Share

Bab 6 - Tujuan Kedatangan

Penulis: Murlox
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-07 15:17:43

Aula utama klan Zhu, tempat yang cukup megah, terasa dipenuhi oleh suasana formal. Deretan kursi kayu berukir mengapit sisi kanan dan kiri aula, diduduki oleh para tetua klan Zhu yang duduk dalam keheningan penuh wibawa.

Sementara di bagian tengah, Zhu Jiang, kepala klan Zhu, duduk di singgasana utama—sebuah kursi besar dengan ukiran naga yang melambangkan kejayaan klan mereka.

Pintu besar aula terbuka, memperlihatkan rombongan klan Qin yang baru saja tiba. Qin Xiao, kepala klan Qin, seorang pria paruh baya dengan jubah biru tua bergaris emas, melangkah masuk dengan penuh keanggunan.

Di belakangnya, beberapa tetua klan Qin mengikutinya, bersama seorang gadis muda yang anggun dan menawan, dialah Qin Lan.

Zhu Jiang segera berdiri dari singgasananya, menyambut kedatangan mereka dengan senyum ramah.

"Selamat datang, kepala klan Qin. Sudah lama kita tidak bertemu. Silakan duduk," ujar Zhu Jiang sambil mengulurkan tangan ke arah kursi yang telah disiapkan untuk tamunya.

Qin Xiao tersenyum dan mengangguk, "Benar sekali, meskipun kita tinggal di kota yang sama, urusan dalam klan masing-masing membuat kita jarang bertemu. Aku rasa kepala klan Zhu juga merasakan hal yang sama."

Zhu Jiang tertawa kecil sambil menghela napas, "Mau bagaimana lagi, Tuan Qin. Menjadi kepala klan adalah tanggung jawab besar. Aneh rasanya jika kita justru terlihat santai-santai saja."

Beberapa tetua klan yang duduk di samping mereka mengangguk setuju. Setiap kepala klan memang memiliki beban berat untuk menjaga kejayaan keluarga mereka.

Namun, perhatian Zhu Jiang kemudian beralih ke gadis yang berdiri di samping Qin Xiao. Qin Lan, tunangan Zhu Long.

Ia menatap gadis itu dengan seksama, menyadari betapa banyak perubahan yang terjadi setelah satu tahun tak pernah melihatnya lagi. Dulu, Qin Lan hanyalah gadis muda dengan aura lembut, tetapi kini ia tampak lebih matang dan memiliki tatapan yang lebih tajam. Kultivasinya pun banyak meningkat.

"Nona Qin Lan juga datang," ujar Zhu Jiang dengan nada ramah. "Sudah lama tidak melihatmu berkunjung ke klan kami. Setahun berlalu sejak kau dan Long'er bergabung dengan sekte Linjian, dan aku bisa melihat banyak perubahan pada kalian setelah beberapa waktu tak bertemu."

Namun, alih-alih menyambut dengan senyuman, alis Qin Lan justru berkerut tipis. Dari kata-kata Zhu Jiang, dia dapat menangkap satu hal yang sedikit mengejutkannya.

'Apakah Zhu Long kembali ke klannya? Bagaimana mungkin?' batinnya terkejut.

Tatapan gadis itu menyiratkan kebingungan yang mendalam. Ia mencoba memproses informasi itu, seolah sesuatu yang tidak masuk akal baru saja terjadi.

Setelah beberapa saat, ia akhirnya membuka suara dan mengukir senyum ramah di wajahnya.

"Apakah Zhu Long juga kembali?" tanyanya, suaranya mengandung ketidakpercayaan yang disamarkan.

Zhu Jiang tertegun sejenak, tak mengira Qin Lan akan menanyakan hal itu.

"Loh, bukankah kalian berada di sekte yang sama?" tanya Zhu Jiang balik, "Aku pikir Nona Qin dan Long’er pulang bersama dan merencanakan kunjungan hari ini."

Kebingungan semakin jelas terpancar di wajah Qin Lan. Ia tidak tahu bahwa Zhu Long telah kembali. Setahunya pemuda itu pasti telah mati dan tak mungkin bisa kembali ke klannya bahkan jika ia mau.

Ia melirik ke arah seorang pemuda tampan dengan jubah biru muda di sampingnya, pria itu juga tampak terkejut namun berhasil menyembunyikan ekspresinya.

Tetapi sebelum Qin Lan bisa memberikan jawaban, Qin Xiao segera mengambil alih percakapan.

