Home / Romansa / Ranjang Panas Sang Presdir / Bab 6. Kembalinya Sosok Yang Dirindukan

Share

Bab 6. Kembalinya Sosok Yang Dirindukan

Author: Nuga Reader
last update Last Updated: 2024-03-18 11:40:14

Mata dara membulat sempurna, sedangkan jantungnya berdetak tak karuan, ada perasaan aneh di hatinya. mungkinkah Darapun mencintainya? Namun, pernyataan itu dibantah, dan Dara menentang isi hatinya.

"Kenapa? atau jangan-jangan kamu sudah suka kepadaku, ya?" tak berhenti disitu saja Alvian menggoda Dara. Alvian terlihat senang melihat wajah Dara yang memerah.

"Terserah kau saja, Al!" Dara memalingkan wajah yang terasa panas, rasanya tak sanggup untuk sekedar menatap Alvian. setiap kali menatap matanya, nampak tak asing bagi Dara. Aroma tubuh Alvian pun menyeruak, membawa dara kedalam alam bawah sadar.

'Aku mengenal wangi dari parfum Alvian. Ya, pria dalam mimpiku memiliki aroma yang sama. Atau jangan-jangan, dia itu—' batin Dara, yang dengan cepat Dara menggelengkan kepala. Menolak, jika pria dalam mimpinya itu Alvian, Dara tak terima jika pria dalam mimpinya yang ia rindukan itu adalah Alvian.

"Apa yang kamu pikirkan didalam kepala cantikmu itu?" ucap Alvian menyadarkan lamunan Dara.

Saat Dara akan menjawab, tiba Dokter Heri, memasuki ruang rawat Dara, yang terlebih dahulu mengetuk pintu.

"Permisi, Pak, Bu," ucapnya ramah.

"Ini ada resep obat yang harus ditebus dan siang ini, Ibu Dara sudah boleh pulang. Rawat jalan saja," sambil memberikan resep obat.

"Terima kasih, Dok." ucap Alvian dan Dara berbarengan.

"kalian serasi sekali, sampai kompak begitu jawabnya," Dokter Heri terkekeh lalu berpamitan meninggalkan ruangan. Alvian berdiri mengikuti sang Dokter, namun terhenti ketika Dara bertanya.

"Pak Alvian mau kemana?" tanya Dara, Alvian sebenarnya benci sebutan yang diberikan Dara, namun ia memaklumi.

"Mau menebus obat, mau pulang ngga?" Sambil mengangkat resep obat untuk memperlihatkan kepada Dara.

"Oh, iya." Dara mengangguk. Gegas Alvian keluar dengan cepat, karena ingin berbicara dengan Dokter Heri. Langkahnya cepat dan lebar, sehingga masih bisa mengejarnya.

"Emm, Dok. Permisi, bisa berbicara sebentar?" tanya Alvian, Dokterpun langsung berhenti ketika Alvian menyapanya.

"Iya, Pak Alvian. Ada yang bisa saya bantu?" ucapnya dengan ramah. Dokter itu terlihat masih muda, tampan, dan juga terlihat sangat berwibawa.

"Jadi pengobatan istri saya seperti apa Dok untuk selanjutnya?" tanya Alvian.

"Untuk selanjutnya, Ibu Dara dijadwalkan rutin terapi ya, Pak. Semoga itu bisa membantu memulihkan ingatannya, dan obat yang saya beri tolong dihabiskan! saat jadwal terapi nanti, pihak rumah sakit yang akan memberi tahu jadwalnya," papar Dokter dengan jelas, Alvian paham, lalu Dokter pamit dan berlalu pergi.

Alvian kembali ke ruang perawatan Dara setelah menebus obat. Saat tiba disana, ia melihat Dara sedang terlelap, Alvian tersenyum dengan penuh kelembutan.

Duduk di kursi samping Dara, menggenggam lengan Dara, mengelus pipinya yang halus.

Terbesit alvian ingin mengecup keningnya, dan ia pun melakukannya, tak hanya sampai disitu, Alvian menginginkan yang lebih, ingin mengecup bilah bibirnya, namun ketika hendak melakukan, mata Dara terbuka lebar dan terkejut seketika, begitupun dengan Alvian, ia terkejut namun tidak mengekspresikannya. Ia tetap dengan wajah tenangnya.

