Ranjang Panas Sang Presdir

Ranjang Panas Sang Presdir

last updateLast Updated : 2024-05-22
By:  Nuga ReaderOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
19Chapters
1.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Dara sering memimpikan hal yang sama, yaitu bercinta dengan seorang pria misterius yang memiliki aroma maskulin yang terasa familiar bagi indra penciumannya. Mimpi itu terus berulang, hingga membuat Dara penasaran sosok di balik suara bariton yang menggetarkan hatinya. Sampai suatu hari, masalah di kantor membuatnya harus berhadapan dengan seorang CEO arogan bernama Alvian, rival bisnisnya. Terdesak, Dara terpaksa menerima bantuan dari Alvian, dengan syarat Dara harus menikah dengannya. Namun, satu per satu kejanggalan mulai muncul setelah mereka resmi menikah. Dara merasa Alvian menyimpan banyak rahasia. Terlebih, suara dan aroma khas Alvian mengingatkan dara akan pria misterius di dalam mimpinya....

View More

Chapter 1

Bab 1. Jerat Rival Bisnis

Di sebuah ruangan gelap yang asing, hanya ada satu lilin biru yang menyala sebagai penerangan. Panik, Dara mengedarkan pandangannya untuk mencari jalan keluar. 

"Aku merindukanmu, Dara..." 

Gadis itu berjengit kaget saat sebuah suara khas yang berat berbisik di telinganya. 

Ia segera menarik diri, tapi pria misterius itu dengan cepat meraih lengannya. 

"Siapa kamu?!" tanya Dara dengan nafas tersengal, berusaha melepaskan cekalan di tangannya. “Lepaskan aku!”

"Ssshh!" bisik pria itu berusaha menenangkan. 

Aroma maskulin yang menguar dari tubuh pria itu terasa familiar. Dara mencoba mengingat-ingat di mana ia pernah mencium aroma khas itu, tapi ingatannya tidak menemukan apapun.

Ia berusaha memberontak dengan memukul dada bidang pria itu saat tubuhnya digendong dan dihempaskan ke atas kasur yang empuk.

"Tidak, aku mohon. Jangan lakukan ini. Lepaskan!" ucap Dara frustrasi. Lelehan bening mengalir tanpa permisi dari sudut matanya. Ketakutan menjalar di sekujur tubuhnya hingga membuatnya gemetar.

"Jangan menangis, Dara,” bisik pria itu sambil mengecup sudut mata Dara.

"Tidak!" Dara masih berusaha memberontak. "Lepaskan ak—" ucapannya terputus, dibungkam dengan ciuman lembut pria itu, membuat mata Dara membulat sempurna. 

Pria itu terus mencumbunya penuh rasa, hingga tanpa sadar, Dara tidak lagi memberontak. Pria itu tersenyum di sela-sela ciuman yang semakin lama semakin intens. Jemarinya dengan lihai menelusup ke balik gaun tidur yang dikenakan Dara, bermain di bawah sana, membuat Dara tak sanggup lagi melawan. 

“He-hentikan …" cicit Dara di sela permainan pria itu. Namun, berlawanan dengan bibirnya yang menolak, tubuhnya justru bereaksi sebaliknya. Ia merasakan gelenyar aneh, tak kuasa atas nikmat yang pria itu berikan. 

"Lihat, kau sangat basah, Dara," bisik pria itu. 

Dengan penerangan seadanya, Dara melihatnya tersenyum. Ia mencoba untuk mengenali wajah tampan itu, tapi permainan pria itu mengacaukan akal sehatnya. 

Pria itu semakin gencar, tidak memberikan waktu bagi Dara untuk memproses apa yang terjadi. Saat gelombang putih itu hampir menghantamnya, Dara tersentak.

“Hah hah hah, astaga!” Dara terbangun dari tidurnya dengan napas tersengal. Jantungnya berdegup kencang. “Mimpi itu lagi?” 

