Home / Romansa / Ranjang Panas Sang Arjuna / BAB 4 Mulai Sekarang Kita Putus

Share

BAB 4 Mulai Sekarang Kita Putus

Author: Handira Rezza
last update Last Updated: 2025-02-11 22:00:16

Karina mengucek matanya untuk memperjelas apakah benar Arjuna Anwar yang merupakan putra pertama dari pemilik perusahaan besar bergerak di bidang real estate itu?

“Banyak yang mengaku sebagai Arjuna Anwar di kota ini, apa mungkin kamu salah satunya?” tanya Karina sembari membuang kartu nama itu.

“Jadi lelaki ini mengaku sebagai Arjuna Anwar? Cih pantas saja Nadia sampai tertipu!” cibir Langit.

“Kalian bisa berkata seperti itu karena belum pernah bertatap muka dengan seorang Arjuna Anwar, ‘kan?” tanya Arjuna dengan penuh tekanan. Karena memang dia selalu menggunakan perantara asisten untuk bertemu dengan tamu yang menurutnya tidak penting.

Langit maupun Karina menggertakan giginya mendengar ucapan itu. Memang benar mereka tidak pernah bertatap muka langsung, tapi tidak seharusnya lelaki di hadapannya bertingkah sombong seperti itu.

“Walau begitu aku adalah mitra bisnis dari perusahaan besar milik Arjuna,” jawab Langit.

“Aku sampai lupa kalau memiliki hubungan bisnis dengan pemilik perusahaan kecil sepertimu, Langit Suwarto,” ucap Arjuna.

Sesaat, wajah Langit memucat,“Bagaimana kamu tahu siapa namaku?" Namun detik berikutnya, dia kembali menampakkan aura sombong, "Ah siapa yang tak kenal pemilik perusahaan yang kamu hina kecil itu!”

Arjuna tertawa kecil lalu dia mengucapkan kata, “Kamu benar siapa yang tidak kenal dengan seorang Langit Suwarto yang suka berselingkuh dari kekasihnya?”

Terjadi adu mulut antar lelaki itu, Nadia yang sejak tadi memperhatikan mereka malah tertarik dengan ekpresi sang Ayah.

“Cukup. Kalau memang benar kamu adalah Arjuna Anwar. Kamu harus membayar ganti rugi atas perbuatanmu!” Pak Abraham yang sedari tadi diam kini berujar, tampak menantang.

Nadia mendengus, dia menggumam dalam hati,“Cih, sampai sejauh ini hanya uang yang dia pikirkan!”

"Katakan saja aku harus mengganti rugi berapa?” tanya Arjuna.

“Ayah, dia mana mungkin punya uang. Aku yakin dia hanya seorang penipu!” seru Karina.

“Diam kamu,” bisik Pak Abraham dengan nada memerintah. “Satu Milyar!” tegas Pak Abraham dengan wajah yang sumringah. Wajahnya berubah drastis ketika membicarakan soal uang. Mau seorang penipu atau bukan yang penting dia akan mendapatkan uang.

Arjuna tersenyum, uang satu milyar itu tidak seberapa baginya. Tapi apakah pantas seorang Ayah menjual putri kandungnya seperti itu? Benar-benar hubungan keluarga yang rumit.

Arjuna menatap Langit yang masih meremehkannya dari tatapan. Dia menatap Langit, kemudian beralih ke Pak Abraham.

“Aku akan memberikan uang itu, tapi bukan kepada Anda,” ucap Arjuna.

“Kamu telah menodai putriku, kalau tidak memberikan uang kompensasi kepadaku, lalu ke siapa lagi?” teriak Pak Abraham naik pitam.

“Ayah, sepertinya dia memang pembual. Kasihan sekali Nadia ini ditiduri oleh seorang lelaki miskin yang tidak punya uang,” ledek Karina.

Pak Abraham menunjukkan wajah kecewa pada Nadia. “Ayah sangat kecewa padamu, ternyata kamu jauh lebih rendahan dari pada apa yang kamu ucapkan ke Karina,” ucap Pak Abraham sembari keluar dari kamar hotel.

Setelah itu, Karina dan Langit mengikuti. Tidak lupa, sebelum Langit keluar dari kamar itu, dia memutuskan Nadia.

