Share

Bab 7 - Pembatalan Pertunangan

Author: Murlox
last update Last Updated: 2025-04-07 19:46:06

Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut kepala klan Qin, suasana aula mendadak berubah drastis. Para tetua klan Zhu yang semula masih menaruh kepercayaan besar pada klan Qin, kini terlihat agak kaku.

Beberapa dari mereka mulai berbisik satu sama lain, mencoba memahami situasi yang terjadi. Sementara itu, Zhu Jiang yang awalnya tampak tenang, ekspresinya perlahan berubah.

"Apakah aku mendengar dengan benar, Tuan Qin?" tanyanya, suaranya terdengar penuh kejutan tak percaya.

Namun, Qin Xiao tetap tenang. "Ya, Tuan Zhu. Ini adalah keputusan yang telah kami pikirkan dengan matang, Lan'er sendiri setuju akan hal ini."

Kata-kata itu seperti petir yang menyambar aula. Sementara hanya Zhu Long yang tersenyum tipis. Bukan senyum kebahagiaan, melainkan senyum dingin penuh ejekan, seolah telah menduga akan hal ini. Tatapannya menembus Qin Lan, seakan membaca isi pikirannya.

Namun, gadis itu tetap diam. Di dalam hatinya, Qin Lan sendiri merasakan kegelisahan yang sulit ia jelaskan.

'Apa yang sebenarnya terjadi? Harusnya Zhu Long sudah mati sekarang!' batinnya antara keterkejutan dan kekesalan.

Sementara itu, di balik kursinya, Zhu Jiang menggenggam sandaran dengan erat.

"Tuan Qin," ujarnya dengan suara berat. "Aku ingin mendengar alasan kalian membatalkan pertunangan ini."

Semua orang menahan napas. Benar-benar tak menduga akan kejadian seperti ini. Apalagi semua tetua yang semulanya berharap pertunangan ini akan menjadi awal yang baik antara kedua klan mereka, namun nyatanya itu sebaliknya.

Kedatangan klan Qin dengan tujuan membatalkan pertunangan berarti mereka telah siap kehilangan sekutu dekat mereka, atau mungkin mereka punya alasan yang lebih menguntungkan daripada sekedar hubungan kekeluargaan dengan klan Zhu.

Para tetua yang duduk dengan ekspresi serius beberapa kali menggeleng pelan. Niat mereka menjalin hubungan untuk memperkuat klan Zhu sepertinya tak tercapai.

Beberapa saat kemudian Qin Xiao akhirnya berdiri dari tempat duduknya. Ekspresinya tetap tenang, meski jelas ia tahu bahwa kata-kata yang akan diucapkannya akan mengguncang suasana.

"Keputusan ini memang mendadak, dan kami meminta maaf atas hal itu, Tuan Zhu," ucap Qin Xiao. Suaranya terdengar sopan, tapi dingin tanpa celah.

"Alasannya sederhana. Lan'er tidak lagi jatuh cinta pada Tuan Muda Zhu Long... Sebagai orang tua, aku tak bisa memaksakan kehendakku pada satu-satunya putriku."

Mendengar itu seketika seluruh anggota klan Zhu tertegun. Para tetua saling berpandangan, seolah ingin memastikan bahwa mereka tidak salah dengar.

Bagaimana mungkin pertunangan penting antar dua klan besar dibatalkan hanya karena alasan 'tak lagi jatuh cinta'?

Sebagian besar anggota klan Zhu bahkan menolak untuk mempercayai kata-kata Qin Xiao. Alasan itu terlalu kekanak-kanakan.

Jikapun ada permasalahan di antara kedua belah pihak, bukankah seharusnya ada jalan untuk memperbaikinya? Tapi klan Qin justru memilih keputusan sepihak yang terlalu drastis. Hal ini menimbulkan kecurigaan yang mulai merayap dalam benak semua orang.

"Keputusan semacam ini terlalu gegabah, Tuan Qin," ujar Zhu Jiang dengan nada menekan. Keningnya berkerut dalam, menunjukkan ketidaksenangan yang jelas.

"Mau bagaimana lagi, Tuan Zhu. Bagaimana jika kita mendengar langsung pendapat dari kedua anak kita terlebih dahulu?"

Zhu Jiang mengangguk pelan meengikuti saran itu.

"Baik, mari kita dengar langsung dari Lan'er," ucap Qin Xiao, kemudian melirik putrinya dengan ekspresi halus, seolah memberinya izin untuk berbicara.