"Kami mohon maaf atas kunjungan mendadak ini, Tuan Zhu," ucap Qin Xiao dengan nada sopan, "Sebenarnya, kunjungan ini memang tidak direncanakan. Lan'er baru saja tiba di kota ini tadi pagi, dan begitu dia kembali, ada satu hal penting yang harus kita bicarakan."

Zhu Jiang menatap pria itu dengan penuh perhatian, merasakan ada sesuatu yang serius dalam kata-katanya.

"Apa yang ingin Tuan Qin bahas?" tanyanya.

Qin Xiao menatapnya lurus, "Kami datang untuk membicarakan perihal pertunangan antara Qin Lan dan Zhu Long."

Ruangan tiba-tiba terasa lebih sunyi. Para tetua klan Zhu saling berpandangan, menyadari bahwa topik ini bukanlah hal yang sepele.

Pertunangan antara putra putri kedua klan ini sudah berlangsung cukup lama, hingga semua tetua klan Zhu berpikir sudah waktunya untuk memantapkan keputusan pernikahan.

Sementara itu, di sisi lain aula, Qin Lan menundukkan kepalanya, menyembunyikan ekspresi yang sulit ditebak.

Kekehan tawa Zhu Jiang kembali menggema di dalam aula utama klan Zhu, suaranya yang penuh wibawa langsung menarik perhatian semua yang hadir.

"Hoho, apakah ini kebetulan? Long'er juga baru saja kembali. Aku rasa ini adalah waktu yang tepat untuk membahas kelanjutan pertunangan putra putri kita," ucapnya, suaranya dipenuhi nada optimisme.

Namun, senyum tipis di wajah Qin Xiao sedikit memudar. Kepala klan Qin itu menghela napas ringan sebelum membuka mulut untuk menjawab.

"Benar, Tuan Zhu. Namun, kedatangan kami bukan untuk membahas kelanjutan pertunangan ini, melainkan untuk—"

Belum sempat ia selesai bicara, kata-katanya langsung terpotong oleh suara pemuda yang baru saja tiba.

"Kalian datang untuk membatalkan pertunangan, bukan?" ungkapnya.

Sebuah suara tegas bergema, memenuhi aula dengan nada dingin yang menusuk.

Semua mata langsung tertuju ke arah pintu masuk utama. Zhu Long berdiri di ambang pintu, tubuh tegapnya memancarkan aura percaya diri yang kuat. Langkahnya mantap saat ia melangkah masuk, tangannya bersilang di balik punggung, sementara sorot matanya tajam, penuh ketegasan.

Tatapan Zhu Long langsung tertuju pada Qin Xiao dan Qin Lan, lalu beralih ke pria lain di samping mereka—seorang pemuda yang mengenakan jubah murid senior sekte Linjian.

Niu Feng. Sosok di balik kenatian Zhu Long yang asli.

Melihatnya, kilatan kebencian seketika muncul dalam tatapan Zhu Long.

Sebelumnya, saat ia tiba di halaman utama kediaman klan Zhu, berbagai dugaan telah berputar di benaknya.

'Klan Qin datang tanpa pemberitahuan, membawa seorang murid senior dari sekte Linjian? Untuk apa?' pikirnya tajam saat berjalan di halaman klan Zhu.

Seketika bayangan masa lalu menyeruak dalam ingatannya. Sesuatu yang terjadi di hutan Zuku.

'Jangan bilang...' Duganya dengan ekspresi penuh tanda tanya, dan tanpa ragu ia mempercepat langkahnya menuju aula utama.

Begitu hampir sampai di depan aula utama, ia tanpa sengaja menangkap percakapan yang berlangsung di dalam.

Dan sekarang, ia berdiri di tengah aula, di bawah tatapan terkejut para tetua klan Zhu. Semua orang yang hadir seakan menahan napas setelah mendengar kata-kata Zhu Long.

Sampai akhirnya, suara seorang tetua memecah keheningan.

"Tuan Muda, bagaimana bisa Anda berkata seperti itu di hadapan kepala klan Qin dan Nona Qin Lan?" ujar Zhu Xiuli, tetua keempat klan Zhu, wajahnya tampak tidak percaya.

"Kedua klan kita telah menjalin hubungan baik sejak lama. Tidak mungkin kepala klan Qin akan membatalkan pertunangan kalian begitu saja." lanjutnya.

"Benar, Anda terlalu berlebihan, Tuan Muda. Kata-katamu juga terdengar kasar, jadi minta maaflah segera," tambah Zhu Jao, tetua kelima, nada suaranya terdengar penuh teguran.