Dara menyugar rambutnya yang terasa lengket karena keringat. Entah sudah berapa kali ia bermimpi hal erotis dengan orang yang sama. Walaupun wajah pria itu tidak jelas, tapi Dara ingat betul suara baritonnya yang khas. 

“Sebenarnya siapa pria itu?” gumam Dara bertanya-tanya. Tapi, lamunannya langsung buyar saat ponselnya tiba-tiba berdering nyaring.

“Halo?”

“Bu, saya sudah telepon Ibu lebih dari 20 kali!” kata Raisa—sekretaris sekaligus sahabatnya—terdengar panik. 

“Jangan berlebihan,” dengus Dara. “Ada apa, Raisa?” 

“Perkebunan teh kita terbakar, Bu. Apinya sulit dipadamkan karena aksesnya sulit dijangkau damkar, terlebih lagi angin sangat kencang membuat api sangat cepat menyebar, Bu. Kita harus bagaimana, Bu?” 

Mendengar kabar itu, Dara bergegas bangun dan merapikan pakaiannya. Ia keluar dari ruang kecil rahasia yang biasa ia gunakan untuk beristirahat di sela-sela kerja.

“Ke ruanganku sekarang. Kita bicarakan di sini. Jangan lupa beritahu direktur produksi dan direktur pemasaran, juga manajer gudang untuk segera ke ruanganku.”

Telepon terputus. Tidak bisa dipungkiri, Dara begitu cemas. Perkebunan itu adalah aset terbesarnya. Hampir 80% supply teh berasal dari perkebunan yang saat ini terbakar. 

'Semoga masih bisa diselamatkan,' batinnya.

Tak lama kemudian, Raisa datang ke ruangannya bersama para direktur dan juga manajer gudang. Mereka duduk di sofa yang berada di ruangan Dara. 

"Baiklah, kita langsung saja ke topik pembahasan. Raisa, bagaimana kabar terkini dari lokasi kebakaran?" tanya Dara kepada sekretarisnya, karena Raisa yang mendapat kabar terlebih dahulu.

"Barusan saya ditelepon oleh Pak Dika, karena beliau kebetulan sedang bertemu mitra di dekat lokasi. Beliau mengatakan bahwa api sudah melahap 90% kebun teh kita, Bu." Raisa nampak sedih sekaligus panik saat mengatakannya.

Dara menarik napas sejenak dan menghembuskannya perlahan. Kondisi seperti ini harus dihadapi dengan tenang.

"Berapa yang harus kita produksi dalam waktu dekat ini?" tanya Dara pada direktur pemasaran.

"100.000 botol, Bu. Sudah kontrak dan sudah masuk pembayaran 75%," jawab pria itu.

“Lalu bagaimana stok persediaan saat ini?" Kali ini, Dara bertanya pada manajer gudang.

"Tersedia 20.000 pieces, Bu. Itu pun yang 5.000 pieces akan dikirim besok. Jadi persediaan ada 15.000, sedangkan bahan mentah hanya ada untuk 1.000 pieces lagi.”

Dara langsung lemas mendengar jawaban dari pria itu. 

"Berarti kita harus memproduksi 84.000 pieces lagi dalam satu minggu. Sedangkan kita tidak memiliki stok sebanyak itu," lirih Dara, yang semula ia berdiri, kini terduduk lemas di kursinya.

"Bu, kalau boleh saya usul. Kita minta bantuan Pak Alvian saja!" ucap Raisa tiba-tiba, menarik perhatian setiap orang yang berada di ruangan itu. 

"Yang benar saja, Raisa! Dia itu rival kita. Mana mungkin meminta bantuan kepadanya?” sahut Dara, menolak ide itu mentah-mentah. 

"Tapi saya setuju, Bu. Jalan kita sudah buntu. Jika tidak segera, perusahaan ini bisa gulung tikar karena bayar denda yang lima kali lipat itu," ucap sang manajer gudang, yang disetujui oleh semua orang dengan anggukan kepala.

Dara menggigit bibir gelisah. Meski enggan, ia harus mengakui bahwa pria itu ada benarnya. 