"Haaaaa—" Dara menjerit, seketika Alvian mencium bibir Dara dengan lembut untuk membungkam teriakannya. Namun, tidak disangka ternyata Dara tidak menolak. Alvian melanjutkannya, bahkan Darapun membalas. ciuman merekapun semakin dalam dan panas. Setelah Dara sadar apa yang telah ia lakukan, dengan sekuat tenaga, Dara melepaskan tautan bibir mereka dan mendorong Alvian.

Dengan nafas tersengal, Dara nampak marah terhadap Alvian, karena ia melanggar kontrak pernikahan mereka. melakukan kontak fisik, yang jelas sudah Dara jelaskan hal itu merupakan hal terlarang bagi mereka.

"Apa yang kamu lakukan Alvian?!" dengan nada marah Dara menghempaskan lengan Alvian yang masih menempel di pipi Dara.

"Ssst, ini rumah sakit. Aku melakukannya karena kamu berteriak," Dengan santainya Alvian menjawab, sikap Alvian membuat Dara semakin kesal, tak habis pikir dengan pria yang kini menjadi suaminya itu.

"Aku berteriak karena mukamu berada tepat di depan wajahku," Dara berbica dengan cepat seperti seorang istri yang sedang mengomeli suaminya. Dara terduduk, dan menatap Al lekat.

"Tadi itu ada nyamuk, makanya aku mau menangkapnya tanpa membangunkanmu, kamunya saja yang Ge-er dan berteriak. Makanya aku menciummu, karena takut ada sekuriti yang datang. memangnya kamu tidak malu jika nanti ditanya kenapa? dan kau menjawab suamimu menciummu." Alvian mengarang ceritanya sendiri, membuat Dara mengerutkan keningnya.

"Apa anda pikir saya percaya? alasan yang tidak dapat ku terima," Dara dibuat heran oleh tingkah pria dihadapannya kini, membuat penjelasan yang tidak masuk akal, mana mungkin ada nyamuk diruangan perawatan ini.

"Aku tidak memaksamu untuk percaya, Dara. Aku hanya berusaha menjelaskan," dengan wajah santai dan tenang Alvian menjawab. Hal itu membuat Dara semakin kesal.

'manusia mana bisa setenang ini setelah melakukan kesalahan? jelas dia sudah melanggar Perjanjian,' batin Dara.

Alvian menyandarkan punggungnya di kursi yang saat ini sedang ia duduki, dengan mata yang tak beralih dari menatap wanita yang ada di hadapannya. Dara tampak semakin kesal, mukanya memerah karena kesal dipandangi seperti itu, alih-alih Alvian meminta maaf, dia malah menatap Dara dengan dalam dan tenang.

Tidak dipungkiri, hati Dara menghangat. Walaupun terjadi perdebatan, tapi entah mengapa dan kapan perasaan Dara begitu tenang dan nyaman.

Dara memberanikan diri menatap mata Alvian, tapi hal tersebut justru mengingatkan Dara kepada pria misterius dalam mimpinya.

'tidak, tidak mungkin itu dia!' batin Dara tetap menolak.

"Ya, terserah apa katamu saja, saya lelah berdebat dengan Anda. Lebih baik kita pulang saja!" Dara beranjak dari tempat tidurnya.

Alvian dan Dara meninggalkan rumah sakit, perjalan di siang hari ini terlihat padat dengan kendaraan. Hal itu membuat mereka lebih banyak waktu untul berbincang. Alvian yang selalu memiliki ide untuk membahas suatu hal, walaupun sering kali diakhiri dengan perdebatan.

"Oh, iya. Kemarin, aku menelpon orang tuamu," ucap Alvian sambil menengok kearah Dara.

"Oh, ya? kau membicarakan apa dengan mereka?" tanya Dara penasaran, dan terlihat wanita itu nampak bersemangat membahas kedua orang tuanya.

"Iya, ada deh. Rahasia," membuat Dara membulatkan matanya.

'mengesalkan sekali suami dadakanku ini,' gerutu Dara.

"Kalau ngga mau ngasih tau, ngga usah bilang dong!" Dara menatap tajam kearah Alvian, seperti singa yang akan menerkam. Alvian hanya terkekeh melihat tingkah lucu Dara.

