Aula utama klan Zhu, tempat yang cukup megah, terasa dipenuhi oleh suasana formal. Deretan kursi kayu berukir mengapit sisi kanan dan kiri aula, diduduki oleh para tetua klan Zhu yang duduk dalam keheningan penuh wibawa.
Sementara di bagian tengah, Zhu Jiang, kepala klan Zhu, duduk di singgasana utama—sebuah kursi besar dengan ukiran naga yang melambangkan kejayaan klan mereka. Pintu besar aula terbuka, memperlihatkan rombongan klan Qin yang baru saja tiba. Qin Xiao, kepala klan Qin, seorang pria paruh baya dengan jubah biru tua bergaris emas, melangkah masuk dengan penuh keanggunan. Di belakangnya, beberapa tetua klan Qin mengikutinya, bersama seorang gadis muda yang anggun dan menawan, dialah Qin Lan. Zhu Jiang segera berdiri dari singgasananya, menyambut kedatangan mereka dengan senyum ramah. "Selamat datang, kepala klan Qin. Sudah lama kita tidak bertemu. Silakan duduk," ujar Zhu Jiang sambil mengulurkan tangan ke arah kursi yang telah disiapkan untuk tamunya. Qin Xiao tersenyum dan mengangguk, "Benar sekali, meskipun kita tinggal di kota yang sama, urusan dalam klan masing-masing membuat kita jarang bertemu. Aku rasa kepala klan Zhu juga merasakan hal yang sama." Zhu Jiang tertawa kecil sambil menghela napas, "Mau bagaimana lagi, Tuan Qin. Menjadi kepala klan adalah tanggung jawab besar. Aneh rasanya jika kita justru terlihat santai-santai saja." Beberapa tetua klan yang duduk di samping mereka mengangguk setuju. Setiap kepala klan memang memiliki beban berat untuk menjaga kejayaan keluarga mereka. Namun, perhatian Zhu Jiang kemudian beralih ke gadis yang berdiri di samping Qin Xiao. Qin Lan, tunangan Zhu Long. Ia menatap gadis itu dengan seksama, menyadari betapa banyak perubahan yang terjadi setelah satu tahun tak pernah melihatnya lagi. Dulu, Qin Lan hanyalah gadis muda dengan aura lembut, tetapi kini ia tampak lebih matang dan memiliki tatapan yang lebih tajam. Kultivasinya pun banyak meningkat. "Nona Qin Lan juga datang," ujar Zhu Jiang dengan nada ramah. "Sudah lama tidak melihatmu berkunjung ke klan kami. Setahun berlalu sejak kau dan Long'er bergabung dengan sekte Linjian, dan aku bisa melihat banyak perubahan pada kalian setelah beberapa waktu tak bertemu." Namun, alih-alih menyambut dengan senyuman, alis Qin Lan justru berkerut tipis. Dari kata-kata Zhu Jiang, dia dapat menangkap satu hal yang sedikit mengejutkannya. 'Apakah Zhu Long kembali ke klannya? Bagaimana mungkin?' batinnya terkejut. Tatapan gadis itu menyiratkan kebingungan yang mendalam. Ia mencoba memproses informasi itu, seolah sesuatu yang tidak masuk akal baru saja terjadi. Setelah beberapa saat, ia akhirnya membuka suara dan mengukir senyum ramah di wajahnya. "Apakah Zhu Long juga kembali?" tanyanya, suaranya mengandung ketidakpercayaan yang disamarkan. Zhu Jiang tertegun sejenak, tak mengira Qin Lan akan menanyakan hal itu. "Loh, bukankah kalian berada di sekte yang sama?" tanya Zhu Jiang balik, "Aku pikir Nona Qin dan Long’er pulang bersama dan merencanakan kunjungan hari ini." Kebingungan semakin jelas terpancar di wajah Qin Lan. Ia tidak tahu bahwa Zhu Long telah kembali. Setahunya pemuda itu pasti telah mati dan tak mungkin bisa kembali ke klannya bahkan jika ia mau. Ia melirik ke arah seorang pemuda tampan dengan jubah biru muda di sampingnya, pria itu juga tampak terkejut namun berhasil menyembunyikan ekspresinya. Tetapi sebelum Qin Lan bisa memberikan jawaban, Qin Xiao segera mengambil alih percakapan. "Kami mohon maaf atas kunjungan mendadak ini, Tuan Zhu," ucap Qin Xiao dengan