KENAPA KAU MENIKAH?
"Kau sungguh akan menikah? Lalu apa pernikahan ini adalah akhir dari si paling setia kepada wanita yang dia cintai? Benar begitu kan, Lukas Orlando Wijaya? Lelaki yang selalu mengagung-agungkan Alexandria. Bahkan aku sangat tahu kau menjaga bibirmu itu dan menolak tidur dengan wanita clubing yang ditemuinya? Apakah ini akhir dari pencarian Tuan Lukas dari Group keluarga Wijaya itu? Apakah ini akhir dari petualangan dan pewarisan tahta perusahaan milikmu?" tanya Angga."Kenapa kau begitu sinis menyindirku, Angga. Aku kan hanya akan menikah saja, bukannya ingin mengakhiri semua kenakalanku atau kesetiaan ku pada Alexandria. Tak ada kaitannya. Tenang saja, kami hanya akan menikah saja," jawab Lukas."Kenapa? Karena Alexandria kan? Kau cemburu, kau menjadikan calon istrimu ini sebagai pelampiasan, Lukas," terang Angga."Ck. Kalau Alexandria mampu melakukan ini, mengapa aku tak bisa," gumam Lukas."Bagiku masih tidak masuk akal saja, Lukas. Apa alaJANGAN SEBUT NAMA ALEXANDRIA LAGI!"Tuan Lukas, mengapa Angga tiba-tiba ke kamar mandi tapi belum juga kembali? Padahal ini sudah hampir satu jam," kata Davina."Kau terlalu mabuk sampai kau tidak peka. Bukankah dia sudah memberi kode kepada kita untuk bersenang-senang? Ah, sepertinya dia memang sengaja meninggalkan kita berdua seperti ini," ujar Lukas."Hmm sebenarnya dia tidak perlu melakukan itu," gumam Davina."Apa itu artinya Kau lebih suka dia bergabung dengan kita?" tanya Lukas. Davina menganggukkan kepalanya."Ck! Kau memang menyebalkan Davina. Tapi sekarang hanya ada kita berdua, bukankah kau harus membiasakan diri kita? Bukankah kita akan segera menikah," kata Lukas sambil memandang mesum ke arah Davina."Jangan melakukan hal itu, Tuan," ucap Davina sambil segera menggelengkan kepalanya."Kau akan segera terbiasa dengan hal itu. Bukankah begitu?" gumam Lukas.Davina hanya menghela nafas panjang. Dia rasa mungkin apa yang di katakan Lukas ti
RAHASIA KELAM DAVINA PART 1"Justru karena aku tidak tahu apapun tentang Alexandria, Tuan Lukas. Jadi aku tidak ingin mendengarnya. Aku tidak ingin lebih tahu tentang dirinya. Jadi saya harap Tuan Lukas mengerti keinginanku," kata Davina lirih."Baiklah tapi kau harus ingat batasan juga, Davina. Ingat statusmu hanya sebagai seorang istri kontrak. Jadi aku ingin kau tahu batasan, tidak lebih. Jadi kau hendaknya juga tahu diri," tegas Lukas. Mendengar ucapan itu udah lagi, Davina langsung terdiam. Dia sadar diri jika ucapannya mungkin keterlaluan."Oh iya ngomong-ngomong aku pergi ke rumah orang tuaku lagi beberapa hari yang lalu. Saat aku dinas ke luar kota dan aku tak menghubungimu. Kau ingat kan?" tanya Lukas. Davina menganggukkan kepalanya."Mereka bertanya tentang bagaimana dengan kelanjutan hubungan kita. Terutama Mama juga menanyakannya padaku bagaimana kabarmu, dia sangat antusias sekali menyiapkan semua pernak pernik pernikahan kita. Papaku juga sudah pul
MENGINAP DI RUMAH LUKAS!"Aku tidak pernah melakukan itu. Bahkan jika aku bisa maka aku ingin makan banyak. Kalau ada sesuatu yang ingin ku makan, aku harus menahannya," terang Davina."Kau harus mencobanya, katakan padaku Tuan Lukas. Maka aku akan berusaha membuatkannya untukmu. Aku janji itu," sambungnya.'Glek' Lukas meneguk ludahnya kasar. Dari semua ucapan Davina terlihat sekali bahwa dia sedih. Seperti ada sesuatu yang di sembunyikan, tapi justru hal itu membuat Lukas bertanya-tanya. Sekali lagi dia melirik ke arah Davina yang namapak dengan cepat menghapus air mata di pipinya."Kenapa dia menangis?" batin Lukas."Sebagai anak yang dibesarkan oleh keluarga angkat meskipun itu adalah adik dari Mamaku, rasanya aku juga bersyukur. Karena aku tak pernah kelaparan," sambung Lukas dalam hati. "Apakah benar Davina pernah merasakan kelaparan? Dari ceritanya yang tersurat jikalau pun iya, mengapa dia bisa sampai kelaparan? Aku yakin Devina mempunyai banyak uang lebih untuk sekedar memb
APAKAH YANG AKAN KAU LAKUKAN TUAN?"Mana mungkin aku bisa mengembalikan Davina ke rumah seperti itu. Aku tidak tahu harus berbuat apa, tapi setidaknya mungkin ini bisa membuat aku merasa sedikit lega," batin Lukas."Apa ini tidak berlebihan Tuan Lukas? Bagaimana jika ada orang kantor yang tahu?" tanya Davina."Tak akan ada orang yang tahu toh jika mereka tahu tak akan ada yang bisa diperbuatnya. Aku pimpinan mereka, jadi kau tak usah khawatir," jelas Lukas."Kita akan menikah dua minggu lagi, rasanya tak apa-apa jika kau menginap sekali semalam ini," ucap Lukas sambil tersenyum penuh arti."Mungkin orang tuaku tidak akan mengizinkannya, Tuan Lukas. Jadi kita tanya mereka mengizinkan tau tidak," kata Davina. Lukas langsung mengeluarkan hp-nya dan menelepon Ibu Davina. Dia sudah mendapatkan nomer telpon Ibu Davina dari para renternir itu saat melunasi sertifikat kapan hari."Selamat malam Tante! Tante maaf, ini saya adalah Lukas. Kalau malam ini saya membawa Davina bagaimana? Saya ing