Tapi, meminta bantuan pada Alvian sama saja dengan mengibarkan bendera putih tanda menyerah. Membayangkan Alvian merasa menang atas keputusasaannya membuat Dara merasa geram sendiri. 

“Ibu harus segera membuat keputusan. Kita sudah sangat terdesak dan tidak punya pilihan yang lebih baik.” 

Dara pasrah. Ia juga tidak bisa memikirkan jalan keluar lain. Mereka harus bergerak cepat untuk menyelamatkan keadaan. 

Raisa akhirnya keluar untuk membuat panggilan pada Alvian dan menjelaskan kondisi perusahaan Dara saat ini.

"Bu, Pak Alvian meminta Ibu untuk ke kantornya. Tapi hanya Ibu saja," jelas Raisa begitu ia sudah kembali. 

"Kenapa begitu?" tanya Dara bingung. Tapi ia segera gegas meninggalkan mereka semua, menuju kantor Alvian yang letaknya tak jauh dari kantornya.

Beberapa menit kemudian, Dara tiba di sebuah gedung pencakar langit di tengah kota. 

Ia tidak membuang waktu lama untuk sampai di depan ruangan pria yang sangat ingin dihindarinya itu. 

Sekretaris Alvian sudah menunggunya di depan pintu dan mempersilakannya masuk ke dalam ruangan. 

"Permisi, Pak Alvian." Dara memberikan senyuman manis, walaupun hatinya malas untuk melakukan itu.

"Ya, silahkan duduk,” kata Alvian dengan nada datar. “Aku tidak suka berbasa-basi, jadi langsung saja. Aku sudah mendengar semua dari sekertarismu. Aku bisa membantumu dengan meminjamkan perkebunan tehku." 

Dara terkejut mendengar ucapan Alvian yang to the point. Pria itu menatap Dara tanpa senyum sedikit pun di wajahnya, tapi tatapan lekatnya lah yang membuat Dara membeku. 

'Semudah itu?' batin Dara bingung, tapi ada rasa lega karena akhirnya bisa menangani masalah ini.

'Ternyata dia tidak seburuk yang kukira,' batinnya lagi. Dara hendak mengucapkan terima kasih saat Alvian lebih dulu menyela.

"Tapi ada satu syarat," ucap Alvian sambil menyunggingkan seulas senyum miring.

"Syarat? Syarat apa, Pak Alvian?" tanya Dara dengan kening berkerut. 