nada sopan, "Sebenarnya, kunjungan ini memang tidak direncanakan. Lan'er baru saja tiba di kota ini tadi pagi, dan begitu dia kembali, ada satu hal penting yang harus kita bicarakan." Zhu Jiang menatap pria itu dengan penuh perhatian, merasakan ada sesuatu yang serius dalam kata-katanya. "Apa yang ingin Tuan Qin bahas?" tanyanya. Qin Xiao menatapnya lurus, "Kami datang untuk membicarakan perihal pertunangan antara Qin Lan dan Zhu Long." Ruangan tiba-tiba terasa lebih sunyi. Para tetua klan Zhu saling berpandangan, menyadari bahwa topik ini bukanlah hal yang sepele. Pertunangan antara putra putri kedua klan ini sudah berlangsung cukup lama, hingga semua tetua klan Zhu berpikir sudah waktunya untuk memantapkan keputusan pernikahan. Sementara itu, di sisi lain aula, Qin Lan menundukkan kepalanya, menyembunyikan ekspresi yang sulit ditebak. Kekehan tawa Zhu Jiang kembali menggema di dalam aula utama klan Zhu, suaranya yang penuh wibawa langsung menarik perhatian semua yang hadir. "Hoho, apakah ini kebetulan? Long'er juga baru saja kembali. Aku rasa ini adalah waktu yang tepat untuk membahas kelanjutan pertunangan putra putri kita," ucapnya, suaranya dipenuhi nada optimisme. Namun, senyum tipis di wajah Qin Xiao sedikit memudar. Kepala klan Qin itu menghela napas ringan sebelum membuka mulut untuk menjawab. "Benar, Tuan Zhu. Namun, kedatangan kami bukan untuk membahas kelanjutan pertunangan ini, melainkan untuk—" Belum sempat ia selesai bicara, kata-katanya langsung terpotong oleh suara pemuda yang baru saja tiba. "Kalian datang untuk membatalkan pertunangan, bukan?" ungkapnya. Sebuah suara tegas bergema, memenuhi aula dengan nada dingin yang menusuk. Semua mata langsung tertuju ke arah pintu masuk utama. Zhu Long berdiri di ambang pintu, tubuh tegapnya memancarkan aura percaya diri yang kuat. Langkahnya mantap saat ia melangkah masuk, tangannya bersilang di balik punggung, sementara sorot matanya tajam, penuh ketegasan. Tatapan Zhu Long langsung tertuju pada Qin Xiao dan Qin Lan, lalu beralih ke pria lain di samping mereka—seorang pemuda yang mengenakan jubah murid senior sekte Linjian. Niu Feng. Sosok di balik kenatian Zhu Long yang asli. Melihatnya, kilatan kebencian seketika muncul dalam tatapan Zhu Long. Sebelumnya, saat ia tiba di halaman utama kediaman klan Zhu, berbagai dugaan telah berputar di benaknya. 'Klan Qin datang tanpa pemberitahuan, membawa seorang murid senior dari sekte Linjian? Untuk apa?' pikirnya tajam saat berjalan di halaman klan Zhu. Seketika bayangan masa lalu menyeruak dalam ingatannya. Sesuatu yang terjadi di hutan Zuku. 'Jangan bilang...' Duganya dengan ekspresi penuh tanda tanya, dan tanpa ragu ia mempercepat langkahnya menuju aula utama. Begitu hampir sampai di depan aula utama, ia tanpa sengaja menangkap percakapan yang berlangsung di dalam. Dan sekarang, ia berdiri di tengah aula, di bawah tatapan terkejut para tetua klan Zhu. Semua orang yang hadir seakan menahan napas setelah mendengar kata-kata Zhu Long. Sampai akhirnya, suara seorang tetua memecah keheningan. "Tuan Muda, bagaimana bisa Anda berkata seperti itu di hadapan kepala klan Qin dan Nona Qin Lan?" ujar Zhu Xiuli, tetua keempat klan Zhu, wajahnya tampak tidak percaya. "Kedua klan kita telah menjalin hubungan baik sejak lama. Tidak mungkin kepala klan Qin akan membatalkan pertunangan kalian begitu saja." lanjutnya. "Benar, Anda terlalu berlebihan, Tuan Muda. Kata-katamu juga terdengar kasar, jadi minta maaflah segera," tambah Zhu Jao, tetua kelima, nada suaranya terdengar penuh