Share

Raja Baru untuk Dunia Kegelapan
Raja Baru untuk Dunia Kegelapan
Author: Rai Seika

1. Dongeng Istana Es

Desing suara anak panah menembus angin bersamaan dengan salju yang turun. Para pemanah memburu tiga orang yang diduga memiliki harpa ajaib. Mereka ras yang berbeda di antara para kristal hitam. Ketiganya memiliki rambut seputih salju. Mereka tengah berlari menghindari hujan anak panah.

“Eirlys, jangan menengok ke belakang, teruslah berlari!” teriak seorang pemuda kepada gadis di depannya.

Pemuda yang jauh lebih tinggi dari gadis yang dipanggil Eirlys tersebut berhenti dan berbalik, merapalkan mantra membentuk bunga-bunga es yang menghambat laju anak panah tersebut.

“Terus berlari!” teriak pemuda tersebut kepada dua orang perempuan yang bersamanya.

Napas mereka tersengal-sengal, kepulan uap air seperti asap di setiap napas yang mereka hembuskan karena udara yang begitu dingin. Bernapas saja terasa begitu berat, sementara salju turun perlahan membuat rambut putih mereka semakin putih tertutup salju.

“Kak Lixue!” Gadis yang bernama Eirlys menoleh dan memanggil pemuda tersebut.

“Menuju ke jembatan cepat!” perintah pemuda itu.

Pemuda itu berlari menyusul kedua perempuan yang telah mendahuluinya. Berlari di atas tumpukan salju tidak mudah, setiap langkah kaki mereka melesak ke dalam salju dan perlu tenaga ekstra untuk mengangkatnya.

“Jangan biarkan mereka kabur, tangkap mereka!” seruan dari pihak lawan yang mengejar mereka. Gerombolan pria berpedang mulai melompat dan turun untuk mengejar mereka bertiga. Sementara para pemanah masih tetap di tempatnya, menarik busur mereka untuk menghalangi ketiganya mencapai istana es.

“Ambil harpanya!” seru salah satu dari mereka disertai teriakan balasan tanda setuju dengan ucapan rekannya.

“Serang mereka jangan sampai lolos!”

Desing anak panah kembali terdengar, kali ini jauh lebih sedikit dari sebelumnya. Lixue kembali merapalkan mantra. Dia menghentikan laju anak panah tersebut dengan kekuatan es, satu persatu anak panah jatuh karena membeku di udara. Beberapa dari para pemanah mulai membeku akibat mantra dari Lixue mempengaruhi mereka juga.

Kepulan uap yang keluar dari napasnya berwarna putih seperti asap putih yang terus keluar masuk setiap kali tarikan napas dan hembusannya. Udara semakin dingin. Namun, ketiga orang itu tidak merasakan dingin sama sekali, kondisi yang begitu menegangkan antara hidup dan mati membuat tubuh mereka cukup panas.

“Eirlys!” seru Lixue saat melihat gadis berambut putih itu terjatuh, terjerembab dalam tumpukan salju. Pemuda yang bersamanya langsung membantu gadis itu untuk segera berdiri sementara wanita yang jauh lebih tua diantara keduanya menghadang dan bernyanyi hingga sebuah badai terbentuk. Badai itu menyapu orang-orang yang membawa pedang hingga terdorong dan tidak terlihat lagi karena tertimbun tumpukan salju.

“Cepat, itu hanya akan menghalangi mereka sementara!”

Wanita itu adakah ratu dari istana es, Fey Varsha. Sebuah istana yang berada jauh di sebelah utara dunia bawah. Wilayah yang selalu tertutup salju sepanjang tahun hingga sebuah keajaiban terjadi beberapa tahun yang lalu. Seorang pangeran elf datang dengan harpa ajaib dan membuat wilayah bersalju ini bersemi. Untuk pertama kalinya dataran es ditumbuhi bunga-bunga indah layaknya musim semi.

“Eirlys kau tidak apa-apa?” Lixue memapah Erilys dan membawanya berlari bersamanya. Pemuda itu melepaskan liontin berbentuk harpa dan memberikannya kepada gadis berambut putih seputih salju. “Jaga ini, Eirlys!”

Gadis dengan rambut putih itu menoleh ke arah kakak laki-lakinya. Dia menggelengkan kepala. Firasat buruk tiba-tiba terasa saat menerima liontin itu, sebuah firasat akan perpisahan di antara keduanya.

“Cepat, kita kembali ke istana!” Fey Varsha memimpin dan menarik Eirlys bersamanya sementara Lixue justru terdiam dan memandang keduanya yang berlari menuju ke sebuah danau besar dengan istana es di tengahnya.

“Tunggu, Ibunda, Kak Lixue masih di belakang!” seru Eirlys. Namun, wanita dengan gaun putih seputih rambutnya tidak mengindahkan dan terus menarik tangan anak perempuannya. Dia tidak berhenti dengan semua ucapan Eirlys.

“Maaf, Eirlys, maaf,” batin Fey Varsha. Dia sudah membuat kesepakatan dengan anak laki-lakinya. Jika kondisi memaksa dan mereka tidak bisa selamat, setidaknya harpa tidak jatuh ke tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Mereka menginginkan harpa untuk kepentingan diri sendiri, menginginkan harpa untuk memperkaya diri mereka.

“Selamat tinggal Ibunda, Eirlys,” ucap Lixue dengan lirih seakan hanya berupa desiran angin. Dia berbalik menghadang para pengejarnya. Pangeran es itu kembali menyerukan mantra dan memanggil makhluk setinggi tiga meter yang terbuat dari salju. Monster salju tersebut dikendalikan oleh Lixue. Monster itu meraung dan menyerang para pria berpedang yang telah berhasil keluar dari tumpukan salju.

