dimensi mulai bergetar hebat, celah-celah retakan bercahaya semakin melebar di setiap sudut dimensi itu. "Waktunya sudah tiba," gumamnya. Dalam sekejap, kekosongan itu runtuh. Jiwa Ming Fei tersedot ke dalam pusaran hitam yang muncul tiba-tiba, menariknya dengan kekuatan yang luar biasa. --- Di kedalaman hutan yang lebat dan suram, seorang pemuda dengan pakaian compang-camping berlari sekencang mungkin, napasnya tersengal dan kakinya hampir tak mampu menopang tubuhnya. "Aaaaahh! Berhenti mengejarku, kau babi sialan!" Suara teriakan bercampur panik menggema di antara pepohonan raksasa. Ranting-ranting kecil patah di bawah injakan kakinya yang terburu-buru. "Bos babi! Bos babi! Kau adalah raja hutan ini, kau adalah yang terkuat, jadi biarkan aku pergi dengan tenang!" serunya tiba-tiba membujuk binatang buas itu. "Ngook!" Namun bukannya mendapat belas kasihan, babi itu malah semakin mengejarnya. Pemuda itu adalah Zhu Long, tubuh yang kini dirasuki oleh jiwa Ming Fei, sosok jiwa yang telah mengembara selama sepuluh ribu tahun di dunia ini. Saat pertama kali membuka mata dalam tubuh barunya, Zhu Long mendapati dirinya berada di tengah hutan. Meski menyadari bahwa dirinya telah bereinkarnasi, perasaan hangat darah yang mengalir dalam tubuhnya, hembusan angin yang menyentuh kulitnya, dan suara napasnya sendiri membuatnya tak bisa menahan kegembiraan. "Aku hidup kembali! Hahahaha!" serunya lantang. Namun, saking gembiranya, ia sampai tak sadar telah memancing perhatian bintang buas karena teriakan nyaringnya. Dan begitulah, ia menemukan dirinya tengah dikejar oleh Babi Bertanduk, seekor binatang buas berukuran besar dengan tubuh kekar dan sepasang tanduk melengkung yang tajam seperti tombak. "Sial! Tubuh ini benar-benar lemah!" gerutunya sambil terus berlari. "Aku bahkan tak bisa mengeluarkan energi roh sedikit pun!" Kakinya terus melangkah, menghantam tanah berbatu yang kasar, membuat telapak kakinya terasa perih. Setiap kali ia berusaha mempercepat larinya, tubuhnya yang masih belum terbiasa kembali hidup justru terasa lebih kaku dan sulit dikendalikan. Tak lama, sesuatu yang lebih buruk menanti di hadapannya. Jurang menganga lebar, kedalamannya tak terukur, hanya kabut tipis yang menyelimuti dasar kegelapan di bawah sana. Zhu Long menghentikan langkahnya mendadak, nyaris kehilangan keseimbangan saat tepi jurang hanya berjarak beberapa jengkal darinya. Matanya melebar, menatap jurang itu dengan cemas. "Jalan buntu!" serunya, memperlihatkan deretan giginya. Di belakangnya, suara langkah berat bergemuruh, tanah bergetar setiap kali makhluk buas itu mendekat. "Nghhh!" Babi Bertanduk itu menggeram, matanya menyala merah menyala, menatap mangsanya dengan pancaran aura haus darah yang pekat. Zhu Long mengepalkan tangannya. "Binatang ini berada di ranah awal Pemurnian Roh, sedangkan tubuh ini… dantiannya hampir rusak!" pikirnya dengan frustrasi. Ia melirik jurang sekali lagi. Pilihan yang ada hanya dua: melompat dan berharap keajaiban menyelamatkannya, atau menghadapi binatang buas ini dengan tubuh yang nyaris tak berguna. Zhu Long menarik napas dalam. "Tidak ada pilihan lain... Aku harus bertahan!" Dengan raungan ganas, Babi Bertanduk itu menerjang ke depan, tanduk tajamnya terarah lurus ke dada Zhu Long. Zhu Long segera berkelit ke samping, tubuhnya berguling di tanah hingga menabrak batang pohon besar. Napasnya memburu, dadanya naik turun saat ia menatap binatang itu dengan waspada. "Hampir saja…" gumamnya. Namun, makhluk itu tak memberinya waktu untuk berpikir. Dengan dengusan berat, ia kembali menyerang, kali ini lebih cepat dan lebih ganas. Zhu Long buru-buru meraih dahan kayu tebal di sampingnya. Dengan segenap kekuatan, ia melompat dan menghantamkan kayu itu ke kepala babi tersebut. "Ngiiik!" Bukannya terhenti, makhluk itu justru semakin marah. Aura merah membara menyelimuti tubuhnya, matanya semakin bersinar merah terang. Dengusan nafasnya terdengar memburu, seperti banteng yang siap melabrak apapun yang menghalangi jalannya. Zhu Long menggertakkan giginya. "Sial, dia