Share

Bab 11 Menjadi Realistis

"Robert?"

Julius memandang Robert yang sedang tersenyum di depannya. Wajah Julius menjadi cemberut dan merasa sedikit tidak senang. Julius pun memaksakan senyumannya dan bertanya, "Ada apa dengan kalian berdua?"

Emma tersenyum bangga, "Kamu tidak bisa melihatnya? Kami berdua sudah menikah. Kami menikah tidak lama setelah lulus! Sayang sekali kamu tidak dapat menghadiri pernikahan kami. Tapi, kami mengerti, semua itu karena kamu sedang dipenjara!"

Wajah Julius semakin muram. Meskipun kedua orang ini sedang tersenyum, ucapan sarkas mereka jelas ingin merendahkan Julius.

Atau mungkin, semua itu karena Julius merupakan murid berprestasi ketika di sekolah, bahkan pernah menjadi ketua OSIS!

"Julius, kamu berencana pergi ke mana?"

Robert kembali bertanya.

"Oh, Hotel Grand Paradise!" kata Julius dengan santai.

"Oh, kamu juga mau menghadiri pernikahan Catherine? Ayo, masuk ke dalam mobil. Kami juga searah!"

Robert pun tersenyum dan berkata, "Jangan khawatir. Meskipun pakaianmu agak tua, aku tidak memedulikannya. Biarkan kamu merasakan, bagaimana rasanya duduk mobil Audi!"

"Rasa duduk mobil Audi?"

Julius mengerutkan kening, lalu tersenyum dingin dan masuk ke dalam mobil, "Benar juga, aku belum pernah duduk mobil Audi sebelumnya. Apakah jok mobil ini terbuat dari kulit asli?"

Sambil berbicara, Julius meraba kursi duduknya di belakang dan berkata, "Ya, lembut sekali!"

"Ha ha, lihatlah dirimu. Sepertinya kamu belum pernah melihat dunia luar. Ini mobil kelas atas, harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah!"

Robert menyalakan mobil dan terlihat sangat bangga, kemudian berkata lagi, "Kenapa kamu masih merabanya? Kalau kamu merabanya sampai sobek, memangnya kamu mampu mengganti rugi?"

Julius tersenyum dan membalas, "Hanya saja, aku lebih suka terbang menggunakan helikopter. Ketika aku kembali ke sini, aku diantar pulang menggunakan helikopter!"

"Uhuk uhuk!"

Emma yang duduk di depan dan sedang minum air, hampir tersedak mendengar kata-kata Julius.

Emma menutup botolnya dan berbalik, "Kamu benar-benar pandai bercanda. Orang sepertimu? Duduk di dalam helikopter? Ha ha, lucu sekali!"

Setelah berbicara, Emma kembali melirik Julius, "Julius, seingatku, kamu juga memakai pakaian ini ketika kuliah, bukan? Kenapa kamu masih memakainya? Seharusnya sudah tidak pas, 'kan? Oh iya, rambutmu juga pasti baru saja digunting, 'kan?"

Robert pun menambahkan, "Hotel Grand Paradise merupakan hotel yang terkenal di kota ini. Tampaknya, Julius tahu kalau dia harus menjaga penampilannya. Hanya saja, pakaian, celana, sepatu kulit dan sebagainya terlalu mahal. Lebih baik mengubah gaya rambut saja. Lagi pula, bukankah harga memotong rambut yang paling terjangkau oleh Julius sekarang?"

Julius tersenyum dengan tenang, "Awalnya aku berniat untuk mengganti pakaian, tapi tertunda karena ada urusan. Waktu sudah tidak sempat, jadi aku tidak mengurusinya lagi! Aku tidak terlalu peduli dengan hal-hal ini!"

"Ha ha, kalau miskin, bilang saja miskin. Masih saja menyangkal. Apakah ada gunanya kamu pura-pura terlihat bagus?" kata Robert dengan sinis.

Emma tersenyum dan berkata, "Ternyata, jadi wanita lebih baik. Kami tidak perlu bekerja terlalu keras. Asalkan memiliki paras yang cantik dan bisa menikah dengan orang yang kaya, semua itu sudah cukup!"

Robert langsung menjawab setelah mendengar kata-kata itu, "Emma, aku sedikit tidak menyukai ucapanmu itu. Kalau aku tidak kaya, apakah kamu masih mau menikah denganku?"

"Tentu saja tidak. Memangnya kamu mau aku ikut hidup miskin bersamamu?"

Emma menjulingkan matanya setelah mendengar pertanyaan Robert. Mereka terlihat sangat arogan. Setelah Emma selesai berbicara, dia melihat lagi ke arah Julius, lalu menggelengkan kepalanya. Sangat jelas sekali, apa maksud dari Emma.

"Ha ha, benar sekali!"

Robert tertawa, lalu berkata lagi, "Julius, kamu pasti menyesalinya sekarang, 'kan? Sudah tahu kalau William itu orang kaya, tapi kamu masih saja melawannya. Bukankah sama saja kamu sendiri yang mencari masalah? Lihatlah aku. Aku mengandalkan pertemanan Emma dan Catherine, lalu menjalin relasi dengan Tuan William itu. Hanya dengan memberikan proyek kecil pada perusahaan kecil yang aku bangun sendiri, aku sudah memiliki aset puluhan miliar rupiah!"

Membahas hal ini, membuat Robert tidak bisa menyembunyikan rasa bangganya, "Mobil ini tentu tidak sebanding dengan kekayaanku. Aku berencana mengganti mobil ke seri A8 dalam waktu dekat. Dengan mengendarai mobil itu, aku dapat menunjukkan statusku!"