JUJUR TERBUKA ATAU BERADU DI CINTA DI RANJANG PANAS TUAN LUKAS?"Aku memang tidak suka yang berantakan," sahut Lukas membuka kemejanya."Apa yang akan kau lakukan Tuan?" tanya Davina menelan saliva nya.Dia menoleh ke arah Lukas yang sudah melepas kemejanya. Lukas menatap Davina dengan pandangan penuh tanda tanya, lalu paham ke mana arah pembicaraan Davina. Pasti dia mengira akan melakukan hal yang macam-macam lagi."Ck! Kau ini pikiranmu kotor sekali, Davina. Aku hanya akan mandi, gerah rasanya tak mandi saat mau tidur," jawab Lukas."Eh, oh, maaf Tuan Lukas," kata Davina merutuki kebodohannya sendiri."Oh ya, aku hanya punya satu kamar mandi saja. Jadi aku akan mandi dulu," ujar Lukas."Em, apakah saya boleh menumpang istirahat, Tuan? Jujur saja kepala saya sangat pusing karena terlalu banyak minum tadi," ucap Davina."Itu kamarku! Masuk saja. Kalau kau bosan sendirian, bagaimana kalau kita mandi bersama?" ajak Lukas dengan tatapan menggodanya.
RANJANG PANAS!"Davina, kita akan menikah sebulan lagi. Kau bisa merayuku, aku akan membiarkanmu pergi setelah kau jujur semua padaku. Atau kau memilih diam saja dan beradu di ranjang panas milik Tuan Lukas?" tanya Lukas tegas. Davina langsung gugup. Dia menatap Lukas manik mata Lukas seakan menyiratkan sesuatu hal yang mungkin belum Davina tahu. Davina tertegun berkali-kali, Jujur saja dia tak akan pernah bisa membalas tatapan mata Lukas itu yang begitu tajam menusuk ke jantungnya. Davina memilih berpaling."Aku tidak ingin melakukannya hari ini, Tuan Lukas. Saya harap Tuan Lukas mengerti, bagaimanapun juga hubungan badan harus didasarkan pada rasa saling suka dan tidak ada pemaksaan. Bukankah begitu Tuan," kata Davina sambil berpaling dari tatapan Lukas, Dia berjalan ke arah tempat tidur Lukas."Ini satu-satunya tempat untuk tidur Dan aku harus tidur. Aku masih ada beberapa pekerjaan yang harus ku selesaikan Besok. Jika tidak pasti Thomas akan mengomel sepanjang hari," batin Davin
21++ HASRAT DAVINA DIATAS RANJANG"Kenapa harus kau yang selalu di atas Tuan? Bisakah kau sesekali mengalah untuk dibawah?" tanya Davina.Tanpa meminta persetujuan Lukas, Davina segera menaiki tubuh Lukas. Jantungnya berdegub cukup keras sekarang. Dia melihat wajah Lukas di bawah tertindih tubuhnya. Nampak memerah, antara malu berpadu dengan wine yang mereka minum."Berbalik dan merangkak lah!" perintah Lukas."Apa?" tanya Davina."Kau bilang kau bisa menjadi apa yang aku inginkan kan? Sekarag turutilah, tetap di atasku lalu berbalk dan merangkak lah. Itu yang ku inginkan," perintah Lukas. Dengan polosnya Davina menuruti semua permintaan Lukas. Dia berbalik, sontak pantat dan lubang kenikmatan miliknya berada tepat di wajah Lukas. "Apa seperti ini, Tuan?" tanya Davina."Ya, tetap lah seperti itu," tegas Lukas sambil memandangi pemandangan indah di depannya."Tidak. Ini benar-benar memalukan, tapi aku penasaran sekali apa yang akan di perbuat Tuan Lukas dengan menyuruhku seperti in
DAVINA DI BUNGKUS?"Apa yang salah Tuan Lukas? Aku sungguh tulus memasak semua ini, aku tidak meracunnya sama sekali. Sungguh," tanya Davina menatap Lukas dengan sejuta tanda tanya.Lukas terdiam sejenak. Dia mencoba mengartikan semua ini, ada perasaan hangat dalam dirinya perasaan yang sudah lama tak dirasakannya. Perasaan apa itu?"Maaf jika aku lancang Tuan Lukas. Maaf jika kau tak suka, aku tak melihat ada pembantu sejak semalam, ketika aku menginap. Tetapi bahan di kulkas lumayan lengkap, jadi aku memutuskan untuk memasak bahannya membuat sup ayam untuk sedikit meredakan pengaruh akibat minum alkohol semalam dan menggoreng telur. Rasanya aku mulai memahamimu, Tuhan Lukas. Bukankah seorang yang rajin berolahraga seperti mu membutuhkan protein yang lebih?" terang Davina."Jadi aku harap telur dan sup ayam itu cukup untuk memenuhi kebutuhan protein mu, sebelum kau ke gym pagi ini. Bukankah itu rutinitasmu?" tanya Davina sambil duduk di hadapan Lukas. Dia menyendokan sup ke mangkok