teguran. Namun, Zhu Long tetap tenang. Ekspresi acuh tak acuh terukir jelas di wajahnya. Matanya perlahan beralih ke Qin Lan, yang terlihat sedikit menegang saat melihatnya. Lalu, ia menatap Qin Xiao. "Maaf telah memotong pembicaraan kepala klan Qin," katanya dengan nada tenang namun tajam. "Jika berkenan, tolong lanjutkan kata-kata Anda." Qin Xiao, yang sejak tadi memperhatikan pemuda itu, kini menatap Zhu Long dengan ekspresi sedikit rumit. Di sampingnya, Qin Lan masih dalam keadaan terkejut. Sejak awal, ia tidak menyangka akan bertemu Zhu Long dalam situasi seperti ini. Sementara itu, Niu Feng yang duduk di sebelahnya juga terlihat sama terkejutnya. Matanya sedikit terbuka menatap sosok Zhu Long yang berdiri di tengah aula. 'Kenapa dia masih belum mati?!' batin Niu Feng. Akhirnya, Qin Xiao menghela napas. Ia menatap Zhu Jiang sebelum kembali ke Zhu Long. "Hmm, seperti yang dikatakan oleh Tuan Muda Zhu..." Qin Xiao berhenti sejenak, kemudian melanjutkan dengan nada lebih dingin. "...Kami memang datang untuk membatalkan pertunangan itu."Selamat membaca, semoga ceritanya menghibur.
Dari posisinya yang tinggi, ia mengendalikan monster itu, matanya berkilat penuh kemenangan. Cakar berlapis tulang dari monster itu tampak tajam dan mematikan, masing-masing seukuran gerobak, membawa serta aura kematian dan niat membunuh yang pekat. Ia mengangkat cakarnya, siap menghantam Zhu Long menjadi debu.Di sisi lain, Zhu Long hanya tersenyum sinis. Ia sudah terlalu lama menghabiskan waktu di wilayah Laut Mati ini. Meskipun ada rasa lelah, tekadnya untuk menyelesaikan ini secepat mungkin dan mencari jalan keluar tak tergoyahkan. Ia melirik sekilas ke arah Shan Rong yang tergeletak di sampingnya, masih tertidur pulas karena efek ramuan pelumpuh yang dosisnya terlalu tinggi. Aura lemah yang memancar dari tubuh Shan Rong membuat Zhu Long khawatir jika ia tak memberi Shan Rong penawar secepat mungkin, itu akan berefek fatal pada kesehatan tubuhnya."Mari akhiri ini segera. Tinggal lebih lama di wilayah Laut Mati terlalu berisiko. Selain itu, takutnya Iblis Ilusi itu malah mengeja
Suara itu menggelegar di telinga Gui Sha, membuatnya merasa seperti mendengar suara dari sosok dewa yang akan turun ke bumi, sebuah tekanan yang membuatnya terguncang dan agak gugup. Namun, ia segera mengenali suara itu. Tak salah lagi, itu adalah suara pria yang menjadi lawannya sebelumnya, Zhu Long yang asli."Apa yang kau bualkan, bocah! Mulutmu tak pantas menyebut keagungan klan Gui! Kau pikir siapa dirimu, hah!?" seru Gui Sha, penuh amarah dan rasa terhina. Niat membunuh dan aura merah darah memancar dari tubuhnya dengan ganas. Udara di sekitarnya bergetar halus, seolah tertekan oleh emosi kuatnya. Ia merasa dipermainkan.Tak lama kemudian, di tengah badai paku darah yang menghujam, sosok Zhu Long yang asli muncul di sisi klonnya, melayang anggun di udara. Pedang perak masih tergenggam erat di tangannya, memancarkan cahaya energi keemasan redup. Hanya dengan sekali lambaian tangan, sebuah gelombang energi menyapu udara. Ribuan paku darah yang menerjang itu hancur berkeping-ke