"Menikahlah denganku!"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

default avatar
nugareader
bagus, tingkatkan lagi.
2024-05-19 00:18:25
0
19 Chapters
Bab 1. Jerat Rival Bisnis
Di sebuah ruangan gelap yang asing, hanya ada satu lilin biru yang menyala sebagai penerangan. Panik, Dara mengedarkan pandangannya untuk mencari jalan keluar. "Aku merindukanmu, Dara..." Gadis itu berjengit kaget saat sebuah suara khas yang berat berbisik di telinganya. Ia segera menarik diri, tapi pria misterius itu dengan cepat meraih lengannya. "Siapa kamu?!" tanya Dara dengan nafas tersengal, berusaha melepaskan cekalan di tangannya. “Lepaskan aku!”"Ssshh!" bisik pria itu berusaha menenangkan. Aroma maskulin yang menguar dari tubuh pria itu terasa familiar. Dara mencoba mengingat-ingat di mana ia pernah mencium aroma khas itu, tapi ingatannya tidak menemukan apapun.Ia berusaha memberontak dengan memukul dada bidang pria itu saat tubuhnya digendong dan dihempaskan ke atas kasur yang empuk."Tidak, aku mohon. Jangan lakukan ini. Lepaskan!" ucap Dara frustrasi. Lelehan bening mengalir tanpa permisi dari sudut matanya. Ketakutan menjalar di sekujur tubuhnya hingga membuatnya g
last updateLast Updated : 2024-01-26
Read more
Bab 2. Keputusan Gila
“Menikahlah denganku!”Deg!Jantung Dara berdetak cepat, dengan keringat dingin mengalir di dahinya. Sedang matanya membulat sempurna, tanpa berkedip menatap Alvian. “A-apa? Menikah?!” Bagaimana mungkin rival bisnisnya bisa menjadi suaminya? Yang benar saja!“Iya, itupun kalau kamu mau. Aku tidak memaksa,” kata Alvian dengan wajah datar.Walaupun suhu di ruangan itu begitu dingin, tapi suasana terasa panas bagi Dara.“Yang benar saja! Itu tidak ada hubungannya dengan ini, Pak Alvian yang terhormat.” Dara meninggikan suaranya, karena ia begitu geram dengan tawaran yang diberikan, sedangkan ia sangat membutuhkan pertolongannya.“Aku tidak memaksa Dara,” Alvian sekali lagi mengulangi ucapannya, lalu tersenyum santai menanggapi gadis itu.“Aku tidak sudi!” sentak Dara kesal. Ia lantas melenggang pergi, membanting pintu ruang kerja Alvian untuk menyalurkan rasa kesalnya. Langkahnya terhenti saat ponselnya tiba-tiba berdenting, pertanda apa pesan baru yang masuk. Rupanya itu dari Alvian.
last updateLast Updated : 2024-01-30
Read more
Bab 3. Mimpi yang Dirindukan
“Wow, apakah kau mulai tertarik kepadaku? Sampai ingin secepatnya menikah denganku?” Dengan nada usilnya Alvian menggoda Dara, membuat gadis itu marah. Padahal jelas-jelas Alvian sendiri yang memberi syarat seperti itu.“Terserah apa kata Anda, Tuan,” kata Dara dengan wajah memerah menahan marah dan juga malu.“Baiklah, semua akan aku persiapkan. Kita akan menikah di rumahmu,” ucap Alvian dengan tenang.Tanpa menunggu lebih lama, Dara pun gegas pergi setelah pamit terlebih dahulu. Rasanya, ia tidak ingin berlama-lama di sana.Setibanya Dara di kantor, tiba-tiba ada panggilan masuk dari Mbok Susi.[Halo, Mbok?][Halo, Non. Ini di rumah ada tamu. Katanya mau mendekor rumah, diperintah oleh Tuan Alvian. Gimana ini, Non?]Mata Dara melebar setelah mendengar penjelasan Mbok Susi. Dara tidak menyangka, Alvian benar-benar melakukannya dengan cepat.[Iya, Mbok. Tidak apa-apa. Karena malam saya akan menikah.] Tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut, Dara langsung menutup telepon. Ia tahu pas
last updateLast Updated : 2024-02-01
Read more
Bab 4. Mimpi Menjadi Nyata
