Share

Bab 112 - Pertarungan Qian Chen

Author: Murlox
last update Huling Na-update: 2025-06-03 18:07:00

"Qin Nihao! Jangan kira hanya karena kalian berasal dari Klan Qin, kalian bisa bertindak semau-mau kalian di sini! Kau sudah melewati batas! Menerobos masuk ke dalam Paviliun Qian Hua, menghajar para penjaga, dan menginjak harga diri kami—apa kau sadar kesalahan yang kau buat!?" seru Qian Chen dengan suara bergemuruh, penuh amarah yang tertahan. Sorot matanya tajam seperti elang yang siap mencabik mangsanya, dan tekanan spiritual di sekeliling tubuhnya mulai bergolak.

Namun Qin Nihao hanya terkekeh pelan, nada suaranya mengandung penghinaan yang tak tersembunyi. "Kau benar-benar keras kepala seperti yang dikabarkan, Qian Chen. Tapi ingat baik-baik, menentang klan Qin saat ini adalah sama dengan menggali kuburmu sendiri. Kau jelas tahu kota ini berada di bawah kendali kami sekarang… dan kalian yang masih berpegang pada kehormatan usang hanya akan terinjak." ucapnya dengan suara berat dan dingin.

Sambil mengangkat satu tangannya, ia memberi isyarat. Seolah tak butuh aba-aba panjang, lim
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 121 - Pertarungan Zhu Long Vs Qin Xiao

    Suasana di halaman utama klan Qin mendadak berubah semakin suram. Ucapan tajam Zhu Long menggema dalam benak semua orang. Namun yang paling termakan amarah adalah Qin Xiao. Kata-kata yang menghina putrinya, menyulut bara di dadanya menjadi kobaran api yang tak terbendung.Wajahnya menegang, rahangnya terkatup rapat, dan urat-urat di pelipisnya tampak menonjol. Tatapannya tak lagi hanya menunjukkan kemarahan, tapi juga rasa terhina yang sangat dalam. Para tetua di belakangnya ikut menunjukkan ekspresi muram; sebagian dari mereka bahkan menggenggam gagang senjata masing-masing, bersiap jika Qin Xiao memberi aba-aba.Namun Qin Xiao tak mengucapkan sepatah kata pun.Dalam sekejap mata, tubuhnya menghilang. Hanya bayangan hitam yang tertinggal, seolah menyatu dengan kegelapan malam yang pekat. Angin malam yang sebelumnya hanya semilir, kini berdesir tajam seperti suara bisikan maut.Zhu Long menyadari sesuatu yang tak beres. Tapi terlambat.Tubuh Qin Xiao muncul tepat di hadapannya, bagai

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 120 - Penghinaan

    Angin malam bertiup lembut di halaman utama Klan Qin, namun suasana di sana begitu mencekam.Di satu sisi, Zhu Long berdiri tegap, tubuhnya bersimbah bayangan rembulan, sementara mata tajamnya memancarkan sorot yang seperti bisa menembus jiwa siapapun yang menatapnya. Di sisi lain, Qin Xiao berdiri dengan aura dingin dan menindas, wajahnya muram dan penuh kebencian, namun tetap menyimpan ketenangan dari seorang kepala klan yang terbiasa menyembunyikan niat pembunuhan di balik sikapnya yang tenang.Mendengar pernyataan dingin dari Zhu Long sebelumnya, Qin Xiao mendengus pelan, suaranya nyaris seperti desahan binatang yang menahan amarah. "Kau sungguh lancang, Zhu Long. Setelah semua yang terjadi… kau masih berani berdiri di halaman klanku dan bertingkah seakan-akan kau adalah penegak keadilan?"Ia melangkah maju, perlahan namun mantap, dengan kedua tangan bersilang di belakang punggungnya. Jubah merah gelap yang ia kenakan bergoyang lembut mengikuti geraknya, dan setiap langkahnya seo