"Mulai sekarang, kita putus, Nadia. Aku akan menikahi Karina setelah ini,"

Nadia duduk di ranjang kamar itu lalu merenung memikirkan nasibnya ke depan. Sedangkan, pria yang mengaku sebagai Arjuna itu menemani di sampingnya.

“Jawab jujur siapa kamu sebenarnya?” tanya Nadia dengan tatapan tajam.

“Kenapa aku harus menjawab untuk yang kedua kali, bukankah tadi aku sudah menjawabnya,” jawab Arjuna.

“Sejujurnya aku masih belum percaya,” ucap Nadia. Namun, dia lebih memilih pergi daripada bertanya lebih lanjut mengenai identitas pria itu.

Meninggalkan pria yang mengaku bernama Arjuna, Nadia memutuskan untuk datang ke perusahaan.

“Dasar tidak tahu malu, masih berani datang ke perusahaan!”

“Aku pikir dia wanita terhormat, ternyata suka bermain dengan pria sembarangan untuk melepas penat!”

Cibiran itu langsung terdengar begitu Nadia memasuki lobi perusahaan.

Meski cibiran itu mengganggu, Nadia tidak menghentikan langkahnya. Dia terus menuju ke sebuah ruangan, tetapi beberapa orang menghadangnya.

"Mau apa lagi kamu ke sini, wanita murahan! Bukankah anakku sudah memutuskan hubungannya denganmu?"

Mereka adalah ibunya Langit, yang terlihat sedang menggandeng Karina yang kini tersenyum jumawa.

Nadia menatap nanar ke empat orang itu bergantian. Dua pasang ibu dan anak kini terlihat kompak menatapnya jengah.

"Apakah ucapanku tadi kurang jelas?" Kali ini, Langit kembali angkat bicara. "Pernikahan kita batal, karena aku akan menikahi Karina."

“Menikah saja kalau kalian saling cinta.”

Nadia mengucap itu walau sebenarnya hatinya rapuh. Orang yang dulu sangat dia cintai, kini mengkhianatinya. Namun setelah kejadian semalam dan hari ini, hal itu membuka mata Nadia.

Dia tidak benar-benar dicintai oleh Langit. Nadia juga menatap ke arah saudara tirinya.

“Aku ucapkan selamat atas kehamilanmu, Karina. Cepatlah menikah sebelum semua orang mencemoohmu sebagai seorang perebut tunangan saudarimu ini,” ucap Nadia kalem, tapi membuat Karian dan ibunya tertusuk sampai dalam hatinya.

“Jaga bicaramu Nadia. Kamu lebih kotor dari Karina!” seru Ibu Lentina seraya menunjuk Nadia dengan jari telunjuknya. Wajahnya menunjukkan kemarahan karena tidak terima atas ucapan sang anak sambung.

Nadia tersenyum tipis lalu mentap Ibu Lentina, ibu tirinya, dengan tatapan tajam seraya berkata, “Mungkin aku memang lebih kotor, tapi sepertinya pepatah 'Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya', itu memang benar.”

“Apa maksudmu, Nadia?” teriak Langit karena Nadia masih saja terlihat santai menghadapi mereka.

“Dasar wanita gila, aku tahu kamu mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal karena masih sakit hati karean putraku lebih memilih Karina daripada wanita kotor sepertimu,” ucap Ibu Marta, ibunya Langit, geram.

“Ibu Lentina merebut kebahagiaan ibuku sampai bercerai. Sekarang, anaknya pun mengikuti jejak ibunya, bukankah begitu, Ibu?” ucap Nadia sembari tersenyum tipis lalu berjalan menuju ruang kerjanya.

“Aku tidak pernah merebut Ayahmu dari Ibumu, Nadia. Aku dan ayahmu saling mencintai. Kalau saja Ibumu merestui Ayahmu menikah lagi mungkin saat ini kami bisa bersama-sama melayani Ayahmu sebagai suami bersama. Tapi Ibumu yang memilih pergi,” bantah Ibu Lentina membela diri.

"Tapi saat itu Ibu juga masih memiliki suami. Istri macam apa yang berselingkuh di belakang suaminya dan rela meninggalkan suami demi merebut kebahagiaan orang lain. Sekarang anakmu pun mengikuti jejakmu dengan merebut tunangan orang lain,” ucap Nadia sinis.

Pertikaian antar keluarga itu terdengar oleh beberapa karyawan. Namun, mereka bungkam dan langsung mengalihkan pandangan pada monitor lagi usai Lentina memperingati.

