Share

Bab 21

Penulis: Anak Ketiga
Semua orang di ruangan itu tertegun sejenak. Mereka tidak menyangka Tobi, si pengecut itu berani angkat bicara di saat seperti ini.

"Ups, ada yang nggak takut mati rupanya."

"Si berengsek ini, suaminya Nona Widia? Apa dia nggak sadar diri?"

Latif langsung mengejeknya.

"Sepertinya mulutmu bau, mari kutampar!" kata Tobi ringan.

"Haha. Memangnya kamu .... Argh ...."

Saat Latif ingin tertawa lagi, tiba-tiba pipinya dilanda rasa sakit yang sangat menusuk. Tubuhnya tampak berputar beberapa kali, lalu menabrak dinding dan terjatuh ke lantai.

Dalam sekejap, semua orang tercengang!

Ini hampir sama dengan pukulan Latif sebelumnya, bahkan lebih cepat.

Hanya saja, yang memukul tadi menjadi orang yang dipukul sekarang.

Anak buah Latif tampak terpengarah sejenak, kemudian mereka segera maju untuk mengambil tindakan.

Bam, bam ....

Tanpa ketegangan apa pun, keempat orang itu langsung terlempar keluar dan tak kuasa bangkit selama beberapa saat.

Widia dan Tania hampir tidak percaya dengan penglihatan mereka saat ini.

Separuh wajah Latif tampak bengkak. Merasakan kecepatan dan kekuatan yang menakjubkan tadi, dia menatap Tobi dengan heran, "Si, siapa kamu?"

"Aku suaminya Nona Widia!"

Tobi berjalan perlahan dan mengambil garpu yang diletakkan di atas meja itu.

"Apa yang mau kamu lakukan!" tanya Latif panik.

Orang lain mungkin tidak melihatnya, tetapi dia bisa merasakan tatapan dingin di mata Tobi.

Dari tatapan dingin itu Latif bisa menebak bahwa pasti sudah banyak nyawa yang jatuh di tangan Tobi.

"Bagaimana menurutmu?" Tobi meletakkan garpu itu di leher Latif.

Wajah Latif berubah drastis. Dia bisa seperti sekarang ini karena masih muda dan tidak takut mati. Namun, untuk mencapai posisinya saat ini, dia menghargai hidupnya lebih dari sebelumnya.

"Jangan!"

Widia terkejut, dia tidak menyangka keahlian bela diri Tobi begitu hebat.

Namun, dia tidak boleh membunuh orang sembarangan.

"Jangan seperti ini. Nona Widia menyuruhmu berhenti. Mari kita bicarakan baik-baik," kata Latif buru-buru.

"Baiklah, demi istriku, aku nggak akan membunuhmu, tapi kamu harus melunasi utangmu." Tobi ingat Widia baru saja mengatakan Latif masih punya utang kepadanya.

"Tentu saja, tentu saja! Aku akan segera mentransfer 20 miliar kepadanya."

"Transfer sekarang juga. 20 miliar mana cukup, kamu harus menambahkan bunga sebanyak 4 miliar."

"Nggak masalah!"

Latif sangat ketakutan. Setelah menerima nomor rekening Widia, dia segera memanggil bawahannya untuk mentransfernya.

Tak lama kemudian, Widia menerima pesan notifikasi bahwa 24 miliar telah masuk ke rekeningnya.

Melihat uangnya telah ditransfer, Tobi langsung memperingatkan Latif, "Pergilah, kalau kamu masih berani mengganggu istriku, aku akan mencarimu dan membunuh kalian semua."

"Nggak akan lagi!"

Latif buru-buru kabur bersama dengan anak buahnya. Dia sama sekali tidak memikirkan untuk balas dendam karena lawannya telah membuatnya ketakutan setengah mati.

Setelah mereka pergi, Widia baru kembali sadar sepenuhnya. Saat memikirkan kejadian barusan, dia merasa bergidik.

"Tobi, terima kasih!"

"Ya. Sudah seharusnya suami membantu istrinya, 'kan?"

"Jangan bilang begitu, lagian kita hanya sementara saja."

Widia agak kesal saat memikirkan Tobi yang terus mengingatkannya bahwa pria itu adalah suaminya.

