Share

Bab 2 Kepulangan Julius

"Bang!"

Suara keras mengejutkan kedua sejoli di tempat tidur.

Sang pria menjadi panik dan segera menutupi dirinya dengan selimut. Sementara itu, sang wanita begitu ketakutan sampai wajahnya memucat, dia ikut menarik sprei untuk membentengi dirinya.

"Siapa dia? Pengemis?"

Melihat Julius mengenakan pakaian lusuh, William terpaku sejenak.

"Kamu mengatakan akan menungguku sepuluh tahun. Sungguh tidak terpikirkan, padahal baru lima tahun dan kamu telah …."

Julius mengepal tangannya dengan kuat sampai terdengar suara gemeretak dari setiap sendi tulang. Urat-urat di dahinya menonjol terlihat memerah menahan emosi. Julius terlihat mengerikan.

"Ju … lius?" kata Catherine setelah melihat dengan saksama.

"Kamu! Bagaimana bisa kembali?"

Julius merasakan denyut jantungnya bergejolak memanas dan sudut mulutnya menyeringai lalu berkata dengan tajam, " Kamu malah bersama dengan bajingan ini? Masih banyak pria yang lebih baik, tapi kenapa kamu malah memilih bersama dengannya?"

William setelah mengetahui pria di hadapannya ini adalah Julius, Jelas membuat William merasa lebih percaya diri. Sambil mengenakan baju dan celana, William berkata, "Kenapa? Aku tidak pantas untuknya? Setidaknya, aku punya uang juga kekuasaan. Daripada dirimu yang seperti pengemis tak jauh berbeda dengan sampah."

Julius tidak memedulikan William sama sekali. Sepasang matanya terpancar garis-garis halus bewarna kemerahan yang menandakan emosi Julius sedang memuncak dan tatapannya terpaku pada Catherine.

"Haha! Ini benar-benar konyol. Segera setelah mencapai alam kultivasi, aku secepatnya kembali mencarimu karena aku hendak memberikan seluruh duniaku dan membuatmu sebagai wanita yang paling berbahagia di dunia, tapi kamu malah akan menikah dengan biang kerok dari semua ini."

Berbicara tentang hal ini, Julius berhenti sebelum melanjutkannya lagi, "Meski kamu tidak bersamaku, aku tidak menyalahkanmu, tapi kenapa kamu malah bersamanya?"

Mendengar perkataan Julius, Catherine segera mengenakan jubah tidur dan berdiri, kemudian berkata dengan nada mencemooh, "Julius, kamu benar-benar lucu. Memberikan seluruh dunia padaku? Penampilanmu seperti pengemis, apa yang bisa kamu berikan untukku? William, anak orang yang kaya, mana bisa dibandingkan dengan dirimu. Kapan saja bisa membelikan aku tas yang harganya jutaan, apa kamu bisa?"

Setelah selesai berbicara, Catherine duduk di tepi tempat tidur. Dia menyilangkan kakinya, mengambil sebatang rokok lalu mulai mengisap rokoknya sambil berkata, "Mengikuti pecundang sepertimu, hanya membuat diriku menderita. Sementara, bersama William dapat menikmati hidup yang mewah juga menyenangkan seumur hidup. Orang bodoh pasti bisa memilih. "

"Haha, kamu dengar tidak? Karena hanya orang bodoh saja baru mau memilihmu."

William berjalan ke arah Julius dengan ekspresi penuh kemenangan di wajahnya dan berkata, "Hehe! Jujur saja, kamu baru mendekam di penjara selama enam bulan. Aku tidak menyangka, pacar yang sudah bersamamu selama tiga tahun sejak duduk di bangku kuliah ini, malah memilih bersamaku. Ckck!"

"Bang!"

Julius menampar William dengan punggung tangannya yang menyebabkan William melayang, sudut mulutnya berdarah. Bahkan, sampai kehilangan dua gigi.

"Julius, kamu gila 'kah? Apa kamu ingin kembali di penjara?" teriak Catherine terkejut lalu segera berlari ke arah William dan bertanya, "William, kamu baik-baik saja?"

Julius merasa jijik ketika dia melihat Catherine seperti ini. Dia tidak menyangka orang yang selama ini selalu dia dambakan untuk diberikan semua cintanya ternyata adalah seorang wanita yang mata duitan.

Julius mengertakkan giginya kemudian menunjuk ke arah luar dan berseru, "Keluar dari sini!"

Catherine berdiri dan dengan dingin berkata, "Julius, apa maksudmu? Orang yang harus keluar adalah kamu! Rumah ini sekarang milik Tuan William. Menurutmu, setelah memukul orang tidak perlu ganti rugi, 'kah? Hanya cukup duduk di penjara saja? Tapi, kalau kamu punya uang dan ingin rumah ini lagi, aku bisa menjualnya padamu. Lagipula, setelah aku menikah dengan Tuan William, aku akan tinggal di vilanya. Jadi, aku tidak akan tinggal di rumah ini!" Setelah mengatakannya, Catherine memandangi Julius dengan jijik, "Tapi, melihat penampilanmu yang miskin, kurasa aku memberi diskon hingga lima puluh persen pun, kamu tak akan mampu membelinya."

Tangan Julius mengepal erat, dengan dingin berkata, "Tidak perlu, aku akan merasa mual untuk tinggal di rumah ini."

"Kamu!"