Sedangkan Lentina, diikuti oleh Karina, juga sang calon menantu dan besannya... mereka memasuki ruangan kerja Lentina setelah melihat sang ibu tiri menyeret paksa Nadia.

“Dasar anak kurang ajar! Mungkin satu pukulan akan membuatmu sadar kalau aku bukan seorang perusak rumah tangga orang!”

Lentina sudah menaikkan tangannya, siap melakukan pukulan. Akan tetapi, tangannya ditahan oleh seseorang.

“Apa aku datang di saat yang tidak tepat?” tanya Seseorang yang baru datang dan langsung mencuri perhatian.

“Ka-kamu!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 113 Pernikahan Arjuna dan Nadia (Tamat)

    Arjuna mengelengkan kepalanya, saat ini tidak ada yang dia inginkan sama sekali kecuali doa agar pernikahannya lancar dan langgeng sampai akhir hayat.“Yang aku butuhkan saat ini adalah, Nadia dan Bima,” jawab Arjuna.“Jadi kamu sudah tidak butuh apa-apa lagi selain mereka?” tanya Joy.“Ya, duniku adalah mereka. Jadi aku sudah tidak butuh apa-apa lagi, uang juga aku sudah punya,” jawab Arjuna.“Kamu memang sudah memiliki segalanya hanya belum istri dan anak saja, selamat untuk pernikahanmu, ya, Arjuna,” ucap Joy.“Terima kasih, Joy. Besok datanglah ke pernikahanku,” balas Arjuna.“Pasti aku akan datang ke pernikahanmu, semoga kamu bahagia Arjuna,” ucap Joy.Mereka berpisah setelah mengobrol kecil. Arjuna mengantar Nadia dan Bima pulang ke rumah lalu Arjuna kembali ke kediamannya.Tidak terasa hari yang ditunggu telah tiba. Arjuna dan Nadia akan menggelar pesta pernikahan mewah yang digelar di sebuah hotel mewah di ibu kota.Setelah melewati banyak ujian cinta dan huru haranya Akhirnya

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 112 Hadiah pernikahan apa yang kamu minta

    Bibinya Nadia mengepalkan tangannya kesal, Nadia sangat berani mengacuhkannya padahal dahulu dia selalu menurut apa yang dia perintahkan."Kenapa wajah Bibi seperti itu. Apa tidak suka dengan kebenaran yang aku katakan?" bentak Nadia yang lebih emosi."Keponakan durhaka nikmati saja keserakahan mu itu. Kamu dan anak haram mu yang hidup bahagia menelantarkan saudara akan menjadi sengsara dan tidak akan ada saudara yang menolong," balas Bibinya Nadia."Sudahlah Nadia jangan ladeni dia. Kalau dia masih mengganggumu, aku akan menelpon bos restoran ini untuk memecatnya," celetuk Arjuna mulai kesal.Mendengar itu Bibinya Nadia ketakutan kalau dia sampai di pecat mau makan apa dia. Suaminya juga bukan orang kaya, selama ini dia hidup dari mengerti Pak Abraham. Seperti benalu yang menghisap inangnya."Kenapa gemetar seperti itu nenek tua jahat, apa kamu takut dengan ancaman Ayahku?" ledek Bima lalu melewekan lidahnya."Anak haram hina, hidup enak Karana melahirkan anak haram saja bangga!" ben

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 111 Aku yang bekerja kamu yang menikmati?

    Langit masih menatap Nadia dengan tatapan penuh kesedihan. Dia sungguh sangat menyesal karena dulu telah mencampakan Nadia demi wanita penggoda yang tidak bisa apa-apa seperti Karina.“Aku akan pergi Nadia, tapi yang harus kamu tahu. Sampai kapanpun aku masih tetap akan mencintaimu,” ucap Langit.“Wuueek,” ledek Arjuna. “Sampai kapanpun mecintai tapi kamu selalu selingkuh, menjengkelkan sekali kata-katamu itu!” lanjut Arjuna.Langit menatap Arjuna dengan tatapan penuh kebencian. Setelahnya di kembali menatap Nadia dengan tatapan teduh.“Aku pamit pergi, Nadia,” ucap Langit lirih lalu berbalik dan pergi dari hadapan mereka semua.“Hati-hati dijalan Paman. Semoga kita tidak berjuma lagi,” ucap Bima lalu melambaikan tangan ke Langit.Ada rasa sakit hati ketika Bima mengatakan itu pada benak Langit. Tapi semua sudah menjadi bubur tidak bisa kembali seperti semua. Langit pergi dengan langkah penyesalan seumur hidup di benaknya.“Ayo kita masuk mobil, kamu pasti sudah lapar ‘kan sayangku,”

