Share

Di mana Kamu Jo,

Penulis: UmyHan81
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-18 09:02:52

Seorang lelaki muda yang berparas tampan sedang duduk terpekur di sisi ranjang. Du depannya nampak sedsng terbaring tubuh seorang wanita yang sudah berumur dengan selang infus ditangannya.

"Kau, sejak kapan ada di sini. Bukankah seharusnya Kau bekerja di Kantor?" Pemuda itu menggeser kursinya agar lebih mendekat, dengan seulaa senyum Ia menggenggam tangan Sang Mama.

"Hari ini tidak ada rapat maupun pertemuan dengan klien Ma, makanya Aku bisa menemani Mama di sini." sahutnya dengan lembut.

"Mana Adikmu Luis. Apa Kau sudah berhasil menemukannya?" dengan nafas berat pemuda itu menggeleng. Setiap hari yang ditanyakan adalah Adiknya, yang sampai hari ini belum bisa ditemukan.

"Bagaimana keadaannya sekarang. Mama sangat cemas setiap hari memikirkan Adikmu itu.

Semua ini karena Papamu yang keras kepala itu Luis."

"Sudahlah Ma, jangan menyalahkan Papa terus-terusan." Luis sepertinya merasa keberatan kalo Mamanya selalu menyalahkan Papanya yang telah membuat keputusan besar untuk Joane.

"Mama
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Kembalilah Jo,

    Tuan Pieter melangkah masuk, kemudian menarik tangan Joane yang masih duduk di sisi Mamanya."Ikut Aku pulang!" "Iya Tuan, Saya akan ikut pulang. Tapi tolong beri Saya sedikit waktu lagi untuk menjelaskan pada Mama Saya.""Kenapa Anda bersikap begitu pada adik Saya Tuan..Siapa Anda, kenapa terlalu menekannya begitu..Jangan-jangan Anda ini seorang pen.....""Karena Dia adalah pembantuku, dan Dia sudah terikat perjanjian denganku." Jawab Tuan Pieter dengan wajah datar."Tuan, tolong,....biarkan Dia pulang bersamaku karena Joane adalah putriku." Nyonya Wilson menghiba pada Tuan Pieter agar tidak membawa putrinya. Kini Joane yang kebingungan sendiri, akankah ikut pulang ke rumah atau ikut pulang bersama Majikannya itu."Tuan, beri waktu Saya sebentar untuk bicara dengan Mereka." "Lima menit, waktumu hanya lima menit." ucap Tuan Pieter dan membalikkan badan melangkah ke pintu dan menunggu Joane di depan kamar."Ma, Kakak, maafkan Aku. Bukannya Aku tidak sayang sama Kalian. Tapi Tuan Piet

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter    Pertemuan di Rumah Sakit

    Joane cuma bisa duduk termenung sendirian di sisi ranjang menemani Majikannya. Sudah hampir satu jam Ia Menunggui Tuan Pieter, karena Nek Ishaq sudah pulang duluan. Lagi pula memang tidak boleh ada dua orang yang menunggui pasien.'Siapa yang sedang sakit ya?' sedari tadi Joane sebenarnya merasa gelisah. Begitu Ia melihat Clara di rumah sakit itu juga, Ia jadi penasaran siapa sebenarnya yang sedang bersama Clara.Joane bangkit dan berdiri dibdepan kaca..Ia menyingkap tirai jendela dan mengintip ke luar.Ingin sekali Ia keluar dan bertanya, tapi bagaimana dengan Tuan Pieter nanti. Dia pasti akan marah jika tahu ditinggal sendiri. Akhirnya Ia duduk lagi di samping ranjang Tuannya. Meskipun pikirannya masih gelisah. Jadinya duduk pun tak merasa senang."Berisik sekali Kau. Duduk saja tidak bisa tenang!"Joane kaget mendengar suara sarkas itu. "Tuan,....maaf, Saya kira Anda belum sadarkan diri.""Ambilkan Aku minum." perintah Tuan Pieter pada gadis itu."Ini Tuan." Jaone mengulurkan sebo

