Share

Raja Tahanan Menjadi Papiku
Raja Tahanan Menjadi Papiku
Penulis: Raja Diam

Bab 1 Julius Bebas

Penulis: Raja Diam
Penjara Gitarama, kutub utara.

Penjara ini terletak di bagian paling ujung kutub utara, berada di kedalaman 500 meter di bawah permukaan bumi. Penjara ini khusus ditempati oleh tahanan yang terkejam dan ternama di dunia. Dari dulu sampai sekarang, tidak ada seorang pun yang bisa melarikan diri dari penjara ini.

Saat ini, lift perlahan-lahan naik dari bawah tanah menuju ke permukaan daratan. Pintu lift perlahan terbuka dan seorang pria berwajah oriental, mengenakan pakaian yang lusuh berjalan keluar dari sana.

"Selamat! Anda sudah bebas!" kata seorang pria yang bertanggung jawab untuk mengawasi para tahanan di sini dengan suara yang kasar dan lantang.

Seorang wanita paruh baya yang berpenampilan seksi, melirik ke arah Julius Warren dengan pandangan tenang dan berkata, "Kamu bebas, setelah kamu keluar dari gerbang yang di sana!"

Julius Warren melihat gerbang yang ada di depan itu dengan ekspresi yang dilematis sambil berujar, "Kalau aku memang ingin keluar, pasti sudah kulakukan sejak lama!"

Bibir merah wanita paruh baya itu sedikit terangkat, dia tidak bisa membantah karena perkataan Julius memang benar adanya.

Dari para tahanan penjara yang merupakan kumpulan orang-orang paling ganas dan berbahaya, tokoh-tokoh yang terkenal, tahanan perang, bahkan pemimpin beberapa organisasi mafia di dunia semuanya tunduk padanya. Di hadapan Julius, para jagoan ini sama sekali tidak berkutik.

Bahkan tiga tahun yang lalu, saat kekacauan terjadi di Negara Aurora karena perang akibat invasi dari negara asing dan mereka tidak mampu melawan. Hingga pada akhirnya, pihak berwenang memutuskan untuk mengirim empat pemuda untuk dibimbing oleh Julius.

Dia hanya mengajari mereka selama enam bulan. Kemudian, keempat pemuda itu pergi berperang dan situasi pertempuran cepat berubah. Keempat orang anak muda itu menjadi dewa perang yang terkenal di Negara Aurora.

Ketika Julius berjalan ke gerbang, pria itu berhenti dan menoleh ke arah benteng tinggi seperti tembok besar di belakangnya. Dia berlutut dan memberi hormat tiga kali, "Kakek Sableng, aku pergi! Terima kasih telah menjagaku selama lima tahun terakhir."

Julius merenung di dalam hatinya. Waktu itu, saat dikirim ke penjara Gitamara ini, Julius melihat seorang kakek berambut putih sedang diganggu dan mereka menolak memberikan makanan padanya. Julius mengambil inisiatif untuk mendatanginya dan membagi setengah makanannya dengan kakek itu.

Setiap orang mengatakan padanya, kakek itu sudah gila karena setiap harinya selalu mengoceh tentang jalan menuju keabadian sehingga tidak ada orang yang ingin memedulikannya. Bahkan, sampai mencemoohnya.

Namun Kakek Sableng tidak peduli, hanya Julius yang selalu pergi berbicara dengannya setiap hari. Sementara yang lainnya, juga menganggap Julius sudah sedikit gila.

Kemudian, Julius menyadari Kakek Sableng ini ternyata seorang ahli ilmu pengobatan dan bela diri sejati, Kakek Sableng mewariskan semua ilmunya pada Julius. Hari ini adalah hari di mana Julius meninggalkan penjara, juga hari di mana Kakek Sableng itu akan pergi. Hanya saja, arah dan tujuan mereka berbeda tidak sama.

Julius melangkah keluar dari gerbang baja tebal. Gerbang itu menutup perlahan setelah Julius berada di luar gerbang.

"Hormat pada Guru!" sahut dua orang pria yang berusia paruh baya, kemudian disusul seorang pria tua dan seorang wanita yang usianya hampir sama, keempatnya berlutut dengan serempak. Kalau kejadian ini sampai dilihat oleh orang-orang yang berkedudukan tinggi di Negara Aurora, pasti banyak yang tercengang. Keempat orang yang berada di hadapan Julius ini tak lain adalah empat dewa perang yang baru saja berjasa membantu Negara Aurora memenangkan perang.

Julius mengerutkan keningnya ketika melihat keempat orang ini dan berkata, "Kenapa kalian datang ke sini?"