mulai menggunakan kekuatannya!" Namun tiba-tiba, sebuah ide muncul di benaknya. Senyum tipis tersungging di bibirnya. "Kalau begitu, ayo kita lihat siapa yang lebih cerdas." Babi Bertanduk itu kembali menerjang. Kali ini kecepatannya jauh lebih tinggi, dan Zhu Long tahu, menghadapinya langsung bukan lah sebuah pilihan. Ia segera melompat ke samping, tetapi kali ini ia tidak sepenuhnya menghindar. Tubuhnya tetap berada dalam lintasan babi itu, hanya bergeser sedikit sehingga dampak serangan tak sepenuhnya mengenainya. Dorongan dari tubuh binatang itu membuatnya terdorong mundur hingga lututnya menempel di tanah, pinggangnya terasa nyeri akibat benturan. Namun ia tidak menyerah. Babi Bertanduk itu menggeram dan berbalik, kali ini bersiap untuk menyerang dengan kekuatan penuh. Zhu Long menatapnya, lalu melirik jurang di belakangnya. 'Sekarang atau tidak sama sekali!' Saat babi itu berlari dengan kecepatan penuh, Zhu Long tiba-tiba menyeringai. "Dasar babi bodoh!" serunya. Di detik terakhir sebelum serangan itu mengenai dirinya, Zhu Long dengan gesit melompat ke samping. Babi itu tersentak kaget, tanduknya yang seharusnya menghantam Zhu Long malah menusuk udara kosong. Kecepatannya yang luar biasa membuatnya kehilangan kendali. Kakinya menginjak tepi jurang, namun tubuh besarnya tak bisa berhenti tepat waktu. "Ngoooook!" Dengan teriakan nyaring, tubuhnya meluncur ke dalam jurang, jatuh ke dalam kegelapan tanpa ujung. Zhu Long yang masih berada di pinggiran jurang tertawa kecil, meski dadanya naik turun akibat kelelahan. "Selamat tinggal, babi sialan! Kau benar-benar merepotkanku!" ucapnya sambil menghela nafas lega. Ia menatap jurang sekali lagi, memastikan makhluk itu benar-benar telah lenyap. Perlahan, ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. Ini adalah hari pertamanya kembali hidup sebagai manusia. Dan dia hampir saja mati lagi. Namun, Ming Fei atau yang saat ini menjadi Zhu Long bukanlah orang yang akan menyerah hanya karena tantangan kecil seperti itu. Sambil tersenyum puas, ia berdiri dan menatap ke arah hutan. "Hutan ini berbahaya, sebaiknya segera pergi dan mencari jalan keluar."Ketika debu perlahan mengendap di udara, bergulir jatuh ke tanah seperti tirai tipis yang perlahan tersingkap. Di tengah kehancuran dan jejak ledakan barusan, sesosok masih berdiri tegak, nyaris tak bergeming, seolah ledakan dahsyat yang memporakporandakan jalur utama kota Hongli hanyalah hembusan angin sepoi di musim semi.Zhu Long berdiri di sana, dengan tatapan dingin yang menusuk hingga ke sumsum tulang. Di depannya, roda gerigi spiritual berwarna emas berputar lambat namun mantap, memancarkan kilatan cahaya dan tekanan spiritual yang begitu berat hingga udara di sekitarnya bergetar pelan. Roda itu bukan hanya senjata tapi juga perisai yang melindungi.Qin Litian yang melihat itu menggertakkan gigi, tak percaya dengan apa yang ia saksikan. "Kau lumayan tangguh juga, ya…" desisnya pelan, suaranya nyaris tak terdengar karena amarah yang mendidih di dadanya. "Tapi ini belum berakhir. Kau pikir bisa lolos begitu saja?!"Dengan segerakan penuh, Qi
Meskipun tak memiliki ikatan darah langsung dengan klan Zhu, Zhu Long menyadari satu kebenaran yang tak bisa ia abaikan: tanpa keluarga itu, tubuh yang kini ia huni mungkin tak akan pernah ada di dunia ini. Ia bukan seseorang yang sentimental, tapi ia tahu cara membalas budi—dan itu cukup menjadi alasan baginya untuk berdiri tegak hari ini."Kau mencoba memprovokasiku, ya?" ucap Zhu Long dengan nada datar. Kata-katanya terdengar seperti ancaman, tapi sesungguhnya ia hanya ingin memastikan satu hal—apakah yang baru saja dikatakan oleh Qin Litian tadi hanyalah gertakan kosong, atau sebuah kebenaran yang membawa bau dendam.Qin Litian mendengus kesal. "Hmp! Sudahlah, jangan banyak omong! Apa yang kukatakan bukanlah kebohongan. Setelah kami menangkapmu, kau sendiri akan tahu segalanya! Sekarang... hajar dia!"Dengan satu seruan itu, lusinan kultivator dari klan Qin yang berdiri di sekelilingnya langsung bergerak. Mereka menyerbu seperti gelombang prajurit yang hendak mengeksekusi pengkhi