Qin Lan pun berdiri perlahan. Tatapan matanya tajam saat ia menatap ke arah Zhu Long, seolah menyimpan banyak hal yang ingin dikatakannya sejak lama.

"Memang alasan yang dikatakan ayahku terdengar kekanak-kanakan," ujarnya. Suaranya terdengar datar, tapi ada tekanan di setiap katanya.

"Namun, sejak awal aku memang tidak pernah tertarik pada pertunangan ini. Dan selain itu..."

Ia menghentikan ucapannya sejenak, membiarkan suasana menjadi tegang sebelum akhirnya melanjutkan dengan nada lebih kuat.

"Aku baru tahu ternyata Zhu Long memiliki kepribadian yang buruk. Ia beberapa kali ketahuan tidur dengan gadis-gadis muda di sekte Linjian!"

"Tindakannya jelas melanggar aturan sekte dan juga merupakan sesuatu yang kubenci!"

Tatapan Qin Lan menusuk tajam ke arah Zhu Long.

Keheningan yang hadir sebelumnya kini pecah menjadi gelombang keterkejutan. Beberapa tetua klan Zhu tampak membelalakkan mata, sementara yang lain mulai berbisik di antara mereka sendiri.

"Tidak mungkin..." salah seorang tetua bergumam pelan.

Sementara itu, Zhu Jiang langsung berdiri, wajahnya merah padam karena rasa malu dan amarah.

"Bagaimana bisa kau menuduh Long'er seperti itu?!" serunya, suaranya bergetar karena kemarahan yang ditahan. "Long'er adalah anak yang baik. Tak mungkin ia melakukan hal seperti itu!"

Tetua ketiga, Zhu Xigong, segera ikut menyela. "Benar! Aku mengenal Tuan Muda Zhu sejak kecil. Dia anak yang disiplin dan penuh tanggung jawab. Tak mungkin dia memiliki kebiasaan seburuk itu!"

Namun sebelum siapa pun bisa menanggapi lebih lanjut, seorang pemuda yang duduk di samping Qin Lan akhirnya berdiri. Ia melangkah maju dengan tenang, sikapnya anggun dan penuh percaya diri. Senyum tipis tersungging di sudut bibirnya.

"Apa yang dikatakan Nona Qin adalah kebenaran, Kepala klan Zhu, para tetua," ucap Niu Feng dengan suara santai namun jelas.

Ia memandang Zhu Jiang dengan sikap hormat yang dibuat-buat, tetapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang terasa meremehkan.

"Zhu Long bahkan pernah ketahuan tidur seranjang dengan seorang pelayan sekte. Tanpa perlu kujelaskan pun, kalian pasti tahu apa yang terjadi."

Kata-kata Niu Feng seperti pisau yang menusuk langsung ke dalam jantung setiap anggota klan Zhu.

Membuat atmosfer ruangan itu seketika terasa beku. Zhu Jiang, yang sedari tadi menahan marah, kini semakin terlihat geram. Ekspresinya mengeras, kedua tangannya mengepal kuat di samping tubuhnya. Seluruh tatapannya kini tertuju pada Zhu Long.

"Long'er..." suaranya lebih rendah, tetapi setiap katanya mengandung tekanan besar.

"Apakah itu benar?" tanyanya, suaranya berat dan penuh tekanan.

Zhu Long tak langsung menjawab. Ia hanya menatap dingin ke arah Qin Lan dan Niu Feng, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Zhu Jiang.

"Ayah, maaf... aku sendiri tidak mengingat pernah melakukan hal seperti itu." Jawaban yang terdengar tenang itu justru semakin menambah berat suasana.

Pasalnya Zhu Long sendiri tak mengiat semua hal tentang ingatan asli tubuh itu. Ia bergumam dalam hati dengan ekspresi masam, 'Ini adalah kelemahan dari siklus rankarnasi, dimana ingatan asli tubuh ini tampak kabur hingga batas tertentu. Namun, akan pulih kembali setelah beberapa waktu.'

Alis Zhu Jiang berkerut dalam, rahangnya mengatup rapat. Ia memejamkan mata sejenak, berusaha menenangkan pikirannya. Namun di dalam hatinya, ia tak bisa menutupi perasaan kecewa.

"Kau mungkin lupa karena pada saat itu kau sebenarnya tengah mabuk setelah minum tanpa henti." Niu Feng menyela dengan nada santai, namun kata-katanya seperti bara api yang dilempar ke dalam tumpukan jerami kering.

"Itu benar," Qin Lan menambahkan dengan suara dingin, "Sekte Linjian melarang murid-muridnya meminum atau membawa alkohol ke dalam sekte. Tapi kau justru melanggar aturan itu tanpa rasa bersalah."