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Tuan Pieter Sakit

    "Nek, apa Aku salah kalo berpikir Tuanlah yang telah memakan Mie Instanku kemarin malam?"dengan setengah berbisik Joane bertanya tentang masalah yang sampai sekarang belum bisa Ia temukan Siapa sebenarnya yang telah menghabiskan Mie nya."Ish, jaga bicaramu itu Jo. Jangan menuduh sembarangan, itu namanya fitnah. Asal kamu tahu Jo, kalo Tuan itu tidak boleh makan Mie insfan. Ada masalah dengan lambungnya,""Tapi, di rumah ini kan cuma ada Kita bertiga Nek. Atau jangan-jangan Nenek yang memakannya."PLETAAKKKKCentong yang ada ditangan Nenek tua itu langsung mendarat di kepala Joane."'Auuwww Nek, sakit. Iya maaf, Aku kan cuma bercanda. Kenapa memukulku dengan centong?"Nek Ishaq terkekeh, melihat gadis itu merajuk."Makanya jangan asal tuduh. Di pukul baru tahu rasa Kamu Jo," "Habisnya, Aku sangat penasaran siapa yang telah memakannya dengan diam-diam tanpa ijin dariku.""Siapa tahu di makan tikus Jo.""Selama Aku tinggal di sini, rasanya belum pernah sekalipun Aku melihat seorang ti

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Di mana Kamu Jo,

    Seorang lelaki muda yang berparas tampan sedang duduk terpekur di sisi ranjang. Du depannya nampak sedsng terbaring tubuh seorang wanita yang sudah berumur dengan selang infus ditangannya."Kau, sejak kapan ada di sini. Bukankah seharusnya Kau bekerja di Kantor?" Pemuda itu menggeser kursinya agar lebih mendekat, dengan seulaa senyum Ia menggenggam tangan Sang Mama."Hari ini tidak ada rapat maupun pertemuan dengan klien Ma, makanya Aku bisa menemani Mama di sini." sahutnya dengan lembut."Mana Adikmu Luis. Apa Kau sudah berhasil menemukannya?" dengan nafas berat pemuda itu menggeleng. Setiap hari yang ditanyakan adalah Adiknya, yang sampai hari ini belum bisa ditemukan."Bagaimana keadaannya sekarang. Mama sangat cemas setiap hari memikirkan Adikmu itu.Semua ini karena Papamu yang keras kepala itu Luis.""Sudahlah Ma, jangan menyalahkan Papa terus-terusan." Luis sepertinya merasa keberatan kalo Mamanya selalu menyalahkan Papanya yang telah membuat keputusan besar untuk Joane."Mama

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Siapa makan Mie ku?

    "Dua tahun yang lalu, Tuan kehilangan dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya."Dengan penuh seksama, Joane mendengarkan penuturan dari Nenek tua itu. Ternyata kisah hidup Tuan Pieter sangatlah tragis. Istri dan Putri kecilnya meninggal karena ulah dari orang yang menaruh dendam padanya.Sejak peristiwa itu, Ia menjadi pria yang sangat dingin. Bahkan Ia memutuskan untuk pindah dari rumahnya yang dulu, dan menetap di rumah yang sekarang ditempatinya. Namun, Ia juga lebih memilih untuk tidak bergaul dengan dunia luar. Meskipun setiap hari Ia selalu tetap bekerja di Kantor, namun itu hanya untuk urusan pekerjaan saja. Selebihnya, Ia hanya mengurung diri di dalam kamar dan ruang kerjanya. Ia juga tidak mengijinkan orang lain untuk tinggal di rumah besar itu selain Nek Ishaq, orang yang benar-benar sudah dipercayainya."Siaoa yang sudah membunuh Mereka Nek?" "Saingan bisnis Tuan tentunya.""Dan sampai sekarang Tuan lebih suka tinggal sendiri dan kesepian ya Nek." lanjut Joane lagi d

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Makam Siapa?

    Dengan perasaan yang penuh dengan tanda tanya, akhirnya Joane menaiki tangga menuju lantai tiga, tempat yang paling Ia takuti. Karena di sana merupakan tempat kediaman si Tuan dingin, yang tak pernah mau tersenyum. Bahkan bicara saja sangat sedikit, hanya yang penting-penting saja.Ketika sampai di lantai atas, Joane celingukan, dan akhirnya Ia bisa menemukan sosok dingin yang sedang duduk memegang tablet ditangannya, di sudut ruangan. Jika tidak teliti, maka posisinya tidak akan bisa dilihat. Apalagi semua cat dan interior yang ada di sana berwarna gelap.'Manusia macam apa yang bisa hidup di tempat seperti ini,' gumam Joane dalam hatinya."Kemarilah, kenapa hanya berdiri di situ?" heran juga Joane dengan sikap Tuan Pieter itu. Padahal Ia belum menatap ke arahnya sama sekali, tapi sudah tahu tentang kedatangannya. Maka, Joane pun melangkah mendekati Tuan Pieter dan setelah jaraknya hanya sepuluh langkah lagi, Joane berhenti dan duduk bersimpuh layaknya pelayan di hadapan Sang Raja."

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status