Di sisi lain, ratusan kilometer dari bentrokan dahsyat dengan Kitsune, klon Zhu Long yang membawa tubuh Shan Rong akhirnya tiba di sebuah reruntuhan kuil kuno yang tampak tua dan usang. Bangunan itu nyaris tak bisa dikenali lagi, dengan tiang-tiang batu yang patah dan atap yang ambruk. Patung-patung batu berwajahkan iblis, diselimuti jaring laba-laba tebal dan telah retak di beberapa tempat termakan waktu, berdiri sebagai saksi bisu keagungan yang telah lama hilang. Aura kuno yang menyelimuti tempat itu terasa berat, seolah menyimpan cerita-cerita yang telah lama terkubur.Namun, ketenangan di sekitar reruntuhan itu tak bertahan lama. Baru saja klon Zhu Long menginjakkan kaki di tanah berdebu, sebuah serangan mendadak datang dari kejauhan dengan kecepatan luar biasa. Udara di sekelilingnya berdesing nyaring, membawa serta bau karat dan aura kematian yang pekat."Paku Darah Seribu Arwah!" seru Gui Sha dari kejauhan, ekspresinya tampak muram dipenuhi amarah yang membara. Ia telah men
Tapi ia sudah memiliki sebuah rencana matang untuk dilakukan. Terutama ia sudah memancing murka Kitsune yang jelas tak mungkin ia hadapi untuk saat ini, apalagi Shan Rong masih bersama klonnya. Zhu Long tahu bahwa Kitsune yang marah adalah kekuatan yang jauh lebih berbahaya daripada Mu Xiong sendiri.Ketika Mu Xiong hendak menghilang dari area pertempuran secara diam-diam, mengaktifkan teknik persembunyian untuk menyelinap pergi, tiba-tiba ia merasakan ada sesuatu muncul di belakangnya. Sebuah gelombang energi spiritual yang familiar, namun dengan niat yang mengejutkan, mendekat dengan kecepatan kilat. Dan itu tak lain adalah sosok Zhu Long."Dasar binatang buas tak tahu diri! Kau hanyalah makhluk keji! Dunia ini adalah milik kami para manusia, binatang bodoh sepertimu tak pantas menginjakkan kaki di sini!" seru Zhu Long tiba-tiba, suaranya menggelegar, sengaja diucapkan dengan volume tinggi yang membelah udara dan menembus telinga Kitsune. Setiap kata dipenuhi nada penghinaan dan p
Kilatan keemasan terang terpancar dari sana, membelah kegelapan suram. Dan dalam sekejap, pedang di tangannya terayun lembut secara vertikal. Itu adalah gerakan yang nyaris tak terlihat, sangat sederhana, seolah ia hanya menggerakkan tangannya tanpa kekuatan.Sejenak tampak tak terjadi apa-apa. Namun tangan raksasa yang terbentuk dari asap putih itu mendadak berhenti di udara, membeku. Sebuah garis lurus sempurna terukir di tengah-tengahnya, membentang dari atas hingga bawah, tipis seperti benang sutra namun mematikan.Dalam beberapa detik kemudian, dengan desisan yang aneh, tiba-tiba tangan asap putih itu hancur menjadi serpihan, seperti tersapu tekanan angin tak kasat mata. Hasil tebasan pedang Zhu Long tidak hanya menghancurkan tangan raksasa itu, tetapi juga membelah hingga ratusan meter ke depan, menyingkirkan asap putih tebal Kitsune yang menghalangi pandangan, menciptakan celah terang di tengah kegelapan yang mengepul.Tiba-tiba, sebuah jeritan aneh dan melengking terdengar d
Mu Xiong berdiri kembali, napasnya berat, namun matanya tetap tenang, penuh kepercayaan diri yang tinggi. Ia telah menunjukkan sebagian kecil dari kekuatan aslinya, sebuah peringatan bagi binatang buas rubah itu."Kau tak bisa menakutiku dengan asap dan ilusi murahan ini, rubah sialan!" serunya, suaranya dipenuhi amarah dan dominasi. Ada nada menantang dalam suaranya, sebuah deklarasi bahwa ia tidak akan gentar. "Aku telah melihat berbagai jenis keterampilan seperti ini, kau pikir bisa menipuku!" Serangan Kitsune selanjutnya datang lagi seolah tak ada habisnya, bahkan lebih ganas dari sebelumnya. Puluhan tombak tornado asap yang lebih besar dan lebih cepat muncul, menerjang Mu Xiong dari segala sisi, berusaha menenggelamkannya dalam badai kehancuran. Ini adalah perang habis-habisan antara kekuatan kuno binatang buas dan kultivator ranah Golden Core.Sementara itu, di sisi lain medan pertempuran yang diselimuti kabut dan asap tebal, Zhu Long menyaksikan bagaimana Mu Xiong menghancurk