Zhu Long tetap diam. Ia tidak menyangkal, karena ia sendiri tak mengingat apakah tuduhan itu benar adanya atau tidak. Diamnya justru semakin membuktikaan bahwa tuduhan itu mungkin memang benar adanya. Para tetua klan Zhu yang semula ragu, kini mulai menunjukkan ekspresi murka.

"Tidak disangka, Tuan Muda Zhu ternyata memiliki sikap tercela seperti ini!" Tetua keempat berseru, wajahnya menegang karena amarah dan rasa malu.

"Kepala klan, tolong berikan hukuman yang pantas untuknya!"

"Aku setuju," sahut tetua kelima dengan ekspresi penuh kekecewaan. "Ia telah mencoreng nama baik klan Zhu! Tak bisa dibiarkan begitu saja!"

Namun, sebelum emosi para tetua memuncak, Zhu Jiang mengangkat satu tangan. Gerakan itu cukup untuk membuat semua orang terdiam.

Matanya menatap tajam ke arah Zhu Long. Ada campuran kemarahan, kekecewaan, dan keraguan dalam tatapan itu. Namun sebelum Zhu Jiang sempat berbicara, Zhu Long lebih dulu menyela.

"Nona Qin dan Senior Niu sepertinya sudah datang dengan persiapan yang matang, ya?" Nada sindirannya terdengar jelas, meskipun raut wajahnya tetap tenang dan penuh keyakinan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 199 - Akhir Pertarungan

    Dari posisinya yang tinggi, ia mengendalikan monster itu, matanya berkilat penuh kemenangan. Cakar berlapis tulang dari monster itu tampak tajam dan mematikan, masing-masing seukuran gerobak, membawa serta aura kematian dan niat membunuh yang pekat. Ia mengangkat cakarnya, siap menghantam Zhu Long menjadi debu.Di sisi lain, Zhu Long hanya tersenyum sinis. Ia sudah terlalu lama menghabiskan waktu di wilayah Laut Mati ini. Meskipun ada rasa lelah, tekadnya untuk menyelesaikan ini secepat mungkin dan mencari jalan keluar tak tergoyahkan. Ia melirik sekilas ke arah Shan Rong yang tergeletak di sampingnya, masih tertidur pulas karena efek ramuan pelumpuh yang dosisnya terlalu tinggi. Aura lemah yang memancar dari tubuh Shan Rong membuat Zhu Long khawatir jika ia tak memberi Shan Rong penawar secepat mungkin, itu akan berefek fatal pada kesehatan tubuhnya."Mari akhiri ini segera. Tinggal lebih lama di wilayah Laut Mati terlalu berisiko. Selain itu, takutnya Iblis Ilusi itu malah mengeja

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 198 - Pertarungan

    Suara itu menggelegar di telinga Gui Sha, membuatnya merasa seperti mendengar suara dari sosok dewa yang akan turun ke bumi, sebuah tekanan yang membuatnya terguncang dan agak gugup. Namun, ia segera mengenali suara itu. Tak salah lagi, itu adalah suara pria yang menjadi lawannya sebelumnya, Zhu Long yang asli."Apa yang kau bualkan, bocah! Mulutmu tak pantas menyebut keagungan klan Gui! Kau pikir siapa dirimu, hah!?" seru Gui Sha, penuh amarah dan rasa terhina. Niat membunuh dan aura merah darah memancar dari tubuhnya dengan ganas. Udara di sekitarnya bergetar halus, seolah tertekan oleh emosi kuatnya. Ia merasa dipermainkan.Tak lama kemudian, di tengah badai paku darah yang menghujam, sosok Zhu Long yang asli muncul di sisi klonnya, melayang anggun di udara. Pedang perak masih tergenggam erat di tangannya, memancarkan cahaya energi keemasan redup. Hanya dengan sekali lambaian tangan, sebuah gelombang energi menyapu udara. Ribuan paku darah yang menerjang itu hancur berkeping-ke

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 197 - Paku Darah Seribu Arwah