Sekembalinya dari klan Xiao, Zhu Long tidak langsung menuju sekte Yunzhou seperti yang seharusnya. Justru, ia mengambil jalur berlawanan melewati batas perbatasan Negara Zhang, menuju tempat yang sudah lama tidak ia kunjungi—kota Hongli, yang terletak di Negara Qingli. Perjalanan memakan waktu beberapa hari. Sepanjang jalan, ia melewati pegunungan, hutan dan ladang yang mulai menguning, menandakan datangnya musim gugur. Meski tubuhnya lelah dan pakaian jubah biru tuanya berdebu, sorot matanya tetap tenang namun penuh kehati-hatian. Ada rasa rindu yang tak ia pahami sepenuhnya dalam hatinya—mungkin karena kenangan samar dari pemilik tubuh ini. Akhirnya, Zhu Long berdiri di depan gerbang kota Hongli. Ia memandang ke arah dalam dengan pandangan tajam namun penuh pertimbangan. Kota itu tampak seperti biasanya: sibuk, ramai, dan dipenuhi suara pedagang yang berteriak menjajakan barang, derap kaki kuda, serta keramaian pasar yang tak pernah tidur. Namun, di balik kesibukan itu, ada sesu
Xiao Kian terdiam lama. Semua mata tertuju padanya. Tangannya perlahan terayun pelan, lalu mengeluarkan sebuah gulungan kertas tua yang terlihat kusam dan rapuh dari cincin ruangnya. Permukaannya tampak berwarna kecoklatan, seperti kertas kulit yang telah disimpan selama berabad-abad. Aroma khas barang tua dan energi spiritual yang samar menyelimutinya.Matanya menatap gulungan itu dengan getir. Peta ini bukan sekadar selembar kertas kulit biasa; ini adalah warisan leluhur, simbol sejarah panjang klan Xiao, saksi bisu dari kejayaan dan pengorbanan para pendahulu. Tapi kini, demi menyelamatkan klannya dari cengkeraman hutang dan tekanan politik, ia harus menyerahkannya.Dengan gerakan lambat, tangannya terulur, namun ada keraguan yang terlihat jelas dari getaran halus pada jemarinya. Seolah ada beban berat yang menahan pergelangan tangannya. Tapi sebelum ia benar-benar melepaskan, Shin Qiyun, yang berdiri di seberangnya, dengan cepat menyambar peta tersebut, gerakannya gesit seperti u
"Bagaimana, Tuan Kepala Klan?" tanya Shin Qiyun dengan nada yang terdengar halus, namun penuh racun tersembunyi. Senyuman tipis menghiasi wajahnya, seolah menyembunyikan kesenangan yang sulit ditekan. "Tawaran ini... sungguh menguntungkan, bukan? Bayangkan saja, hutang sebesar lima ribu batu roh—jumlah yang cukup besar untuk klan kalian—bisa dianggap lunas hanya dengan menyerahkan selembar kertas tua yang bahkan tak ada gunanya kalian simpan terlalu lama."Kalimat itu menggantung di udara seperti jebakan berduri, mengiris ketenangan Xiao Kian dan yang lainnya. Ruangan itu hening, hanya suara angin yang menyusup dari celah-celah jendela tua dan napas yang tertahan dari para tetua klan yang duduk di sisi kanan dan kiri aula.Xiao Kian, memejamkan matanya sejenak. Helaan napas panjang meluncur dari bibirnya, seolah ia sedang menahan gejolak amarah yang mendidih dalam dada. Ia memang mendengar tawaran itu dengan jelas, namun memilih tidak langsung menanggapinya. Kata-kata Shin Qiyun buka
Mendengar penegasan dingin dari Zhu Long, suasana semakin dibuat menegang. Tatapan semua orang kini tertuju pada satu sosok—Shin Qiyun, pria tua dari klan Shin yang dikenal tidak hanya karena kekuatan dan reputasinya saja, tetapi juga karena kelicinan dan ketegasannya dalam diplomasi politik.Shin Qiyun berdiri tenang di hadapan mereka, namun ekspresinya berubah muram. Sorot matanya tampak tajam, namun enggan melibatkan diri lebih jauh dalam perdebatan dengan pemuda asing seperti Zhu Long. Ia menarik napas perlahan, lalu menghembuskannya dalam desahan berat, tanda bahwa ia lebih memilih mengabaikan komentar tajam barusan.Baginya, bercakap dengan anak muda yang belum matang sama saja dengan membuang waktu. Dan Shin Qiyun adalah pria yang sangat menghargai waktunya lebih dari apapun di sini."Aku tidak peduli siapa yang mengatakan apa. Yang pasti, pernyataan Shin Hui bukanlah tanpa dasar. Xiao Han, dengan cara atau alasan apapun, telah mempermalukan tuan muda kami, Shin Tian, di depan