“Kalian ingin bertarung, ayo lawan aku!” seru Lixue.

Eirlys menoleh dan melihat monster salju yang dipanggil kakaknya. Dari sudut matanya bulir bening mulai mengalir.  Air mata Eirlys jatuh membasahi pipinya.

“Kuatkan dirimu Eirlys,” ucap Fey Varsha di sela-sela derap langkah mereka. Jembatan sudah terlihat, keduanya melewati jembatan, berlari sepanjang jembatan yang melengkung di atas danau dingin sedingin es lalu  mereka masuk ke dalam istana yang terbuat dari kristal es.

“Ibunda, kita tunggu kakak,” pinta Eirlys memohon. Mata gadis itu berkaca-kaca, dia tidak bisa meninggalkan kakaknya di luar bersama dengan musuh mereka.

Fey Varsha menatap anak perempuannya yang sudah sembab karena menangis. Suara teriakan terdengar. Dia melihat sebuah harapan saat makhluk salju itu telah menghentikan para pria berpedang dan tidak ada lagi hujan anak panah yang terlihat.

“Kita tunggu, Lixue.” Fey Varsha yang melihat secerca harapan menghentikan mantra yang akan dia gunakan. “Lixue, cepat masuk!” teriak Fey Varsha.

Eirlys mengangguk dengan senyuman merekah di bibirnya. “Kakak, cepat!” teriak Eirlys.

Lixue yang mendengar suara adiknya berbalik, dia merasa aman setelah para pengguna pedang sudah tertimbun salju. Dia berlari menuju jembatan. Tiba-tiba saat di tengah-tengah jembatan dia mendengar suara. Suara desingan anak panah yang mengarah pada dirinya lalu menembus tubuh remaja pemuda yang tengah berlari ke arah istana es. Anak panah yang lain dengan api membara menancap tepat di atas jembatan es yang kini menjadi pijakannya. Retakan terjadi di atas jembatan tersebut.

“Ibunda ... Eirlys,” ucap Lixue menatap keduanya. Kedua wanita itu sama terkejutnya saat melihat anak panah melesat ke arah Lixue.

“Kakak!” teriak Eirlys yang ingin berlari ke arah kakaknya.

Fey Varsha menarik Eirlys hingga gadis itu terduduk di lantai. Gadis itu hanya bisa memandangi tubuh kakaknya yang kini mulai roboh, ikut terjatuh bersama dengan runtuhnya jembatan es yang membentang dari pinggir danau menuju ke Istana Es.

“Kak Lixue!” teriak Eirlys.

Sebuah lingkaran sihir terbentuk dan menyelubungi tubuh Lixue, lingkaran sihir yang dibuat oleh Ratu Es, Fey Varsha. Sihir itu melindungi Lixue, setidaknya itulah yang diharapkan Fey untuk putranya.

“Masuklah, Eirlys!” perintah Fey Varsha.

Gerbang tertutup, sang ratu mengeluarkan tongkat sihir. Sebuah tongkat yang panjang hingga setinggi manusia dewasa, dia pun mengetukan tongkat tersebut ke lantai dan sebuah lingkaran sihir terbentuk, menyebar ke seluruh penjuru. Getaran seperti gempa bumi terasa, semakin lama semakin kencang. Istana Es mulai bergerak turun, masuk ke dalam danau perlahan-lahan.

Para pemburu yang mengejar mereka bertiga hanya bisa menyaksikan tenggelamnya istana es hingga tidak terlihat lagi. Istana Es masuk ke dalam danau dan tidak menyisakan sedikit pun keberadaannya. Sementara Lixue, tenggelam ke dalam danau yang dingin dan membeku dalam es abadi, diselimuti selubung tipis yang mempertahankan nyawanya.

Sejak hari itu Istana Es tidak ada lagi, mereka mulai melupakan akan adanya ratu penguasa es di bagian utara dunia bawah. Mereka juga melupakan adanya harpa yang pernah menjadi incaran semua makhluk karena kekuatannya. Mereka terlupakan dan hanya meninggalkan cerita yang disebut dalam dongeng. Kisah indah sang Ratu Es yang bertemu dengan Pangeran Elf hingga menjadikan dunia seindah musim semi.

Sebuah buku berwarna biru dengan gambaran istana salju ditutup bersamaan dengan lembaran terakhir cerita yang telah dibacakan. Pemuda dengan rambut hitam pendek dan mata sekelam malam menatap heran kedua anak kembar yang menatapnya. Alisnya mengerut dan mulutnya berdecak.

“Ceritanya sudah selesai,” ucap Rafael seakan mengerti tatapan keduanya.

Yui dengan cekatan menarik buku yang dipegang Rafael seakan tidak percaya dengan apa yang diucapkan pria itu.

“Tapi seharusnya berakhir bahagia, kan,” protes Yui membongkar dan mencari halaman selanjutnya. Nihil, tidak ada lembaran lain selain cerita yang telah selesai dibacakan oleh Rafael.

“Apa harpa itu benar-benar ajaib?” tanya Yuan menatap lurus ke arah Rafael yang tengah bersandar pada kursi.

“Entahlah,” jawaban Rafael seakan menggantung di udara. Pria itu kemudian terdiam lalu bangkit dan memilih tumpukan buku yang ada di meja. “Aku ingat sesuatu,” lanjutnya.

Rafael tesenyum dan memperlihatkan sebuah buku kepada kedua anak kembar di depannya, “Ini dia.”

“Bacakan lagi!” Kedua anak kembar duduk kembali di hadapan Rafael dan bersiap untuk mendengarkan kembali sebuah cerita tentang harpa ajaib seperti dalam judul buku yang dipegang Rafael.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Aspasya
Aih Yui maunya happy ending...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status