Mereka segera berdiri, lalu pria tua yang terlebih dulu menangkupkan tangan dengan hormat sambil berkata, "Ketika kami tahu Guru telah dibebaskan dari penjara, kami sebagai murid, tentu harus datang untuk menyambut Guru. Selamat atas kebebasan Anda, Guru!"

"Apakah kalian semua baik-baik saja?" tanya Julius datar sambil melirik medali yang terpampang di seragam mereka itu.

"Guru, kami sekarang adalah empat dewa perang besar di Negara Aurora, tidak hanya memiliki kekuatan dan kehormatan tertinggi, tetapi juga memiliki kekuasaan!"

Setelah satu per satu berbicara tentang pencapaian yang mereka peroleh, ada sedikit kebanggaan tersendiri yang terpancar dari wajah keempat dewa perang itu.

Namun, Julius masih berkata dengan tenang, "Oh, baguslah. Kalian tidak mengecewakanku." Mendengar jawaban itu, mereka tidak dapat menyembunyikan kegembiraan mereka, karena tidak mudah mendapatkan pujian dari orang seperti Julius. "Guru, ini adalah kartu platinum eksklusif yang memungkinkan guru untuk mengambil lebih dari satu miliar dan kalaupun habis, jangan khawatir, aku akan transfer lagi," kata wanita yang berusia paruh baya itu dengan senyum merekah di wajahnya dan menyerahkan kartu itu.

Lalu dilanjutkan oleh pria tua yang berkata, "Guru, posisi apa yang guru inginkan? Aku dapat memberikan sebidang tanah dan membuat guru menjadi pemimpin setempat."

Kemudian disambung oleh pria satunya lagi yang berujar, "Guru, cucuku adalah wanita yang cantik. Kalau guru tidak keberatan ...."

Seorang pria berusia paruh baya berkata, "Guru, Kota Andalusia kekurangan seorang pemimpin, apakah guru ingin ke sana?"

Namun Julius menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku hanya berharap kalian tidak mengganggu hidupku. Aku hanya ingin hidup tenang bersama orang tuaku dan Catherine sekarang. Untuk memperbaiki kesalahan yang aku perbuat saat itu! Aku juga tidak tahu bagaimana keadaan orangtuaku dan Catherine sekarang."

"Guru, kalau tidak ada yang kamu inginkan, bisakah guru menerima kartu ini?"

Wanita yang berusia paruh baya itu melihat Julius dengan cemas.

Apa yang mereka semua dapatkan hari ini berkat Julius. Jadi, mereka ingin membalas jasanya.

"Berikan saja nomor ponsel dan cara untuk menghubungi kalian. Kalau aku ada waktu, pasti akan pergi mencari kalian. "

Julius tersenyum dan menyentuh cincin antik di jarinya, ini benda satu-satunya yang ditinggalkan kepadanya oleh Kakek Sableng.

"Ini aku ada bawa ponsel baru, untungnya aku telah mempersiapkannya," kata pria tua satunya lagi, dia segera mengambil ponsel baru dan menyerahkannya ke Julius sambil berkata, "Guru, nomor ponsel kami semua ada di dalam."

Julius mengangguk dan bertanya, "Ada rokok?"

Pria paruh baya itu sontak mengeluarkan rokok dan menyalakannya untuk Julius.

Julius menghisap dalam-dalam dan kemudian berteriak dengan sedikit emosi, "Ahhh! Jangan khawatir terhadap gurumu ini. Dengan semua keterampilanku, aku tidak akan mati kelaparan! Terlebih lagi, aku sudah mencapai alam kultivasi itu!"

"Alam kultivasi itu?"

Mereka berempat saling memandang dengan tatapan tak percaya.

"Baiklah, adakah yang bisa mengantarku ke Kota Carazon sebelum gelap?" tanya Julius.

"Tidak masalah, Guru!"

Semua menjawab dengan serempak.

Ketika langit gelap, Julius telah muncul di pintu gerbang masuk ke Kota Carazon.

"Guru, benar 'kah Anda tidak menginginkan apa pun?" ujar pria tua itu berusaha membujuknya.

Julius tersenyum dan melihat kota yang akrab di hadapannya sambil berkata, "Kalian pergilah! Kalau ada seseorang yang mengenali kalian, semua akan menjadi heboh."

Keempat dewa perang itu mengangguk dan segera berbalik untuk berjalan ke arah helikopter yang tidak jauh letaknya.

Tanpa menunda lagi, Julius tiba di pintu masuk kompleks perumahan tingkat menengah dan melangkah masuk. Akhirnya, Julius tiba di pintu rumah yang sudah sangat dikenalnya.

Melihat nomor rumah yang tidak asing lagi, Julius mengenang dalam hatinya. Ini adalah rumah yang akan ditempatinya dengan Catherine Estherville setelah menikah nanti. Waktu itu, Julius dijebak oleh seseorang. Dia dipaksa berjudi dalam keadaan mabuk sehingga kehilangan banyak uang. Setelah itu, Julius juga diminta menandatangani perjanjian yang membuatnya harus kehilangan Catherine dan menyerahkannya kepada William Lafau, anak orang kaya di Kota Carazon.