Tobi tersenyum dan berkata, "Ya, Sayang,"

"..."

Karena pria itu baru saja membantunya, Widia tidak protes lagi. Kemudian, dia bertanya, "Apa kamu belajar seni bela diri di pegunungan?"

"Ya." Sejak berusia delapan tahun, Tobi telah belajar seni bela diri dan berlatih keras. Namun, seni bela diri hanya salah satu dari keahliannya.

"Pantas kamu bisa mengalahkan Tuan Joni saat main anggar kemarin." Widia sempat berpikir Tobi menggunakan trik kotor ​​dan bahkan membiarkan orang lain membicarakan Tobi. Diam-diam, Widia merasa menyesal.

"Dia hanya pamer saja. Mengalahkannya bukan hal sulit."

"Kamu sungguh menganggap dirimu hebat? Jangan-jangan tadi kamu benaran mau membunuhnya?"

"Nggak, kok. Membunuh itu melanggar hukum. Aku hanya ingin menakut-nakuti dia."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
reza Fahlevi
apa takut mati tanam🥲
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1670

    Saat ini, semuanya juga seharusnya sudah berakhir.Setelah semua orang bubar, Vamil maju ke depan sambil tertawa, "Tobi, kamu benar-benar memberiku kejutan besar kali ini.""Awalnya, aku kira kamu setidaknya membutuhkan lima tahun untuk menandingi kekuatan mereka. Aku nggak menyangka kekuatannya akan meningkat secepat itu. Benar-benar di luar dugaanku.""Bolehkah kamu beri tahu aku sudah sampai mana kekuatanmu saat ini?"Vamil sangat penasaran.Tobi mengangkat bahu tak berdaya dan berkata, "Nggak ada lawan, jadi aku juga nggak begitu jelas.""Aku hanya tahu, kalau aku menyerang dengan seluruh kekuatanku, aku bisa menghancurkan kota dengan mudah.""...."Semua orang benar-benar tercengang, lalu berkata tak berdaya, "Luar biasa!"Vamil terdiam, lalu menggelengkan kepalanya. "Nak, kamu benar-benar mengejutkanku. Oh ya, kapan kalian akan menikah? Jangan terlalu lama. Aku nggak punya banyak waktu lagi."Jelas, dia sangat puas dengan Tobi dan berharap bisa menghadiri pernikahan mereka.Mende

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1669

    Kata-kata dominan Tobi barusan membuat orang-orang Harlanda makin antusias. Saking bersemangatnya, mereka yang menonton siaran langsung dari rumah pun bersorak kegirangan.Mereka sangat gembira. Jadi, perlu mengekspresikan kegembiraan yang mereka rasakan.Hanya saja kalimat 'siapkan misil' yang diucapkan Tobi membingungkan mereka.Apa yang terjadi? Siapkan misil? Apa maksudnya? Tiba-tiba tanda tanya muncul memenuhi seluruh layar.Semua orang benar-benar tercengang mendengar kata-kata itu.Banyak orang mengungkapkan pertanyaan mereka.Di saat bersamaan, para petugas di pangkalan rudal itu juga tampak berkeringat dingin. Biasanya, dalam situasi apa pun, dia pasti akan melaksanakan perintah dengan tegas. Namun, dia jelas-jelas gugup saat ini dan kembali mengkonfirmasi.Radiya mengangguk. Untuk memastikan tidak terjadi kesalahan, dia bahkan turun tangan memperhatikan masalah ini.Jika bukan karena menyaksikan kekuatan Tobi yang melampaui orang biasa dengan matanya sendiri, dia benar-benar

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1668

    Negara Harlanda seketika dibanjiri berbagai kata-kata pujian, sorak-sorai, dan kekaguman.Di mata mereka, Tobi sudah termasuk dewa pelindung Harlanda.Sebaliknya di mata dunia luar, mereka mulai takjub terhadap kekuatan Negara Harlanda. Bahkan, juga ada rasa takut.Tobi tidak peduli dengan masalah ini. Dia teringat bahwa selama periode ini, ada banyak orang yang membuat onar. Jadi, dia pun berkata, "Sejauh yang aku tahu, akhir-akhir ini, banyak wilayah yang meremehkan seni bela diri Negara Harlanda kita. Bisa-bisanya mereka memandang rendah seni bela diri kita.""Kalau begitu, aku akan perlihatkan pada mereka akan betapa hebatnya seni bela diri Negara Harlanda. Master-master hebat lainnya yang jarang menampakkan diri nggak perlu mengambil tindakan, cukup mereka yang ada di sini yang melakukannya saja.""Pandu, keluarlah!"Tobi tiba-tiba menyebut nama Pandu.Awalnya, Pandu sempat terkejut. Namun, reaksinya cukup cepat. Begitu menerima perintah Tobi, dia segera melompat keluar dan berkat