Perlahan Alvian melepas semua pakaian Dara,lalu pakaiannya sendiri. Melihat Dara tidak ada penolakan, Alvian mengulumsenyum.Sehingga Alvian leluasa melancarkan aksinya,karena Dara pun menerima. Membalas setiap ciuman, serta desahannya membuat gairahAlvian semakin bangkit. 30 menit berlalu, hanya suara desahan danerangan yang terdengar di kamar rahasia Dara. Hingga pada akhirnya merekaberdua melenguh panjang pertanda klimaks telah mereka dapatkan. Dara masihsetengah sadar, dan merasa kejadian yang baru saja dia alami hanyalah mimpi.Dara melanjutkan tidur.Sementara Alvian tersenyum getir, ada rasasesal di hatinya. Melakukan hubungan suami istri diam-diam seperti ini.Bergegas Alvian membersihkan diri di toilet yang ada di kamarnya. Lalumerapikan penampilannya. Tak lupa, sebelum ia meninggalkan kamar Dara, Alvian memasangkan kembali pakaian Dara yangtelah ia lepas, dan pergi begitu saja tanpa mematikan lilin biru miliknya. "Hah, rasanya nyaman sekali. Tubuhkuterasa lebi
last updateLast Updated : 2024-02-05
Read more
Bab 5. Satu Langkah Lebih Dekat
Alvian terdiam mendengar ucapan sang dokter. Ia menelan ludah dengan susah payah, lalu kembali menatap dokter itu."Lalu bagaimana, Dok? Apa bisa kembali semua ingatan istri saya yang hilang?" tanyanya sambil menautkan kedua alis. "Bisa saja. Namun, akan butuh waktu. Saat ini kondisinya lemah, mudah pingsan karena terlalu berusaha untuk mengingat. Harus diwaspadai, jangan sampai membuatnya depresi kembali. Karena jika hal itu terjadi, kemungkinan memorinya tidak akan kembali lagi," jelas dokter. Alvian nampak berpikir langkah apa yang harus ia ambil, karena jika salah ambil tindakan, bisa berakibat fatal bagi Dara. Seketika hati Alvian terasa sakit, Dara tidak mengingat apapun tentangnya. Bagaimana rasanya, seseorang yang sangat dia cintai, tapi justru melupakannya? "Baiklah, Dok. Apakah ada lagi yang harus saya ketahui?" "Untuk saat ini, cukup. Nanti jika ada perkembangan, akan saya infokan," jawabnya sambil menjabat tangan Alvian, dan menepuk bahunya mengisyaratkan agar tetap ku
last updateLast Updated : 2024-02-06
Read more
Bab 6. Kembalinya Sosok Yang Dirindukan
Mata dara membulat sempurna, sedangkan jantungnya berdetak tak karuan, ada perasaan aneh di hatinya. mungkinkah Darapun mencintainya? Namun, pernyataan itu dibantah, dan Dara menentang isi hatinya. "Kenapa? atau jangan-jangan kamu sudah suka kepadaku, ya?" tak berhenti disitu saja Alvian menggoda Dara. Alvian terlihat senang melihat wajah Dara yang memerah."Terserah kau saja, Al!" Dara memalingkan wajah yang terasa panas, rasanya tak sanggup untuk sekedar menatap Alvian. setiap kali menatap matanya, nampak tak asing bagi Dara. Aroma tubuh Alvian pun menyeruak, membawa dara kedalam alam bawah sadar. 'Aku mengenal wangi dari parfum Alvian. Ya, pria dalam mimpiku memiliki aroma yang sama. Atau jangan-jangan, dia itu—' batin Dara, yang dengan cepat Dara menggelengkan kepala. Menolak, jika pria dalam mimpinya itu Alvian, Dara tak terima jika pria dalam mimpinya yang ia rindukan itu adalah Alvian."Apa yang kamu pikirkan didalam kepala cantikmu itu?" ucap Alvian menyadarkan lamunan Dara.
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more
Bab 7. Suasana Panas
"Mommy, Daddy i miss you!" ucap Dara yang masih memeluk kedua orang tuanya. Pelukan Dara disambut hangat oleh keduanya. Sedangkan Alvian tersenyum melihatnya."Oh iya, Mom, Dad. Ini suamiku namanya Alvian," ucap Dara memperkenalkan suaminya. Alvian mencium tangan dan memeluk ramah kepada keduanya.Barack, Ayahnya Dara membalas perlakuan hangat dengan ramah, tapi tidak dengan Ibunya, nampak ketus. Namun, hal itu tidak di sadari oleh Dara."Yasudah, sayang kamu istirahat dulu ya!" pinta Elshiana Ibunya Dara. Sembari menuntun lengan Dara untuk memasuki kamarnya."Em, Pak, eh Mas Alvian, aku ke kamar dulu ya," Dara terlihat bingung dengan panggilannya untuk Alvian, tidak ingin semuanya terlihat oleh orang tua Dara, Dara ingin terlihat seperti pasangan suami istri seperti pada umumnya. Alvian menyadari kecanggungan Dara, lalu ia hanya mengangguk dan tersenyum."Papah juga baru sampai, lebih baik beristirahat dulu! Mau saya buatkan teh?" ucap Alvian kepada Barack."Boleh, tolong buatkan ya!