Malam itu, Wiliam datang bersama Julius ke rumah tempat dia dan Catherine akan tinggal bersama itu. Karena, William ingin secara resmi memiliki Catherine di hadapan Julius. Di tengah isak tangis Catherine yang memohon, Julius tiba-tiba bangun dan mengambil botol bir lalu melemparnya ke kepala William.

Keluarga Lafau sangat kaya dan memiliki kekuasaan. Mereka langsung mengirim Julius ke penjara. Bahkan, sampai menggunakan jaringan internal mereka untuk membuat Julius mendekam di penjara hingga sepuluh tahun lamanya. Hal satu-satunya yang bisa menghibur Julius waktu itu adalah perkataan dari Catherine yang bersedia menunggunya dan tetap akan menjadi istrinya nanti.

"Catherine, aku kembali lebih awal. Kamu pasti sangat terkejut," kata Julius sambil mendorong pintu. Sebenarnya pintu itu belum sepenuhnya tertutup karena hanya dengan sedikit dorongan sudah terbuka lebar. Julius diam-diam berpikir dan mengira kedua orang tuanya bersama Catherine seharusnya berada di rumah karena pintunya semua terbuka.

"Kak Will, jangan membuat masalah!"

Namun, ketika Julius tiba di pintu masuk kamar tidur utama, dia mendengar suara Catherine yang sangat akrab.

"Apa yang telah terjadi?"

Jantung Julius berdebar keras dan tiba-tiba merasa sakit di hatinya.

"Bang!"

Dengan satu tendangan, pintu kamar terbuka.

Julius dengan murka memandangi dua sejoli yang berada di tempat tidur.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 170

    "Um!"Olivia mengangguk lalu melangkah ke samping.Segera, Julius pun pergi mengambil piyamanya dan Olivia juga sudah mempersiapkan piyama, dan tentu saja, pakaian dalam juga disiapkan.“Aku akan mandi dulu, nanti setelah aku selesai mandi, kamu baru mandi!”Olivia mengambil pakaian yang dia siapkan dan berjalan menuju kamar mandi.Kamar ini merupakan kamar yang berukuran besar yang sudah ada kamar mandi tersendiri.Julius menatap sosok badan Olivia yang hampir sempurna, dia pun menelan ludah. Sambil menatap punggung Olivia, dia berkata, "Istriku, bagaimana kalau kita mandi bersama, bisa saling menemani, bagaimana menurutmu? ""Enak aja!"Olivia tidak menoleh ke belakang dan pergi ke kamar mandi sendirian, tak lama kemudian terdengar suara dia menutup pintu.Julius hanya bisa duduk tak berdaya di tempat tidur dan segera mendengar suara derasnya air dari kamar mandi.Mendengar suara di dalam, Julius mau tidak mau menelan ludahnya lagi. Pemandangan di dalam begitu mudah untuk dibayangkan

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 130 Makan di luar

    Namun, Julius menggelengkan kepalanya, "Kalau ingin kembali, maka sebaiknya kamu masih bisa menjadi manajer umum. Jika hanya ingin menjadi seorang manajer biasa, maka Stern pasti akan mencari jalan untuk mencari masalah denganmu dan kemudian kamu pasti akan dipecat!”"Benar juga, orang itu sangat berbahaya!"Felicia mengangguk kepala tanda setuju, tetapi tak lama kemudian dia mengerutkan kening dan berkata, "Tapi aku khawatir Nyonya Margareth tidak akan setuju!""Haha, ada beberapa hal, jika pihak lain tidak punya pilihan lain, maka dia hanya bisa setuju!"Julius tertawa, lalu berkata lagi, "Ibu, jangan khawatir, masalah ini biarkan aku saja yang menanganinya.""Haha, bicara sih gampang, tapi sebenarnya Stern juga tidaklah bodoh. Nyonya Margareth mengatakan, memberinya waktu seminggu dulu. Kalau setelah seminggu kemudian, dia masih belum mendapatkan kuota itu, dia akan datang meminta bantuanmu. Kamu tahu ini menunjukkan apa? Ini menunjukkan bahwa orang yang paling dihargai Nyonya Marga

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 129 Pembalasan Terhadap Stern