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1667

    Tobi perlahan melambaikan tangan kanannya. Tubuh Hirawan seketika terhempas keluar dari lapangan dan mendarat tepat di samping orang-orang Melandia yang tengah membawa rekan mereka yang tak sadarkan diri tadi.Membiarkan mereka membawa Hirawan pergi.Selanjutnya, giliran Luniver.Semua orang yang hadir di sana kini memandang Tobi dengan tatapan penuh kekaguman dan keterkejutan.Vamil dan lainnya yang mendukung Tobi semuanya tampak antusias. Awalnya, mereka mengira krisis besar yang dihadapi kali ini akan mendatangkan ancaman bagi seni bela diri Harlanda. Siapa sangka, hal ini bisa dengan mudah diselesaikan oleh Tobi.Meski Luniver masih belum bertindak, berdasarkan kekuatan yang dimilikinya, sudah pasti tidak akan semudah mengendalikan Hirawan lagi."Luniver, giliranmu sekarang!" seru Tobi dengan nada datar.Begitu Tobi selesai berbicara, semua orang terkejut.Mereka sangat familier dengan kekuatan Luniver. Apalagi, setelah pertarungan kemarin, namanya kini sangatlah populer.Jelas sek

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1666

    Wajah Hirawan berubah kusut. Hanya saja, lantaran sudah mengambil langkah pertama, bukankah pengorbanannya akan sia-sia jika dia menyerah sekarang?Jadi dia bangkit, lalu berlutut di depan Tobi lagi sambil berkata dengan suara keras, "Maaf, aku mengakui kesalahanku!"Plak, plak!Tamparan keras lainnya datang.Hirawan benar-benar terpana. Dia tampak kaget sekaligus marah."Suaramu terlalu keras. Aku nggak suka!" kata Tobi dengan nada datar.Semua orang tahu bahwa Tobi sengaja melakukan semua itu. Dia memang ingin mempermainkan Hirawan di hadapan semua orang.Hal ini membuat orang Melandia makin malu.Salah satu orang Melandia yang menyaksikan adegan itu langsung melompat dan berseru, "Hentikan, hentikan! Kamu sedang ....""Enyahlah!"Tobi mendengus dingin, lalu melambaikan tangan kanannya.Meski berada ratusan meter jauhnya, orang itu langsung merasakan sakit luar biasa di bagian dadanya. Tubuhnya terpental mundur puluhan meter dan langsung tak sadarkan diri.Kemudian, dia diseret pergi

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1665

    Kata-kata yang diucapkan Tobi barusan penuh dengan kekuatan spiritual yang kuat. Namun, dia mengendalikannya dengan sangat baik dan hanya menargetkan Hirawan seorang."Nggak!"Hirawan menggertakkan gigi dan meraung. Kekuatan di sekitarnya berkumpul secara gila-gilaan, membentuk energi yang besar dan menakutkan. Dia jelas ingin melawan.Melihat adegan ini, semua orang langsung terkejut.Terutama, tornado besar terbentuk di atas kepala Hirawan. Kekuatan dahsyat itu meledak dan sekali lagi memperlihatkan energinya yang menakjubkan dan menakutkan.Semua orang dikejutkan oleh momentum yang luar biasa itu.Orang-orang Melandia sangat gembira saat melihat adegan itu. Mereka berkata dengan penuh semangat, "Sudah kuduga, Hirawan barusan sengaja mempermainkan mereka. Sekarang dia baru menunjukkan kekuatannya yang sesungguhnya.""Benar, sekarang akhirnya dia melawan. Pokoknya, harus beri pelajaran pada bocah itu.""...."Satu per satu dari mereka sangat bersemangat pada awalnya, tetapi setelah be

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status