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 119 - Pembalasan

    Angin malam bertiup pelan, membawa hawa kematian yang mengalir dari tubuhnya yang penuh dengan percikan darah para anggota klan Qin yang dia bunuh. Di balik ketenangannya, tersimpan bara api yang membakar seluruh keberadaannya. Inilah saat yang ditunggu. Inilah malam di mana sejarah akan mencatat kebangkitan darah klan Zhu yang akan membalaskan dendam keluarganya. Tanpa sepatah kata pun, Zhu Long mengangkat tangannya, memperlihatkan sebuah benda bulat sebesar kepala manusia. Lalu, ia melemparkannya ke depan dengan gerakan ringan namun penuh penghinaan. Benda itu menggelinding di atas lantai batu di tengah halaman, menghasilkan suara duk-duk-duk yang nyaring dalam keheningan malam. Seketika semua yang hadir menahan napas. Begitu benda itu berhenti, dan cahaya rembulan menyibak kegelapan, tampak jelas— Kepala Qin Nihao. Matanya masih terbuka, membeku dalam ketakutan yang tak sempat diungkapkan. Wajahnya, meski kaku, tetap menyiratkan kebingungan akan takdir naasnya. Kepalan

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 118 - Klan Qin

    Di kediaman utama klan Qin.Cahaya lentera berkilau redup, memantulkan bayangan panjang di dinding-dinding kayu merah tua yang mengelilingi ruang utama paviliun. Aroma dupa wewangian memenuhi udara. Di ujung ruangan yang megah, di atas singgasana tinggi berhias ukiran naga, duduk sosok pria paruh baya yang tak lain merupakan Qin Xiao, kepala klan Qin yang mengenakan jubah merah gelap dengan bordiran emas.Ia duduk tegak tanpa sedikit pun gerakan sia-sia. Sorot matanya tajam, menusuk, seolah mampu menembus apapun yang dilihatnya. Wajahnya keras seperti diukir dari batu, menampilkan wibawa tak terbantahkan seorang pemimpin.Di hadapannya berdiri seorang pria lain dengan rambut sebagian besar memutih, tubuhnya sedikit membungkuk penuh hormat. Ia adalah Qin Muceong, tetua kedua klan Qin."Tuan, anda tak perlu khawatir. Saya telah mengutus Tetua Qin Nihao untuk memimpin pengepungan Paviliun Qian Hua. Bahkan jika Qian Chen memiliki kemampuan luar biasa, tidak mungkin dia bisa bertahan dari

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 117 - Kekalahan

    Dari pusaran energi emas yang berpendar di atas lingkaran spiritual milik Zhu Long, sebuah siluet raksasa mulai terbentuk. Cahaya keemasan berdenyut seperti jantung dunia, dan dari dalamnya, muncul seekor naga emas yang megah—panjang tubuhnya lebih dari sepuluh meter, sisiknya bersinar seperti logam mulia yang ditempa oleh api surgawi. Saat makhluk itu mengangkat kepalanya dan meraung ke langit, raungannya menggema seperti guntur yang membelah langit malam. Udara bergetar. Tanah dibuat retak. Jantung para murid paviliun Qian Hua yang sembunyi di kejauhan seolah berhenti berdetak. Dan tepat saat phoenix api raksasa milik Qin Nihao menerjang dengan sayap menyala membakar langit, naga emas Zhu Long menyambut dengan keganasan yang tak kalah hebat. Mereka bertabrakan di udara, bukan hanya dengan bentuk fisik, tapi juga dengan kehendak dan jiwa dari dua kultivator kuat di baliknya. Dentuman mengerikan meledak di antara mereka. Suara tabrakan itu seperti seribu petir yang menyatu. Gelomb

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 116 - Tahap Awal Pembalasan Dendam II

    Ribuan bilah menyerupai bulu phoenix menyala merah membara, memenuhi langit malam layaknya badai api yang hendak melahap segalanya. Udara bergetar hebat, tekanan spiritual dari serangan itu cukup untuk membuat manusia biasa pingsan di tempat. Namun Zhu Long, berdiri di tengah halaman yang porak-poranda itu, hanya menatap ke atas dengan sorot mata dingin dan penuh ketenangan.Tidak ada sedikit pun rasa gentar dalam sorot matanya. Justru sebaliknya, seolah ia tengah menyambut datangnya hujan api itu dengan semacam penghinaan tersembunyi."Hmm," desisnya pelan. Dalam satu hentakan, kakinya menjejak keras ke tanah. Retakan menyebar dari titik ia berdiri, dan aura pembunuh yang menakutkan memancar hebat dari tubuhnya, membungkus dirinya seperti pusaran badai keemasan. Udara sekitar berguncang, dedaunan beterbangan, dan bebatuan ringan terangkat ke udara oleh tekanan yang muncul.Lalu dengan satu gerakan tangan membentuk segel yang rumit, sebuah lingkaran spiritual raksasa muncul di atas

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status