Hai gimana bab ini? Jangan lupa tinggalkan komentar ya thank you
Prang!“Tuan tenangkan dirimu!” Suara Rico terdengar sangat khawatir. Apalagi, melihat keadaan tuannya yang sangat kacau seperti ini.Damian tertunduk lemah diatas lantai villa itu. Matanya memerah, rambutnya sudah berantakan, kancing bajunya seadanya saja dan ekspresi wajahnya sangat suram.Keadaan ruangan itu juga seperti kapal pecah. Semuanya berjatuhan dan beberapa kaca sudah pecah. Damian sudah mengamuk sejak pulang dari berlayar kemarin malam hingga pagi ini Rico masih menemaninya.Berusaha menyembunyikan kondisi Damian agar tidak mengundang masalah jika sampai Thomas tahu apalagi ada banyak sekali anggota keluarga besar yang ada disini.“Tuan…letakkan itu sekarang juga, ini sudah pagi, ada yang akan mendengarnya nanti,” bujuk Rico berusaha berbicara dengan pria yang berada didalam pengaruh kuat alkohol itu.Entah sudah berapa barang yang Rico berusaha sembunyikan agar Damian tidak bisa melemparnya lagi. Seumur hidupnya, baru kali ini Rico melihat tuannya setidak berdaya ini. Ma
Tepat di tengah malam, yatch milik Keluarga Falcone itu akhirnya bersandar di tepian setelah mengadakan pesta besar-besaran di pantai. Semua orang turun satu persatu dan mobil mewah sudah berderet untuk membawa anggota keluarga ke villa yang semula mereka sewa.Elena hanya terdiam, pikirannya benar-benar sudah melayang kemana-mana. Kakinya terus berjalan sembari menggenggam erat jemari Alaska yang berjalan disampingnya.“Auntie….” Panggil Alaska entah sudah keberapa kalinya hingga membuat anak itu kesal. “Auntie, apa yang sedang kau pikirkan?”Lamunan Elena seketika buyar. Wanita itu menggeleng cepat sambil tersenyum. “Tidak ada sayang, aku hanya sedikit kelelahan saja,” jawab Elena lembut. “Apa kau sudah puas bersenang-senang tadi?”Alaska menatap Elena dengan tatapan memincing. “Kenapa orang dewasa sangat suka berbohong.” Sindiran Alaska membuat Elena tertohok. Dia sedikit membungkuk untuk berbicara dengan Alaska.“Ehhh….siapa yang suka berbohong? Auntie bekerja seharian ini sayang j
“Mphhhh!” Elena melenguh sempurna ketika ciuman Elion semakin dalam. Suhu di toilet itu perlahan berubah memans.Gerakan tubuh Elion sangat kuat, menekan Elena di tembok sehingga wanita itu tidak bisa berkutik samasekali. Tangan kanannya yang kekar menekan tengkuk Elena dan menyesapnya dengan sangat kuat seakan Elena adalah mangsa yang sangat lezat.Beberapa kali Elena berusaha menekan dada bidang Elion agar pria itu sadar tetapi dari raut wajah dan gerak gerik tubuhnya, sepertinya obat itu sudah bereksi secara utuh sehingga Elion sudah tidak sadar lagi siapa yang sedang dia cium saat ini.“Mphhh…..t-tuann,” cicit Elena dengan wajah yang ketakutan melihat aura bringas Elion yang sangat jarang Elena lihat. Pria itu berbadan tinggi, tetapi tidak setinggi Damian namun otot dada dan badan Elion lebih besar dan lebar dibanding Damian.Bersama Damian saja Elena sudah sering kewalahan, kini Elion malah membuatnya berada di situasi yang lebih sulit lagi.Elion semakin memperdalam ciumannya ba
“O-obat apa ini? Dan aku harus menaruhnya di minuman Tuan Elion? Aku tidak mau! Kau berbohong padaku katanya ini pekerjaan penting,” ujar salah satu maid itu dan Elena masih menguping didekat toilet.Seluruh tubuhnya menegang, membayangkan apa sebenarnya yang terjadi dan siapa yang berniat jahat pada Elion?“Shttt! Jangan berbicara terlalu kencang. Jika kau tidak mau aku bisa langsung memecatmu. Ini perintah langsung dari Nyonya Isabella, jika dia bisa menjadi nyonya lagi di Keluarga Falcone maka pekerjaan kita akan dipermudah dan gaji kita akan digandakan.”“A-aku tetap tidak berani,” cicit maid itu dana akhirnya Elena tahu kalau dalang dari rencana ini adalah Isabella. Sebenarnya apa keinginan wanita itu lagi? Bukankah katanya dia sudah bertunangan dengan orang kaya? Kenapa dia kembali dan menganggu Elion lagi?“Nyonya akan memberikan 50 juta jika kau berani dan itu masih uang muka. Jika rencananya berhasil maka kau bisa dapat bonus seumur hidupmu!”Setelah maid itu mengucapkannya, t
“Damian, kapan kau akan menikah, hm? Umurmu sudah hampir 30 tahun segerakan ya,” ujar salah satu paman Damian—Naufal dari pihak kakeknya yang bekerja di Amerika selama ini dan memang jarang pulang.Semua orang disana menyetujui sambil terkekeh. “Cucuku yang satu ini sepertinya memiliki selera yang berbeda jadi lama memilih,” jawab Thomas sambil menegak minuman mahal di meja itu.Yatch yang mereka punya sangat besar dan luas bahkan memiliki beberapa lantai dan dilengkapi dengan tempat bermain basket untuk anak-anak. Cahaya matahari yang terik di pulau dewata itu membuat keadaan semakin menakjubkan dan terkesan sangat santai.Hanya ada anggota keluarga Falcone laki-laki disana bersama Damian sementara untuk wanita berada di lantai 2 menikmati pemandangan di deck yacth sambil berfoto bersama.“Damian, jangan terburu-buru belajar dari kakakmu. Kalau memang masih perlu memilih, maka pilihlah lebih teliti,” ucap Kevin, paman Damian dari pihak almarhum neneknya.Sementara Damian yang ditanya
Tepat pukul 10 pagi saat suasana sudah cukup terang dan menuju panas, Elena baru keluar dari kamarnya dengan alasan ada urusan pribadi yang harus dikerjakan.Pagi ini seharusnya dia membantu mengurus Alaska namun untungnya Elion, pria itu sangat baik pada Elena sehingga memberikannya waktu dan membiarkan Elena terlambat melaksanakan tugasnya tanpa menanyakan apa yang terjadi.Elion tadi berpesan pada Rani bahwa dia percaya urusannya pasti penting karena memang Elena bukan tipikal maid yang suka bolos kerja atau sebagainya. Sehingga Elion berpikir Elena mungkin masih jetlag atau kelelahan karena penerbangan yang panjang.Padahal, itu benar-benar hanya alasan yang dia buat.Selama hampir 2 jam lebih, Elena hanya duduk di lantai kayu itu sambil memeluk kakinya sendiri. Entah tangisannya akan terdengar keluar atau tidak tetapi Elena sudah tidak punya tenaga lagi untuk peduli.Rasanya sangat sakit dan Elena bahkan tidak bisa mendeskripsikannya lagi apa yang bisa membuatnya sekecewa ini. Dam