Share

4. Tuan Rumah

“Iya aku diperintahkan oleh pemilik rumah ini untuk membawamu kemari,” lanjutnya “aku tahu kau pasti punya berbagai macam pertanyaan. Simpan dulu semua itu untuk sekarang. Saat nanti bertemu sang tuan rumah ini, kau akan tahu alasan keberadaanmu di sini. Sekarang cepatlah bersiap James, membuat orang itu menuggu sama saja kau sudah rela menghantarkan nyawamu pada Sang Maha Kuasa,” jawab Scarlet sembari meminta James agar bergegas.

Karena Scarlet sudah mengatakan demikian, James langsung menuju kamar mandi yang juga ada di ruangan tersebut. Tanpa membuang waktu yang ada, dia telah selesai dengan mandinya dan bersiap mengenakan setelan yang telah dipersiapkan. 

Dalam hati Scarlet ingin sekali mendandani dan merapikan pakaian James – seperti seorang istri - tapi mereka tidak memiliki cukup waktu untuk bermain rumah-rumahan seperti itu. dia juga harus bergegas untuk bersiap. Selesai dengan segala persiapan yang dibutuhkan untuk terlihat menawan, James dan Scarlet langsung beranjak menuju ruang makan untuk menyantap sarapan telah dipersiapkan.

Mereka berjalan cukup cepat, melewati koridor rumah bernuansakan warna cream yang cukup elegan. Di sepanjang koridor rumah tersebut, kanan dan kirinya terpajang berbagai lukisan bersejarah yang tak ternilai harganya, beragam jenis kepala hewan langka hasil dari buruan, senjata kuno, bahkan ada pula beberapa baju zirah kesatria dari abad pertengahan yang sengaja diletakkan untuk memperindah interior rumah tersebut. 

Mewah saja tidak cukup untuk menggambarkan semua yang terdapat di rumah tempat James berada sekarang. Bahkan kemewahan rumah keluarga Baines yang merupakan salah satu keluarga terkaya di Kota London terlihat seperti remahan kue jika dibandingan dengan kemewahan tempat ini.

James sungguh terkagum dengan betapa kayanya sang pemilik rumah, yang bisa jadi melampaui semua orang yang ada di Britania Raya. 

James tidak sembarangan berpikir demikian, kesimpulan itu dia dasarkan pada begitu megah bangunan rumah serta berbagai macam koleksi benda-benda bersejarah dan berharga yang tersimpan didalamnya. Begitu banyak benda-benda bersejarah,antik dan kuno yang disimpan membuat rumah itu sudah seperti sebuah museum pribadi. 

Melihat rumah dan seisinya secara sekilas saja sudah cukup menggambarkan betapa kaya sang pemilik rumah, membuat James tentu bertanya-tanya tentang kehadirannya di rumah tersebut.

“Ada apa pula orang sekaya ini memiliki urusan denganku? Apa jangan-jangan aku pernah membuat masalah dengannya ? Sepertinya tidak, karena aku tidak mungkin melakukan hal-hal bodoh yang akan membuatku bermasalah dengan orang sekaya ini,” itulah yang dipikirkan oleh James.

James masih sibuk dengan pikirannya sampai tak menyadari jika dia telah tiba di depan sebuah meja makan yang membentang sangat panjang. Dia dan Scarlet pun dipersilahkan untuk duduk oleh para pelayan yang sudah berbaris menunggu mereka di samping meja makan. Serbet dibentangkan untuk melindungi baju mereka dari kotoran.

Seumur hidup tak pernah James membayangkan akan makan dengan cara seorang bangsawan seperti ini, sungguh aneh bagi James karena tak terbiasa.

Melihat ke arah Scarlet sepertinya perempuan itu sudah sangat terbiasa, terlihat dari wajahnya yang tak mununjukkan keanehan sama sekali. Mungkin dia memang berasal dari keluarga bangsawan atau keluarga kaya raya sehingga terbiasa dengan cara makan yang cukup rumit ini. Semua itu hanya tebakan semata karena James sendiri tidak pernah tahu seperti apa masa lalu wanita yang baru saja ditidurinya itu. 

Ada yang Janggal batin James, karena sang tuan rumah tidak ada di sana untuk menyatap sarapan bersama mereka. Kejanggalan itu rupanya dirasakan pula oleh Scarlet, yang kemudian menanyakan keberadaannya.

“Marry, di mana Tuan? ku kira dia menuggu kami di sini,” ucap Scarlet kepada seorang pelayan yang tadi mengetuk pintu kami, yang mana dia juga merupakan kepala pelayan rumah ini.

“Tuan Besar sudah menyelesaikan sarapan terlebih dahulu tadi, sekarang beliau berada di ruang kerja. Beliau berpesan untuk Tuan dan Nyonya agar segera menemuinya di sana setelah menghabiskan sarapan,” ucap Marry.

Mereka berdua pun dengan segera menyelesainkan sarapannya karena tak ingin membuat sang tuan rumah menunggu lebih lama. James pun menyadari bahwa membuat sang tuan rumah menunggu lebih lama dari ini adalah sebuah tindakan yang kurang pantas serta pula tidak sopan. Disantapnya makanan itu dengan lahap seperti orang tak makan selama 3 hari, entah itu karena memang tak ingin membuat sang tuan rumah menunggu atau karena kelaparan akibat tenaga yang terkuras habis di atas ranjang.