Namun, Zhu Long tetap tenang. Ekspresi acuh tak acuh terukir jelas di wajahnya. Matanya perlahan beralih ke Qin Lan, yang terlihat sedikit menegang saat melihatnya. Lalu, ia menatap Qin Xiao.

"Maaf telah memotong pembicaraan kepala klan Qin," katanya dengan nada tenang namun tajam. "Jika berkenan, tolong lanjutkan kata-kata Anda."

Qin Xiao, yang sejak tadi memperhatikan pemuda itu, kini menatap Zhu Long dengan ekspresi sedikit rumit.

Di sampingnya, Qin Lan masih dalam keadaan terkejut. Sejak awal, ia tidak menyangka akan bertemu Zhu Long dalam situasi seperti ini.

Sementara itu, Niu Feng yang duduk di sebelahnya juga terlihat sama terkejutnya. Matanya sedikit terbuka menatap sosok Zhu Long yang berdiri di tengah aula.

'Kenapa dia masih belum mati?!' batin Niu Feng.

Akhirnya, Qin Xiao menghela napas. Ia menatap Zhu Jiang sebelum kembali ke Zhu Long.

"Hmm, seperti yang dikatakan oleh Tuan Muda Zhu..." Qin Xiao berhenti sejenak, kemudian melanjutkan dengan nada lebih dingin.

"...Kami memang datang untuk membatalkan pertunangan itu."

Murlox

Selamat membaca, semoga ceritanya menghibur.

| 5
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   105 - Takdir Untuk Balas Dendam

    Sepanjang perjalanan menuju komplek timur kota, langkah Zhu Long terasa semakin berat, seolah-olah bumi enggan memberi jalan untuknya. Keningnya berkerut dalam, matanya tak pernah berhenti menyapu jalanan sepi di depannya. Ada sesuatu yang terus mengusik pikirannya, seperti bisikan mistis yang berulang kali memperingatkan kenyataan pahit yang akan segera terungkap. Angin berdesir dingin, menusuk hingga ke tulang, dan burung-burung gagak yang biasanya jarang terlihat di daerah ini, kini bertengger diam di atap-atap rumah rusak, menatapnya dengan mata kosong yang membuat bulu kuduk meremang.Beberapa detik kemudian, langkahnya terhenti di depan sebuah gerbang besar yang sudah setengah runtuh. Di sinilah dulu berdiri kediaman megah klan Zhu—tempat yang dulunya dipenuhi canda tawa dan hiruk-pikuk para generasi muda klan. Namun kini, semua itu tinggal bayangan masa lalu.Tatapan mata Zhu Long menajam, seperti mata elang yang melihat mangsanya dari kejauhan. Alisnya bertaut begitu rapat h

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 104 - Pertarungan II

    Ketika debu perlahan mengendap di udara, bergulir jatuh ke tanah seperti tirai tipis yang perlahan tersingkap. Di tengah kehancuran dan jejak ledakan barusan, sesosok masih berdiri tegak, nyaris tak bergeming, seolah ledakan dahsyat yang memporakporandakan jalur utama kota Hongli hanyalah hembusan angin sepoi di musim semi.Zhu Long berdiri di sana, dengan tatapan dingin yang menusuk hingga ke sumsum tulang. Di depannya, roda gerigi spiritual berwarna emas berputar lambat namun mantap, memancarkan kilatan cahaya dan tekanan spiritual yang begitu berat hingga udara di sekitarnya bergetar pelan. Roda itu bukan hanya senjata tapi juga perisai yang melindungi.Qin Litian yang melihat itu menggertakkan gigi, tak percaya dengan apa yang ia saksikan. "Kau lumayan tangguh juga, ya…" desisnya pelan, suaranya nyaris tak terdengar karena amarah yang mendidih di dadanya. "Tapi ini belum berakhir. Kau pikir bisa lolos begitu saja?!"Dengan segerakan penuh, Qi

