Share

Bab 7. Suasana Panas

"Mommy, Daddy i miss you!" ucap Dara yang masih memeluk kedua orang tuanya. Pelukan Dara disambut hangat oleh keduanya. Sedangkan Alvian tersenyum melihatnya.

"Oh iya, Mom, Dad. Ini suamiku namanya Alvian," ucap Dara memperkenalkan suaminya. Alvian mencium tangan dan memeluk ramah kepada keduanya.

Barack, Ayahnya Dara membalas perlakuan hangat dengan ramah, tapi tidak dengan Ibunya, nampak ketus. Namun, hal itu tidak di sadari oleh Dara.

"Yasudah, sayang kamu istirahat dulu ya!" pinta Elshiana Ibunya Dara. Sembari menuntun lengan Dara untuk memasuki kamarnya.

"Em, Pak, eh Mas Alvian, aku ke kamar dulu ya," Dara terlihat bingung dengan panggilannya untuk Alvian, tidak ingin semuanya terlihat oleh orang tua Dara, Dara ingin terlihat seperti pasangan suami istri seperti pada umumnya. Alvian menyadari kecanggungan Dara, lalu ia hanya mengangguk dan tersenyum.

"Papah juga baru sampai, lebih baik beristirahat dulu! Mau saya buatkan teh?" ucap Alvian kepada Barack.

"Boleh, tolong buatkan ya! Sambil kita ngobrol di halaman belakang," Alvian tersenyum sambil berlalu pergi membuatkan teh untuk Ayah mertuanya.

Setelah teh selesai dibuat, Alvian menghampiri Barack, duduk disebelahnya setelah menyimpan satu cangkir teh dan satu cangkir kopi untuk dirinya sendiri.

"Terima Kasih," ucap Ayahnya. Kecanggungan masih terasa diantara mereka. Namun, Alvian begitu pandai mencairkan suasana, berbincang perihal bisnis yang masing-masing mereka jalani.

"Al, bagaimana kondisi Dara?" Barack menyesap teh yang Alvian buat.

"Dara masih belum mengingatku, Dad," ada sorot mata kesedihan diwajah Alvian. Membuat Barack merasa iba.

"Kamu harus bersabar menghadapi Dara, Daddy selalu mendo'akan yang terbaik untuk kalian," dengan tatapan seorang Ayah terhadap anaknya. Hati Alvian terenyuh mendengarnya.

"Terima kasih, Dad."

Di tengah obrolan Alvian dan Barack, dekejutkan dengan kehadiran Elshiana yang tiba-tiba datang menghampiri mereka.

"Al, jangan harap aku bisa menerimamu. Aku mengizinkan kalian menikah, hanya demi Dara. Agar dia tidak bersedih karena perusahaannya bangkrut!" ucap Elshiana dengan ketus, membuat siapa saja yang mendengarnya sakit hati. Namun, tidak dengan Alvian. Ia bisa memaklumi sifat Ibu Mertuanya itu. Alvian membalas ucapannya dengan senyum.

"Sudahlah Els, jangan terlalu keras kepada Al, bagaimanapun Alvian sudah membantu Dara, anak kita!" Barack mengingatkan istrinya agar tidak melanjutkan ocehannya, namun sayangnya ucapan Barack tidak di gubris, Elshiana masih saja menggerutu.

"Alah, lihat Dara sampai sekarangpun tidak mengingatnya, dan itupun semua gara-gara dia!" Sembari menunjuk-nunjuk Alvian dengan mata yang penuh kebencian.

"Maaf, Mom. Tapi bukannya semua ini adalah campur tanganmu? kenapa jadi menyalahkan aku?" Bantah Alvian membela dirinya, karena tak tahan disalahkan terus.

Elshiana yang mendengar ucapan Alvian dibuat ternganga ia tidak menyangka Alvian akan berani melawannya.

"Ya itu semua dimulai darimu!" Elshiana masih terus menyalahkan Alvian, tak terima sengan semua pernyataan dari menantunya itu. Sementara Barack nampak dibuat kesal oleh istrinya yang tidak juga berhenti memaki menantu satu-satunya.

Tiba-tiba semua dikejutkan dengan suara seseorang,

"Ada apa ini? dimulai darimu siapa mom? ada apa dengan suasana ini?"

Dara terbangun, mencari keberadaan semua orang, ternyata ada di halaman belakang, namun saat akan menghampiri, ternyata orang tuanya dan Alvian sedang bersitegang. Membuat Dara kebingungan.

Alvian menghampiri Dara dan merangkul pundaknya untuk menenangkan istrinya.

