Share

Bab 6. Kembalinya Sosok Yang Dirindukan

Mata dara membulat sempurna, sedangkan jantungnya berdetak tak karuan, ada perasaan aneh di hatinya. mungkinkah Darapun mencintainya? Namun, pernyataan itu dibantah, dan Dara menentang isi hatinya.

"Kenapa? atau jangan-jangan kamu sudah suka kepadaku, ya?" tak berhenti disitu saja Alvian menggoda Dara. Alvian terlihat senang melihat wajah Dara yang memerah.

"Terserah kau saja, Al!" Dara memalingkan wajah yang terasa panas, rasanya tak sanggup untuk sekedar menatap Alvian. setiap kali menatap matanya, nampak tak asing bagi Dara. Aroma tubuh Alvian pun menyeruak, membawa dara kedalam alam bawah sadar.

'Aku mengenal wangi dari parfum Alvian. Ya, pria dalam mimpiku memiliki aroma yang sama. Atau jangan-jangan, dia itu—' batin Dara, yang dengan cepat Dara menggelengkan kepala. Menolak, jika pria dalam mimpinya itu Alvian, Dara tak terima jika pria dalam mimpinya yang ia rindukan itu adalah Alvian.

"Apa yang kamu pikirkan didalam kepala cantikmu itu?" ucap Alvian menyadarkan lamunan Dara.

Saat Dara akan menjawab, tiba Dokter Heri, memasuki ruang rawat Dara, yang terlebih dahulu mengetuk pintu.

"Permisi, Pak, Bu," ucapnya ramah.

"Ini ada resep obat yang harus ditebus dan siang ini, Ibu Dara sudah boleh pulang. Rawat jalan saja," sambil memberikan resep obat.

"Terima kasih, Dok." ucap Alvian dan Dara berbarengan.

"kalian serasi sekali, sampai kompak begitu jawabnya," Dokter Heri terkekeh lalu berpamitan meninggalkan ruangan. Alvian berdiri mengikuti sang Dokter, namun terhenti ketika Dara bertanya.

"Pak Alvian mau kemana?" tanya Dara, Alvian sebenarnya benci sebutan yang diberikan Dara, namun ia memaklumi.

"Mau menebus obat, mau pulang ngga?" Sambil mengangkat resep obat untuk memperlihatkan kepada Dara.

"Oh, iya." Dara mengangguk. Gegas Alvian keluar dengan cepat, karena ingin berbicara dengan Dokter Heri. Langkahnya cepat dan lebar, sehingga masih bisa mengejarnya.

"Emm, Dok. Permisi, bisa berbicara sebentar?" tanya Alvian, Dokterpun langsung berhenti ketika Alvian menyapanya.

"Iya, Pak Alvian. Ada yang bisa saya bantu?" ucapnya dengan ramah. Dokter itu terlihat masih muda, tampan, dan juga terlihat sangat berwibawa.

"Jadi pengobatan istri saya seperti apa Dok untuk selanjutnya?" tanya Alvian.

"Untuk selanjutnya, Ibu Dara dijadwalkan rutin terapi ya, Pak. Semoga itu bisa membantu memulihkan ingatannya, dan obat yang saya beri tolong dihabiskan! saat jadwal terapi nanti, pihak rumah sakit yang akan memberi tahu jadwalnya," papar Dokter dengan jelas, Alvian paham, lalu Dokter pamit dan berlalu pergi.

Alvian kembali ke ruang perawatan Dara setelah menebus obat. Saat tiba disana, ia melihat Dara sedang terlelap, Alvian tersenyum dengan penuh kelembutan.

Duduk di kursi samping Dara, menggenggam lengan Dara, mengelus pipinya yang halus.

Terbesit alvian ingin mengecup keningnya, dan ia pun melakukannya, tak hanya sampai disitu, Alvian menginginkan yang lebih, ingin mengecup bilah bibirnya, namun ketika hendak melakukan, mata Dara terbuka lebar dan terkejut seketika, begitupun dengan Alvian, ia terkejut namun tidak mengekspresikannya. Ia tetap dengan wajah tenangnya.

"Haaaaa—" Dara menjerit, seketika Alvian mencium bibir Dara dengan lembut untuk membungkam teriakannya. Namun, tidak disangka ternyata Dara tidak menolak. Alvian melanjutkannya, bahkan Darapun membalas. ciuman merekapun semakin dalam dan panas. Setelah Dara sadar apa yang telah ia lakukan, dengan sekuat tenaga, Dara melepaskan tautan bibir mereka dan mendorong Alvian.