Julius diam-diam menghela napas mendengar ucapan kedua orang di depannya itu. Dia tidak menyangka teman-teman kuliahnya menjadi begitu realistis dan sombong hanya dalam waktu lima tahun.

"Oh iya, Robert, begini saja. Kita semua temen sekelas. Julius baru saja dibebaskan dan pasti tidak punya pekerjaan. Bagaimana kalau kamu mempekerjakan dia di perusahaanmu sebagai penjaga keamanan atau semacamnya? Bukankah itu lebih baik?"

Emma berpikir sejenak, lalu berkata pada Robert lagi.

"Bagaimana bisa? Tidak boleh, dia pernah masuk ke dalam penjara. Kalau orang lain tahu aku mempekerjakan mantan tahanan sebagai penjaga keamanan, bukankah itu akan terlihat buruk? Lagi pula, dia begitu kurus, apakah mampu bertarung? Kalaupun aku mau mencari penjaga keamanan, aku pasti mencari seorang tentara atau semacamnya. Mereka tentu lebih gagah, dengan tubuh yang kekar, badan yang kuat dan bisa menakuti orang-orang dengan hanya berdiri di depan pintu saja!" kata Robert.

"Ucapanmu masuk akal juga!"

Emma menganggukkan kepalanya, lalu bertanya pada Julius karena penasaran, "Julius, bagaimana kalau kamu pergi dan menghasut Catherine? Meskipun dia sudah putus denganmu dan akan menikahi William, Catherine sudah menjalin hubungan denganmu selama tiga tahun. Mungkin Catherine bisa membantumu untuk membujuk William dan menghidupimu. Tidak masalah, bukan?"

"Ha ha, konyol sekali!"

Ketika Julius mendengarnya, dia segera mengepalkan tinjunya, "Aku? Apa aku butuh keparat itu untuk menghidupiku? William itu, bahkan tidak layak untuk menjadi pelayanku!"

"Aku tahu kalau kamu marah, tapi kita juga tidak bisa menyalahkan Catherine. Coba pikirkan lagi, William sangat kaya dan berkuasa, tentu Catherine tidak perlu menunggumu lagi, bukan?"

Ucapan Emma ini sedang membela Catherine, teman baiknya.

Julius menggertakkan giginya dan berkata dengan marah, "Aku tidak masalah kalau Catherine tidak mau menungguku. Aku ditahan bukan dalam waktu satu atau dua tahun. Untuk apa dia terus menunggu seorang tahanan?"

Kemudian, Julius mengepalkan tinjunya lagi dan menambahkan, "Hal yang paling kubenci, yaitu Catherine tidak mengembalikan mahar seharga enam ratus juta rupiah yang sudah kupersiapkan. Dia juga menjual rumah pernikahan kami pada William seharga dua ratus juga rupiah. William pun mengirim orang untuk menindas orang tuaku, menyuruh orang tuaku membayar satu miliar rupiah padanya. Semua perbuatan ini, aku akan membuat mereka membayarnya perlahan-lahan. Aku akan menunjukkan, apa konsekuensinya kalau mereka mengusikku!"

"Hiss!"

Mendengar ucapan itu, membuat Emma menjadi sedikit takut. Emma menelan ludahnya dan bertanya dengan hati-hati, "Ju … Julius, apakah kamu akan membuat keributan?"

Mendengar kalau Julius mungkin akan membuat keributan di acara pernikahan itu, Robert pun ketakutan. Robert segera menghentikan mobilnya, berbalik dan berkata, "Astaga, Julius. Kamu tidak ingin menghadiri acara pernikahan itu? Kamu ingin ke sana untuk membuat onar? Kalau begitu, aku tidak akan mengantarmu. Aku mengira kalau kamu akan menghadiri pernikahan Catherine sebagai tanda perpisahan."

Julius tersenyum tipis, "Jangan khawatir. Aku pergi ke sana bukan untuk menghadiri pernikahan mereka. Melihat mereka berdua saja membuatku mual. Kalau aku pergi, bukankah itu juga membuatku tidak nyaman? Aku pergi ke sana, karena ada orang yang mengundangku makan malam! Kebetulan orang itu memesan kamar VVIP di Hotal Grand Paradise!"

"Siapa itu? Kamu tidak sedang berbohong, 'kan? Siapa yang akan mengundangmu makan di tempat mewah seperti itu?"

Robert keheranan, lalu memandang Julius. Kalau dipikir-pikir, tidak mungkin Julius akan mencari masalah dengan Keluarga Lafau. Kalau Julius berani membuat onar di pesta pernikahan itu, bukankah sama saja dengan cari mati? Julius baru saja dibebaskan, apakah ingin ditahan lagi? Latar belakang Keluarga Lafau tentu tidak bisa dibandingkan dengan orang biasa seperti Julius ini.

Lagi pula, jangankan dipenjara, Keluarga Lafau bahkan dapat langsung membunuh Julius di tempat. Itu bukanlah masalah bagi Keluarga Lafau.

Tidak hanya satu atau dua orang yang meninggal setelah melawan Keluarga Lafau!

"Kalau tidak salah, namanya Stewart. Ya, benar, Stewart Russo!"

Julius tertegun sejenak, lalu berkata dengan tenang.

"Stewart Russo!"

Robert dan Emma saling memandang, kemudian berseru, "Apakah kamu sedang bercanda? Dengan Stewart Russo!"

"Ya, hanya seorang kakek. Kenapa kalian begitu terkejut?"

Julius masih terlihat tenang, seolah-olah sedang berbincang hal yang biasa saja.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status