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 110 Ijinkan aku bahagia

    Langit menatap Nadia dengan tatapan penuh kegembiraan. Langit tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk mengatakan bahwa dia masih ingin bersama Nadia.“Tolong tinggalkan Arjuna dan hidup bersamaku!” tegas Langit dia ingin menggenggam tangan Nadia tapi Nadia reflek menjauhkan tangan dari jangkauan Langit.“Kamu itu sungguh tidak tahu diri. Apa kamu pikir setelah kamu campakan dan ibumu hina aku masih sudi menjalin hubungan denganmu!” seru Nadia yang sangat kesal dengan ucapan Langit itu.“Nadia, aku sangat menyesal. Tolong mengertilah Nadia, jika itu kamu yang berada di posisiku aku yakin kamu pasti melakukan hal yang sama,” ucap Langit lalu dia berlutut di depan Nadia.Nadia yang melihat Langit berlutut memohon seperti itu, hatinya sangat tidak tergugah dia justru jijik depan apa yang dilakukan Langit.“Kalau begitu coba kamu posisikan dirimu di posisiku waktu itu,” balas Nadia.“Aku tidak bisa membayangkannya karena aku merasa kamu kecewakan,” jawab Langit.“Justru aku yang kecewa

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 109 Kenapa kamu ingin balikan

    Arjuna langsung memarkir mobilnya sembarangan lalu segera berlari ke lobby biasa yang dipakai untuk antar jemput siswa. Dia sangat panic mendengar percakapan Nadia. Jika sampai Bima diculik dia akan menuntut pihak sekolah.“Ayaahhh,” teriak Bima.Suara anak itu membuat Arjuna berhenti berlari lalu menoleh ke sumber suara bocah yang memanggilnya.“Bima,” gumam Arjuna.Bima berlari ke arah Arjuna dan memeluknya erat, Arjuna yang tadinya panic menjadi lega karena Bima ada dipelukannya. Sedangkan Nadia yang ikut mengejarnya tengah ngos-ngosan ketika sudah berada di dekatnya.“Kenapa berlari sekencang itu?” ucap Nadia disela nafasnya yang berderu kencang.“Aku mendengarmu kalau Bima sudah ada yang menjemput, jadi aku panic dan khawatir kalau Bima diculik,” balas Arjuna.“Aku juga sama ikut panic tapi kita bisa ‘kan berpikir jernih dulu, sebelum bertindak,” ucap Nadia mencoba mengontorl emosinya.“Maafkan aku,” balas Arjuna lalu mereka bertiga berpelukan bersama.“Sudah sudah jangan berteng

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 108 Lelaki pertama yang tidur dengannya

    Nadia segera melihat siapa yang menelpon di ponselnya. Ternyata itu adalah Langit yang entah ingin mengatkan apa, Nadia yang tidak napsu untuk mengangkat telpon itu langsung mematikan dan menyimpan ponsel ke dalam tasnya kembali.“Dari orang yang tak penting, aku tak mau mengangkatnya,” gumam Nadia.“Apa aku pukuli saja dia sampai bengek ya,” ucap Arjuna kesal.“Jangan nanti kamu berurusan dengan polisi,” balas Nadia.“Berurusan dengan polisi itu hal yang mudah diatasi, tapi kalau bajingan gila itu meminta uang ganti rugi aku tidak sudi memberikannya. Uang akan sangat menguntungkan baginya,” ucap Arjuna sedikit marah dia membanyangkan Langit akan mendapatkan keuntungan dari satu pukulan yang dia berikan padannya.“Aku juga tidak sudi bagian tubuhku menyentuh tubuh pria miskin itu!” seru Arjuna lagi.“Tenangkan pikiranmu kita ini sedang menyetir loh,” ucap Nadia.Lagipula Nadia sudah tidak ada urusan lagi dengan Langit, peristiwa reuni sekolah tempo hari sudah mengisyaratkan semuanya,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status