    Setelah Julius mengetahui apa yang dipikirkan Felicia dan Lucas, dia sedikit mengernyit.Sejujurnya, uang yang dia miliki sekarang tidak akan pernah habis dipakai, meskipun dia tidak bekerja selama sisa hidupnya. Olivia telah sangat menderita untuknya selama ini dan dia tidak ingin Olivia pergi bekerja lagi.Dia tidak ingin menakut-nakuti Olivia dan hanya mengeluarkan uang 400 miliar yang nominalnya begitu sedikit untuk dilihat oleh Olivia. Dia memberi tahu Olivia bahwa dia memiliki uang juga hanya ingin membuat Olivia merasa tenang.Dia terdiam selama beberapa detik, lalu berkata pada Lucas, "Kalian sangat berharap Olivia kembali bekerja?"Mendengar itu, Hillary yang menahan dirinya langsung berkata, "Omong kosong, bisakah kamu menghidupi kakakku kalau dia tidak bekerja? Kehidupan yang ingin kita jalani adalah kehidupan yang bisa memenuhi kebutuhan apa saja, bukan hidup pas-pasan! Selain itu, orang mana yang keberatan memiliki uang banyak?”Julius melirik Hillary, dia terlalu malas me

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 128 Menyusun Strategi

    Namun sebaliknya, Julius mengatakan ini karena dia mencintai putrinya, ini yang membuat Felicia tidak bisa marah dan tidak menemukan alasan untuk membantah."Jangan jual villanya? Mudah bagimu untuk mengatakannya, tapi bagaimana kamu bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Terlebih lagi, nantinya kamu harus mengatur pernikahan mewah untuk kakakku!"Hillary mencibir, "Kulihat kamu sengaja mencari alasan untuk menundanya sehari demi sehari, bukan? Lagi pula, masih ada waktu lebih dari dua puluh hari, ‘kan?"Kali ini, sebelum Julius berbicara lagi, Olivia langsung berkata, "Dik, kamu jangan khawatir, Julius sudah bilang dia akan memberi Ibu uang sebanyak itu, pasti tidak akan kurang. Kalian cukup menunggu saja sampai uang itu ditransfer ke rekening ibu. Ibu hanya perlu memberikan nomor rekeningnya saja!“Kak, apakah dia benar-benar punya uang sebanyak itu?”Melihat ekspresi percaya diri Olivia, Hillary tiba-tiba merasa sedikit gelisah.Bagaimanapun, Olivia terlalu tenang saat ini. Kalau Juliu

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 127 Jangan Menjual Vila Itu

    "Hillary! Diamlah, jangan diteruskan lagi. Kenapa kamu melampiaskan kemarahanmu pada pengawal-pengawal ini?"Melihat Olivia dan Julius merasa tidak senang, Felicia teringat tujuan kedatangan mereka kali ini, lalu dia tertawa datar dan berkata, "Julius, kamu masih belum lupa 'kan taruhan kita hari itu?"Setelah Julius mendengarnya, dia langsung tertawa, "Iya, tentu saja. Baru dua tiga hari yang lalu saja, 'kan? Ibu mertua sudah tidak sabar menunggu? Tenanglah, 100 miliar sebagai mahar yang telah kujanjikan padamu, dalam waktu satu bulan ini pasti akan aku berikan!"Felicia dengan cepat berkelit, "Kamu salah paham, salah paham. Kita sebenarnya datang, bukan karena masalah uang, tapi karena ada hal yang harus kami bicarakan padamu!""Masalah apa?"Julius mengerutkan kening, menaruh sedikit curiga.Felicia berhenti sesaat, lalu dia berkata, "Taruhan kita tidak berubah, tapi harus tambahkan satu syarat lagi!""Menambah satu syarat lagi? Maksudnya?"Raut wajah Julius menjadi suram, dia berka

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 126 Aku Harap Kalian Jangan Keterlaluan

    "Bicara omong kosong apa kamu?"Aurel Yakobus sangat kesel, mereka sebenarnya bukan orang biasa. Sebenarnya mereka ini berpangkat Letnan atau Jendral. Di masa perang, mereka juga banyak memberikan kontribusi pada bangsa dan negara.Kalau bukan karena Jack Spears sang Dewa Perang yang kali ini secara pribadi mencari mereka, mana mungkin mereka mau datang ke sini hanya untuk menjadi pengawal. Lagi pula, di antara mereka semua, Evy yang paling menonjol dan berparas cantik. Dia tak lain adalah cucu dari dewa perang yang bernama Afonso Bradly, yang juga merupakan salah satu dari empat dewa perang yang sangat terkenal.Setelah Evy mengetahui kakeknya ingin menjodohkan dirinya dengan seorang pemuda, Evy menjadi sangat penasaran dengan pemuda itu.Namun, hal yang membuat Evy merasa tidak senang dan tidak menduganya, pria itu langsung menolak perjodohan itu ke kakeknya, padahal pria itu masih belum melihat paras Evy sama sekali.Ketika Evy tahu pemuda itu hendak mencari pengawal, tanpa berpiki

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status