    Di sisi lain, ratusan kilometer dari bentrokan dahsyat dengan Kitsune, klon Zhu Long yang membawa tubuh Shan Rong akhirnya tiba di sebuah reruntuhan kuil kuno yang tampak tua dan usang. Bangunan itu nyaris tak bisa dikenali lagi, dengan tiang-tiang batu yang patah dan atap yang ambruk. Patung-patung batu berwajahkan iblis, diselimuti jaring laba-laba tebal dan telah retak di beberapa tempat termakan waktu, berdiri sebagai saksi bisu keagungan yang telah lama hilang. Aura kuno yang menyelimuti tempat itu terasa berat, seolah menyimpan cerita-cerita yang telah lama terkubur.Namun, ketenangan di sekitar reruntuhan itu tak bertahan lama. Baru saja klon Zhu Long menginjakkan kaki di tanah berdebu, sebuah serangan mendadak datang dari kejauhan dengan kecepatan luar biasa. Udara di sekelilingnya berdesing nyaring, membawa serta bau karat dan aura kematian yang pekat."Paku Darah Seribu Arwah!" seru Gui Sha dari kejauhan, ekspresinya tampak muram dipenuhi amarah yang membara. Ia telah men

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 196 - Kemunculan Tiba-tiba

    Tapi ia sudah memiliki sebuah rencana matang untuk dilakukan. Terutama ia sudah memancing murka Kitsune yang jelas tak mungkin ia hadapi untuk saat ini, apalagi Shan Rong masih bersama klonnya. Zhu Long tahu bahwa Kitsune yang marah adalah kekuatan yang jauh lebih berbahaya daripada Mu Xiong sendiri.Ketika Mu Xiong hendak menghilang dari area pertempuran secara diam-diam, mengaktifkan teknik persembunyian untuk menyelinap pergi, tiba-tiba ia merasakan ada sesuatu muncul di belakangnya. Sebuah gelombang energi spiritual yang familiar, namun dengan niat yang mengejutkan, mendekat dengan kecepatan kilat. Dan itu tak lain adalah sosok Zhu Long."Dasar binatang buas tak tahu diri! Kau hanyalah makhluk keji! Dunia ini adalah milik kami para manusia, binatang bodoh sepertimu tak pantas menginjakkan kaki di sini!" seru Zhu Long tiba-tiba, suaranya menggelegar, sengaja diucapkan dengan volume tinggi yang membelah udara dan menembus telinga Kitsune. Setiap kata dipenuhi nada penghinaan dan p

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 195 - Celah Untuk Melarikan

    Kilatan keemasan terang terpancar dari sana, membelah kegelapan suram. Dan dalam sekejap, pedang di tangannya terayun lembut secara vertikal. Itu adalah gerakan yang nyaris tak terlihat, sangat sederhana, seolah ia hanya menggerakkan tangannya tanpa kekuatan.Sejenak tampak tak terjadi apa-apa. Namun tangan raksasa yang terbentuk dari asap putih itu mendadak berhenti di udara, membeku. Sebuah garis lurus sempurna terukir di tengah-tengahnya, membentang dari atas hingga bawah, tipis seperti benang sutra namun mematikan.Dalam beberapa detik kemudian, dengan desisan yang aneh, tiba-tiba tangan asap putih itu hancur menjadi serpihan, seperti tersapu tekanan angin tak kasat mata. Hasil tebasan pedang Zhu Long tidak hanya menghancurkan tangan raksasa itu, tetapi juga membelah hingga ratusan meter ke depan, menyingkirkan asap putih tebal Kitsune yang menghalangi pandangan, menciptakan celah terang di tengah kegelapan yang mengepul.Tiba-tiba, sebuah jeritan aneh dan melengking terdengar d

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 194 - Mengukir Jalan Pedang

    Mu Xiong berdiri kembali, napasnya berat, namun matanya tetap tenang, penuh kepercayaan diri yang tinggi. Ia telah menunjukkan sebagian kecil dari kekuatan aslinya, sebuah peringatan bagi binatang buas rubah itu."Kau tak bisa menakutiku dengan asap dan ilusi murahan ini, rubah sialan!" serunya, suaranya dipenuhi amarah dan dominasi. Ada nada menantang dalam suaranya, sebuah deklarasi bahwa ia tidak akan gentar. "Aku telah melihat berbagai jenis keterampilan seperti ini, kau pikir bisa menipuku!" Serangan Kitsune selanjutnya datang lagi seolah tak ada habisnya, bahkan lebih ganas dari sebelumnya. Puluhan tombak tornado asap yang lebih besar dan lebih cepat muncul, menerjang Mu Xiong dari segala sisi, berusaha menenggelamkannya dalam badai kehancuran. Ini adalah perang habis-habisan antara kekuatan kuno binatang buas dan kultivator ranah Golden Core.Sementara itu, di sisi lain medan pertempuran yang diselimuti kabut dan asap tebal, Zhu Long menyaksikan bagaimana Mu Xiong menghancurk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status