"Tidak ada apa-apa, kamu kok turun? lebih baik kamu istirahat saja!" ucap Alvian lembut.

"Aku sudah sembuh, kalau tidur terus malah akan menambah sakit," ucap Dara sembari cemberut.

"Yasudah, kalau gitu kita makan, Yuk! ajak mom dan Daddy sekalian!" Dara mengangguk, lalu menghampiri orang tuanya, mengajak untuk makan malam bersama.

Suasana panas yang terjadi sebelumnya mereda karena kehadiran Dara, di meja makan sudah tertata rapi berbagai menu hidangan spesial, tentu saja Mbok Susi yang membuatkan.

"Waah, lengkap banget, Mbok. terima kasih, ya!" ucap Dara dengan mata indahny berbinar melihat hidangan yang tertata rapi.

Pertama-tama Dara mengambilkan nasi dan lauk untuk Alvian. Dara mengambil udang yang ukurannya cukup besar dengan saus asam manis, Barack yang melihat itu seperti akan menghentikan pelayanan Dara untuk Alvian. Akan tetapi Alvian yang melihat tingkah Daddy, seolah mengerti, dan mengangkat sedikit tangannya sebagai isyarat tidak apa-apa.

"Kamu suka udang, kan?" tanya Dara, sembari meletakkan piring yang sudah tertata nasi dengan udang diatasnya dihadapan Alvian.

"Apapun yang kamu hidangkan, aku suka," Sambil tersenyum manis. Dara menatap mata Alvian sekejap, kemudian mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Aku cuma mengambilkan, yang masak tetap Mbok Susi," jelas Dara walaupun Alvian juga sebenarnya tahu.

"Ya, aku tahu!" ucap Al seraya terkekeh mendengar ucapan polos istrinya.

kemudian semua makan bersama dengan khidmat, menikmati semua hidangan yang ada di meja makan.

Alvian tidak ragu-ragu memakannya, padahal ia tahu, Alvian alergi udang. Bagi Alvian, memang udang sangatlah enak dilidah, namun menyakitkan setelahnya.

Sesaat setelah semuanya selesai, dilanjut dengan obrolan ringan keluarga, tidak ada perbincangan panas seperti sebelumnya. Kemudian semua pamit ke kamar masing-masing, untuk kali ini Alvian dan Dara satu kamar, untuk menghindari berbagai macam pertanyaan dari orang tuanya.

"Apa yang mau kamu lakukan?" ucap Dara ketika Alvian berbaring dan menarik selimut ke tubuhnya sendiri.

"Tidur lah, memangnya mau ngapain? atau kamu berharap lebih ya?" jawab Al dengan menggoda Dara.

"Ish, maksudku kamu ngapain tidur disini?" tanya Dara kembali, membuat Alvian terkekeh.

"Bukannya kamu tadi yang meminta aku tidur disini, agar orang tuamu tidak curiga?" jelas Alvian kembali.

"Tidak di ranjangku juga bapak Alvian yang terhormat, sana di sofa itu saja, itu juga nyaman kok!" Dara mengusir Alvian dari ranjangnya, Alvian bangun dan menyingkap selimut.

Akan tetapi, bukannya menuruti permintaan Dara, Alvia justru memeluk Dara dengan eratnya diatas ranjang, tak tertahankan gejolak rindu Alvian kepada Dara.

Dara memberontak dengan mendorong, memukul, mencoba menggigit, tapi tidak berhasil, Dara menahan suaranya agar tidak terderngar keluar kamar.

Alvian menjatuhkan tubuhnya yang masih memeluk Dara ke ranjang empuknya, seuasa semakin panas, membuat Alvian sesak dengan sesuatu yang mengeras dibawah sana. Mengukung Dara, mencium kening, pipi dan hidung, saat hendak akan mencium bibirnya, Alvian menghentikan aktivitasnya, menatap Dara yang terpejam tampak pasrah karena lelah memberontak.

Alvian menyeringai senang, "Kau menikmatinya, kan? ayolah jangan menyiksa dirimu sendiri,"

Alvian terkekeh melihat wajah Dara semakin memerah karena malu ditambah sensasi panas disekujur tubunya.

Alvian melepas cekalan di lengan Dara, beranjak pergi ke sofa.

"Kamu mau kemana?" tanya Dara dengan suara seraknya.

"Ke sofa, seperti permintaanmu tadi," Alvian membalikkan badan, dan menatap Dara dengan sebelah alisnya yang terangkat.

"kenapa? kau ingin aku melanjutkannya? hmm, baiklah!" Alvian dengan cepat menghampiri Dara, tanpa menunggu jawaban Dara.

"kyaaaa," Dara setengah menjerit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status