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more
Bab 8. Membuat Kenangan Untuk Diingat
"Kyaaaaa, Wajahmu kenapaa? Seperti Monster," Dara mendorong dengan kuat, Alvianpun terperanjat dan memegangi wajahnya yang terasa panas dan perih.Dara terus memandangi Alvian yang berlalu pergi ke arah cermin di kamar Dara."Shit! Aku lupa meminum obat," Alvian menghubungi Dokter pribadinya untuk datang ke rumah Dara."Ka-kamu kenapa Alvian?" tanya Dara gugup melihat kondisi Alvian yang mengerikan. Kemudian Alvian mendekati Dara dan duduk di sebelahnya."Aku alergi, makanya kulitku seperti ini," ucap Alvian, sembari mengusap kulit di lengannya yang mulai terasa gatal. Dara nampak memandangi Alvian dari ujung kaki sampai ke ujung rambut. Wajah Alvian merah, dengan bibir dan kelopak mata bengkak, seperti seorang yang disengat lebah."Alergi apa? aku carikan obat untukmu, ya!" tanya Dara heran sekaligus ada rasa khawatir. Ketika Dara hendak melangkahkan kaki, lengan Alvian mencegahnya."Sudah, tak apa. Sebentar lagi Dokterku akan datang. Aku alergi udang, kau ingat tadi aku makan dengan
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more
Bab 9. Membuka Lembaran Baru
"Apakah itu kamu? Pria Misteriusku?" ucapnya dengan suara lirih. Namun tiba-tiba mata Alvian terbuka lebar.Membuat Dara benar-benar terkejut dan tak berkutik."Jika memang benar itu aku, apakah Kau akan mencintaiku dan merindukanku seperti kau merindukan pria misteriusmu itu?" Alvian mengunci tatapan Dara, mereka saling pandang dalam jarak yang sangat dekat, jantung Dara berdegup kencang, membuat lidahnya terasa kaku."Apa buktinya jika itu anda?" tanya Dara serius.Alvian bangkit dari ranjang, kemudian membuka laci di nakas kamar Alvian, ia meraih sebuah lilin biru dan menyalakannya lalu diiletakkan di sudut meja di kamar Dara.Dara yang melihat Alvian melakukan hal tersebut, sangat shock dibuatnya, perlahan beringsut mundur ke sudut ranjang, dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, sembari memeluk tubuhnya sendiri, Dara sangat ketakutan.Alvian tak menghiraukan Dara yang ketakutan, yang ada di pikirannya saat ini adalah, Alvian ingin membuktikan bahwa dialah sosok yang selalu
last updateLast Updated : 2024-03-27
Read more
Bab 10. Situasi Panas Di Tempat Sejuk
"Bukankah, itu impianmu? bercinta di alam bebas seperti ini?" Alvian tersenyum lenbut."A-apa? jadi kau mengajakku kemari untuk itu?" Dara beringsut mundur karena merasa takut."Tidak, sayang. Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu! Aku hanya ingin bicara dari hati ke hati denganmu," Alvian memeluk Dara lembut, dan tidak ada penolakkan darinya.Dara mencoba percaya dengan apa yang diucapkan Alvian."Lebih baik kita duduk dulu di sana," Alvian mendudukkan Dara di tikar yang sudah disiapkan. Lilin biru menyala diatasnya, wanginya begitu menenangkan, menyatu dengan harum khas dari alam.Alvian membukakan minuman untuk Dara, "Beristirahatlah dulu, pasti kau lelah saat dalam perjalanan kesini," ucap Alvian yang kini duduk bersanding bersama Dara dengan santai, keduanya menatap ke arah Danau. Disana hanya ada mereka berdua, dan tanpa Dara ketahui, tempat itu merupakan salah satu asset milik Alvian.Keduanya larut dalam damainya nuansa alam, sehingga tidak ada yang mengeluarkan sepatah kat
last updateLast Updated : 2024-03-28
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status