Catherine nampak begitu marah dengan tangan terkepal, dia mengangkat tangannya seolah-olah akan menyerang Julius. Akan tetapi, Julius menatapnya dengan tajam yang membuat Catherine mundur beberapa langkah. Julius, seorang yang pemarah dan membuat Catherine tidak berani bertindak gegabah. Salah langkah, bisa saja Julius membunuhnya.

"Di mana orangtuaku?" tanya Julius dengan dingin.

"Orang tuamu? Tentu saja, mereka masih tinggal di dalam rumah bobrokmu di kota kecil itu. Haha! Kudengar saat hujan, atapnya masih bocor."

Catherine berkata dengan ekspresi penuh penghinaan, "Omong-omong, besok adalah hari pernikahanku dengan William di Hotel Grand Paradise. Aku tidak perlu hadiah darimu. Melihat penampilan kamu seperti ini, kurasa tidak akan mampu memberikan apapun. Tapi, kamu boleh datang bersama kedua orang tuamu Jadi, setidaknya mereka bisa menikmati makan enak. Melihat kondisi ekonomi keluargamu sekarang, aku tidak tahu kapan mereka baru bisa makan enak? Sepuluh hari atau setengah bulan sekali?"

Julius menatap Catherine acuh tak acuh dan berkata, "Kamu akan menyesal!"

Usai mengatakannya, Julius pergi tanpa menoleh lagi. Dengan cepat, Julius sudah tiba di kota kecil dan melihat rumah tempat tinggal orang tuanya yang bobrok. Mengingat hal ini, hati Julius masih terasa sakit. Awalnya, dia mengira Catherine akan menunggunya saat dia sedang mendekam di penjara. Julius telah membeli rumah yang akan mereka tempati setelah menikah nanti dan Keluarga Estherville mungkin bisa membantu orangtuanya, jadi kehidupan mereka pasti tidak akan terlalu buruk.

Namun sekarang, baru saja mendekam selama enam bulan di penjara, Catherine telah menjadi seperti ini. Bagaimana orangtuanya hidup selama beberapa tahun ini?

"Ibu, Ayah. Maafkan perilaku anakmu yang tidak berbakti ini hingga menyebabkan kalian berdua menderita."

Melihat pintu kayu yang sudah tua dan usang di halaman depannya, Julius mengepal tangannya dan merasa ada beberapa hal tidak dapat diselesaikan seperti ini.

Pada saat itu, Julius melihat seorang wanita memakai helm pengantar makanan dan memakirkan sepeda motor listriknya di depan pintu. Setelah wanita itu masuk ke halaman rumah, dia menempatkan sesuatu di pintu. Kemudian setelah beberapa waktu, dia mengetuk pintu lalu cepat kabur dan naik sepeda motor listriknya pergi.

Julius mengerutkan kening dan melihat punggung wanita itu yang semakin menjauh, rambutnya terlihat menggantung di bahu, begitu indah saat angin menerpanya.

Pintu terbuka, seorang wanita berambut putih keluar dari dalam. Wajahnya terlihat banyak sekali kerutan. Setelah melihat sekitar, dia mengambil amplop di tanah.

Julius berjalan ke halaman dengan tatapan tidak percaya, melihat wanita di depannya. Matanya memerah, hidungnya terasa menyesakkan, lalu Julius berteriak dengan suara gemetar, "Bu!"

Wanita itu mendengar suara yang sangat dikenalnya sontak tangannya gemetar. Dia berjalan ke depan selangkah demi langkah dan menyentuh pipi Julius sambil berkata, "Lius! Julius! Apakah itu kamu? Aku tidak bermimpi, bukan? Lius, benar 'kah ini kamu? Kamu benar-benar telah kembali?"

Seorang laki-laki sangat jarang menangis kecuali bertemu dengan hal yang menyedihkan.

Julius menatap wanita yang sekarang memiliki banyak kerutan di wajahnya dan memikirkan bagaimana dalam rentang waktu 5 tahun saja bisa membuat wanita itu menua hingga dua puluh tahun. Julius langsung berlutut dan berkata,

"Bu, maaf, ini aku telah kembali. Selama beberapa tahun ini, telah membuat kalian menderita."

"Oh, nak. Bagus sudah kembali, bisa kembali lebih baik. Ke depannya, kamu bisa mulai dari awal dan mencari lagi pekerjaan baru. semuanya bisa dimulai dari awal."

Sandra Anderson membantu Julius berdiri dan memeluknya dengan erat, khawatir kalau ini semua hanya mimpi.

"Bu, jangan khawatir! Aku kembali lebih awal, tidak ada yang akan berani mengganggumu kelak," ucap Julius menyeka air mata dan mencoba untuk mengulas senyum dari wajahnya.

"Bang!"

Pada saat ini, seorang pria dengan bekas luka di wajah dengan beberapa berandalan menendang pintu gerbang di halaman dan berteriak, "Wanita tua sialan! Apakah uangnya sudah siap? Kalau tidak punya lima juta kali ini, jangan menyalahkan kami karena menindas orang tua sepertimu! "

Setelah Julius mendengar hal ini, Julius mengepalkan tangannya dan aura dingin berkilau di matanya. Ibunya menjadi tua gara-gara dirinya, tampaknya sudah sering sekali ditindas oleh mereka.

Sekarang Julius telah kembali, bagaimana dia bisa membiarkan hal seperti itu bisa terjadi?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status