"Tidak ada yang lucu, kenapa tertawa?" satu alis Dara terangkat keatas karena mendengar tawa Alvian.

"Sudah jangan marah-marah, nanti pusing lagi. Sebagai gantinya aku punya kejutan atas kepulanganmu dari rumah sakit." membuat Dara kembali dibuat penasaran.

"Apa itu?" tanya Dara yang sudah sangat penasaran.

"Namanya juga kejutan, gimana sih kamu, kalo kata anak milenial sih, kepo banget!" Alvian kembali tertawa, sedangkan Dara menganga mendengarnya.

sesampainya dirumah, Dara benar-benar terkejut, langkahnya berhenti sejenak, mata Dara merah berkaca-kaca. Kemudian menghambur berlari kedalam pelukan sepasang suami istri paruh baya.

"Mommy, Daddy, I miss you."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 19. Menyembunyikan kehamilan

    Clara jatuh lemas, dengan sigap Alvian memangkunya, dan mengalihkan pandangannya ke arah Dara nampak kaku dan memegang pisau yang terdapat noda darah. "Kau!" Alvian murka menunjuk ke arah Dara, Dara yang menyadari hal itu segera menjatuhkan pisau dalam genggamannya. "Tidak, bukan aku yang melakukan itu Alvian, percayalah kepadaku!" ucap Dara memohon, Dada nampak pucat. "Ikut aku!" Alvian berteriak sembari menggendong Clara memasuki mobilnya. Clara Nampak puas dan tersenyum mengejek Dara. Alvian berlari dan membawa Clara ke UGD. "Dok, tolong selamatkan dia!" Alvian panik, di sisinya ada yang lebih panik. Takut dengan tuduhan Clara, yang sama sekali tidak ia lakukan. "Tenang, Pak. Kami akan melakukan pemeriksaan dan tindakan, Bapak berdo'a saja dan tunggu diluar," ucap Dokter menenangkan Alvian. "Kalian harus menyelamatkannya! Jika tidak, aku akan menutup rumah sakit ini!" Sembari menarik kerang baju dokter, dan melepaskan setelah selesai memberi ancaman. "Ba-baik, Pak!

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 18. Fitnah kejam untuk Dara

    "Clara, ternyata dia tidak meninggalkanku," mendengar jawaban Alvian yang bersemangat itu membuat hati Dara terasa sakit, terlebih lagi ia tetap menatap ponselnya dengan senyum yang terus mengembang tanpa pedulikan Dara di sisinya. "Sepertinya aku sudah tidak penting lagi, lebih baik kamu bersama dia," ucap Dara mengabaikan perasaannya yang terluka. "Serius? aku boleh menikah lagi? aku boleh menikahi Clara," dengan semangat, Alvian menanyakan hal konyol itu, tentu saja Dara tidak sudi. "Iya," jawab Dara datar, justru Alvian menunjukkan wajah sebaliknya dari Dara, ia begitu senang. "Setelah kita bercerai!" lanjut Dara, dengan raut wajah sedih. "Tidak-tidak, kamu tetap milikku, aku tak akan melepaskanmu Dara," ucap Alvian dengan sorot mata tajam, membuat Dara bergidik ngeri. "Kenapa? Kenapa kamu menyiksa aku seperti ini? " lelehan bening mengalir dari sudut mata Dara tanpa permisi. Namun, hal itu tak membuat Alvian luluh, garis wajah tajam menyoroti Dara. "Sesuatu y

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 17. Kebimbangan Cinta Alvian

    "Kau tidak tahu cara berterima kasih Dara! akan aku ajarkan!" Dara beringsut mundur ke tepi ranjang, sedangkan Alvian mendobrak pintu kamar, hanya dengan sekali tendangan pintu itu terbuka. Mata Dara terbelalak melihat dada Alvian yang naik turun, Alvian murka. "Alvian," dikamar ber-AC itu Dara merasa panas, keringat mengalir di dahinya, ia benar-benar merasa ketegangan disana. Alvian mendorong tubuh Dara, dan menindihnya, Alvian sudah cukup menahan hasratnya selama ini. Dengan sekejap, Alvian merobek kemeja putih yang Dara kenakan, tampak kancing-kancing bertebaran ke sembarang arah. Alvian melanjutkan ke bagian bawah, sehingga Dara terlihat polos tanpa sehelai benang-pun. "Aku mohon, Al. Jangan!" Dara menggelengkan kepalanya, memohon belas kasihan Alvian, bulir air mata mengalir dari sudut matanya. Namun sayang, menurut Alvian tidak ada lagi toleransi. Tanpa pemanasan terlebih dahulu, Alvian langsung menerobos inti tubuh Dara dengan miliknya yang sudah menegang. "Aaaaa