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 103 - Pertarungan

    Meskipun tak memiliki ikatan darah langsung dengan klan Zhu, Zhu Long menyadari satu kebenaran yang tak bisa ia abaikan: tanpa keluarga itu, tubuh yang kini ia huni mungkin tak akan pernah ada di dunia ini. Ia bukan seseorang yang sentimental, tapi ia tahu cara membalas budi—dan itu cukup menjadi alasan baginya untuk berdiri tegak hari ini. "Kau mencoba memprovokasiku, ya?" ucap Zhu Long dengan nada datar. Kata-katanya terdengar seperti ancaman, tapi sesungguhnya ia hanya ingin memastikan satu hal—apakah yang baru saja dikatakan oleh Qin Litian tadi hanyalah gertakan kosong, atau sebuah kebenaran yang membawa bau dendam. Qin Litian mendengus kesal. "Hmp! Sudahlah, jangan banyak omong! Apa yang kukatakan bukanlah kebohongan. Setelah kami menangkapmu, kau sendiri akan tahu segalanya! Sekarang... hajar dia!" Dengan satu seruan itu, lusinan kultivator dari klan Qin yang berdiri di sekelilingnya langsung bergerak. Mereka menyerbu seperti gelombang prajurit yang hendak mengeksekusi peng

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 102 - Kembali Ke Kota Hongli

    Sekembalinya dari klan Xiao, Zhu Long tidak langsung menuju sekte Yunzhou seperti yang seharusnya. Justru, ia mengambil jalur berlawanan melewati batas perbatasan Negara Zhang, menuju tempat yang sudah lama tidak ia kunjungi—kota Hongli, yang terletak di Negara Qingli. Perjalanan memakan waktu beberapa hari. Sepanjang jalan, ia melewati pegunungan, hutan dan ladang yang mulai menguning, menandakan datangnya musim gugur. Meski tubuhnya lelah dan pakaian jubah biru tuanya berdebu, sorot matanya tetap tenang namun penuh kehati-hatian. Ada rasa rindu yang tak ia pahami sepenuhnya dalam hatinya—mungkin karena kenangan samar dari pemilik tubuh ini. Akhirnya, Zhu Long berdiri di depan gerbang kota Hongli. Ia memandang ke arah dalam dengan pandangan tajam namun penuh pertimbangan. Kota itu tampak seperti biasanya: sibuk, ramai, dan dipenuhi suara pedagang yang berteriak menjajakan barang, derap kaki kuda, serta keramaian pasar yang tak pernah tidur. Namun, di balik kesibukan itu, ada se

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 101 - Rasa Penasaran Zhu Long

    Xiao Kian terdiam lama. Semua mata tertuju padanya. Tangannya perlahan terayun pelan, lalu mengeluarkan sebuah gulungan kertas tua yang terlihat kusam dan rapuh dari cincin ruangnya. Permukaannya tampak berwarna kecoklatan, seperti kertas kulit yang telah disimpan selama berabad-abad. Aroma khas barang tua dan energi spiritual yang samar menyelimutinya.Matanya menatap gulungan itu dengan getir. Peta ini bukan sekadar selembar kertas kulit biasa; ini adalah warisan leluhur, simbol sejarah panjang klan Xiao, saksi bisu dari kejayaan dan pengorbanan para pendahulu. Tapi kini, demi menyelamatkan klannya dari cengkeraman hutang dan tekanan politik, ia harus menyerahkannya.Dengan gerakan lambat, tangannya terulur, namun ada keraguan yang terlihat jelas dari getaran halus pada jemarinya. Seolah ada beban berat yang menahan pergelangan tangannya. Tapi sebelum ia benar-benar melepaskan, Shin Qiyun, yang berdiri di seberangnya, dengan cepat menyambar peta tersebut, gerakannya gesit seperti u

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 100 - Peta Wilayah Laut Mati

    "Bagaimana, Tuan Kepala Klan?" tanya Shin Qiyun dengan nada yang terdengar halus, namun penuh racun tersembunyi. Senyuman tipis menghiasi wajahnya, seolah menyembunyikan kesenangan yang sulit ditekan. "Tawaran ini... sungguh menguntungkan, bukan? Bayangkan saja, hutang sebesar lima ribu batu roh—jumlah yang cukup besar untuk klan kalian—bisa dianggap lunas hanya dengan menyerahkan selembar kertas tua yang bahkan tak ada gunanya kalian simpan terlalu lama."Kalimat itu menggantung di udara seperti jebakan berduri, mengiris ketenangan Xiao Kian dan yang lainnya. Ruangan itu hening, hanya suara angin yang menyusup dari celah-celah jendela tua dan napas yang tertahan dari para tetua klan yang duduk di sisi kanan dan kiri aula.Xiao Kian, memejamkan matanya sejenak. Helaan napas panjang meluncur dari bibirnya, seolah ia sedang menahan gejolak amarah yang mendidih dalam dada. Ia memang mendengar tawaran itu dengan jelas, namun memilih tidak langsung menanggapinya. Kata-kata Shin Qiyun buka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status