Selesai dengan sarapannya, James pun langsung mengikuti langkah Scarlet menuju ruang kerja yang dimaksud. Rumah ini bukan hanya besar, megah dan berisi barang-barang antik tapi juga rumit. Tanpa Scarlet sebagai pemandu bisa dipastikan James akan tersasar entah kemana, karena salah sedikit saja bagi orang yang baru pertama kali berkunjung ke rumah ini akan membuatnya terjebak ke dalam labirin tak berujung, membuat siapa pun yang tak hafal atau terbiasa dengan denah rumah ini tersesat tak tahu arah dan jalan keluar.

Tak membutuhkan waktu lama mereka pun sampai di depan pada sebuah ruangan dengan dua buah pintu besar berwarna cokelat. Tanpa mengetuk, Scarlet langsung membuka kedua pintu itu. Rupanya ruangan tersebut berisi tumpukan buku yang berjejer rapi hingga ke langit-langit, bisa dibilang tempat itu merupakan sebuah perpusatakan pribadi. Di ujung ruangan tersebut – tepat behadapan dengan pintu masuk perpustakaan peribadi itu- terdapat sebuah ruangan lagi yang tidak terlalu besar tertutup rapat namun terlihat ada siluet orang di dalamnya, menandakan ruangan tersebut tidaklah kosong.

Mereka pun melangkahkan kaki ke ruangan yang diduga oleh James adalah ruang kerja yang tadi dimaksud oleh si pelayan. Sampai di hadapan pintu, Scarlet menarik napas panjang menenangkan diri. Sungguh James tak pernah menyangka wanita paling diktator di peruhasaan tempat dia selama ini bekerja bisa mengalami kegugupan. Setelah menarik napas panjang, diketuklah pintu tersebut oleh Scarlet.

“Tok tok tok”

“Masuklah Scarlet,” ucap seorang pria dari dalam ruangan tersebut dengan suara cukup berat menggema dari dalamnya.

Mereka pun memasuki ruangan tersebut. Di sana duduk sang pemilik rumah, dia merupakan seorang pria tua berusia sekitar 50 tahun dengan jenggot putih panjang, kumis tebal, rambut rapi disisir ke belakang, perawakan tegap berotot dan berpakaian serba hitam.

Karisma orang ini benar-benar memancar, hingga membuat James menelan ludah. Baru kali ini James berhadapan dengan sosok yang memiliki karisma begitu dominan seperti ini selain Scarlet – ketika bekerja, dia akan menjelma menjadi seoarang pemimpin diktaktor yang karismatik.

Meski sikapnya kepada James telah terjungkir balik, berputar seratus delapan puluh derajat namun aura yang dipancarkan Scarlet masih tetap sama, tetap dominan dan mencekam.

Pria tua di hadapan mereka ini mirip dengan Scarlet tapi juga berbeda, dia jelas berada jauh diatas Scarlet. insting James yang tajam mengatakan demikian.

karisma seorang penguasa terpancar dengan kuat dari pria tua itu. Tatapan, gestur tubuh, dan auranya membuat siapa pun akan merasa sangat tertekan, tercengkram dan tercekik. seolah tanpa berucap sekali pun, semua orang akan mengetahui jika dia merupakan sosok yang menduduki kelas teratas di puncak piramida masyarakat. Karisma yang dipancarkannya bak seorang Raja, menunjukkan dengan jelas bahwa dia adalah sang penguasa hierarki, tekanannya begitu berat pun dengan suaranya.

“Kalian duduklah,” ucap pria tua tersebut.

“Baik Tuan terima kasih,” ucap Scarlet yang kemudian memberikan isyarat juga pada James untuk ikut duduk.

James dan Scarlet pun meletakkan tubuh mereka pada dua buah kursi yang ada di depan orang tersebut. Jarak mereka hanya di pisahkan oleh sebuah meja kayu tua, usang tapi masih kokoh berdiri.

“Sebelumnya maafkan kami sudah membuat anda menunggu Tuan. Sesuai dengan perintah yang anda berikan tempo hari, ku bawa James Seremion kemari untuk menghadap,” ucap Scarlet.

Pria tua itu tak lantas menjawab Scarlet, dia memelototi James. Melihat wajah dan perawakan James dengan detail seperti melihat sebuah barang antik yang sudah lama dicarinya. Dengan wajahnya yang garang dia dengan teliti, melihat inci demi inci, membuat bulu kuduk James meremang hebat.

Bukan karena apa-apa, tapi tatapan Pria tua itu sudah seperti tatapan hewan buas yang siap menerkam buruan yang ada di depan matanya. 

Kemudian tanpa dinyana oleh siapa pun, sebuah senyuman tipis tergurat di wajah pria tua tersebut. membuat suasana tegang setidaknya sedikit mencair bagi James juga Scarlet. Setelah puas memelototi James, akhirnya sebuah kalimat pun terucap dari bibir pria tua itu. 

“Apa kau mengingatku Jemy?” tanya pria tua tersebut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status