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 16. Haus Akan Cinta

    "Tidak, Alvian jangan lakukan ini," Dara meringis terasa sesak. "Kamu istriku, dan sudah tidak ada lagi kontrak perjanjian kita, aku bebas melakukannya denganmu," "Tapi, kita tidak menikah sungguhan, kita menikah bukan karena cinta!" ucap Dara sembari terisak, Dara tidak ingin di perlakukan dengan kasar. Alvian melepas cengkramannya, dan berdiri menghadap Dara yang sudah berantakan. "Baiklah, jika kamu tidak ingin melayaniku," Alvian berlalu pergi dan membanting pintu, saat ini ia sangat kesal karena hasratnya harus ditunda, sedangkan ia sangat tak tahan. Dara sedang menonton televisi diruang santai, lalu dengan santai Alvian berjalan dengan seorang wanita cantik namun pakaiannya sangat terbuka, Alvian merangkul pinggang wanita itu dengan mesra, membuat Dara terbelalak terlebih lagi ketika mereka masuk ke kamar Alvian dan Dara. Tak terasa air mata Dara menetes, lalu ia memilih pergi, sebelumnya ia melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 10 malam. Dara tak ingin mendengar at

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 15. Bukti Kejahatan Elshiana

    "Dara adalah Istriku, aku yang lebih berhak atasnya," merekapun berlalu pergi. Entah mengapa, Alvian mencium sesuatu yang berbahaya bagi Dara, maka dari itu Alvian harus menjauhkan Dara dari orang yang bukan kepeecayaan Alvian. Setibanya mereka di panthous, Alvian langsung menurunkan koper Dara dan membawanya ke kamar, dan Dara bingung karena disana ada barangnya Alvian. Melihat kebingungan Dara, Alvian berinisiatif memberi tahunya tanpa harus Dara bertanya. "Sekarang kita satu kamar!" ketika Dara hendak berkata, Alvian langsung memotongnya, seakan tahu apa yang akan Dara ucapkan. "Tidak menerima penolakan! dan satu lagi, kamu dilarang masuk ke kamar berpintu biru!" ucap Alvian benar-benar tal terbantahkan. Dara tak menyangka akan tetap tinggal dengan seseorang yang merebut perusahaannya. 'Dia benar-benar kejam!' ucap Dara dalam hati. Sedangkan Alvian sedang menerima telepon diluar. [Sudah ku duga, selama ini mereka tidak sebaik yang kulihat, terima kasih Sinta, aku minta hard

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 14. Masa Lalu Yang Datang Kembali

    Dara bergegas mebuat perjanjian perceraian, dimana disana dituliskan pihak wanita tidak menuntut harta apapun. Karena Dara ingin prosesnya lebih cepat, jika ia menginginkan perusahaanya di kembalikan pasti Alvian akan menolaknya mentah-mentah, Dara akan memikirkan cara lain untuk mengambilnya kembali. Di sore harinya Dara datang kembali ke perusahaan, dan disana Alvian sedang bersama Collega bisnis perempuan, dengan penampilannya yang sexy, terlihat sekali dia mencoba menggoda Alvian. ‘Cih, dasar lelaki hidung belang,’ batin Dara, ada rasa gemuruh panas di hatinya. Alvian melihat kehadiran Dara dan menyuruhnya duduk di sofa dengan menggunakan matanya, Dara mengerti maksud alvian. Namun, entah Alvian sengaja atau tidak, Dara benar-benar dibuat menunggu lama sekali tanpa diberi minum, bahkan Dara saat ini benar-benar mendidih melihat Alvian yang diam saja disentuh oleh wanita genit itu. Dara sama sekali tidak di anggap sebagai istrinya, membuat hatinya terluka, dan berdiri sambil me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status