Dengan nafas tersengal, Dara nampak marah terhadap Alvian, karena ia melanggar kontrak pernikahan mereka. melakukan kontak fisik, yang jelas sudah Dara jelaskan hal itu merupakan hal terlarang bagi mereka.

"Apa yang kamu lakukan Alvian?!" dengan nada marah Dara menghempaskan lengan Alvian yang masih menempel di pipi Dara.

"Ssst, ini rumah sakit. Aku melakukannya karena kamu berteriak," Dengan santainya Alvian menjawab, sikap Alvian membuat Dara semakin kesal, tak habis pikir dengan pria yang kini menjadi suaminya itu.

"Aku berteriak karena mukamu berada tepat di depan wajahku," Dara berbica dengan cepat seperti seorang istri yang sedang mengomeli suaminya. Dara terduduk, dan menatap Al lekat.

"Tadi itu ada nyamuk, makanya aku mau menangkapnya tanpa membangunkanmu, kamunya saja yang Ge-er dan berteriak. Makanya aku menciummu, karena takut ada sekuriti yang datang. memangnya kamu tidak malu jika nanti ditanya kenapa? dan kau menjawab suamimu menciummu." Alvian mengarang ceritanya sendiri, membuat Dara mengerutkan keningnya.

"Apa anda pikir saya percaya? alasan yang tidak dapat ku terima," Dara dibuat heran oleh tingkah pria dihadapannya kini, membuat penjelasan yang tidak masuk akal, mana mungkin ada nyamuk diruangan perawatan ini.

"Aku tidak memaksamu untuk percaya, Dara. Aku hanya berusaha menjelaskan," dengan wajah santai dan tenang Alvian menjawab. Hal itu membuat Dara semakin kesal.

'manusia mana bisa setenang ini setelah melakukan kesalahan? jelas dia sudah melanggar Perjanjian,' batin Dara.

Alvian menyandarkan punggungnya di kursi yang saat ini sedang ia duduki, dengan mata yang tak beralih dari menatap wanita yang ada di hadapannya. Dara tampak semakin kesal, mukanya memerah karena kesal dipandangi seperti itu, alih-alih Alvian meminta maaf, dia malah menatap Dara dengan dalam dan tenang.

Tidak dipungkiri, hati Dara menghangat. Walaupun terjadi perdebatan, tapi entah mengapa dan kapan perasaan Dara begitu tenang dan nyaman.

Dara memberanikan diri menatap mata Alvian, tapi hal tersebut justru mengingatkan Dara kepada pria misterius dalam mimpinya.

'tidak, tidak mungkin itu dia!' batin Dara tetap menolak.

"Ya, terserah apa katamu saja, saya lelah berdebat dengan Anda. Lebih baik kita pulang saja!" Dara beranjak dari tempat tidurnya.

Alvian dan Dara meninggalkan rumah sakit, perjalan di siang hari ini terlihat padat dengan kendaraan. Hal itu membuat mereka lebih banyak waktu untul berbincang. Alvian yang selalu memiliki ide untuk membahas suatu hal, walaupun sering kali diakhiri dengan perdebatan.

"Oh, iya. Kemarin, aku menelpon orang tuamu," ucap Alvian sambil menengok kearah Dara.

"Oh, ya? kau membicarakan apa dengan mereka?" tanya Dara penasaran, dan terlihat wanita itu nampak bersemangat membahas kedua orang tuanya.

"Iya, ada deh. Rahasia," membuat Dara membulatkan matanya.

'mengesalkan sekali suami dadakanku ini,' gerutu Dara.

"Kalau ngga mau ngasih tau, ngga usah bilang dong!" Dara menatap tajam kearah Alvian, seperti singa yang akan menerkam. Alvian hanya terkekeh melihat tingkah lucu Dara.

"Tidak ada yang lucu, kenapa tertawa?" satu alis Dara terangkat keatas karena mendengar tawa Alvian.

"Sudah jangan marah-marah, nanti pusing lagi. Sebagai gantinya aku punya kejutan atas kepulanganmu dari rumah sakit." membuat Dara kembali dibuat penasaran.

"Apa itu?" tanya Dara yang sudah sangat penasaran.

"Namanya juga kejutan, gimana sih kamu, kalo kata anak milenial sih, kepo banget!" Alvian kembali tertawa, sedangkan Dara menganga mendengarnya.

sesampainya dirumah, Dara benar-benar terkejut, langkahnya berhenti sejenak, mata Dara merah berkaca-kaca. Kemudian menghambur berlari kedalam pelukan sepasang suami istri paruh baya.

"Mommy, Daddy, I miss you."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status