Nindi menjawab dengan tenang, memberikan alibi yang sudah ia pikirkan sebelumnya.
"Kebetulan kami ketemu di cafe saat aku mampir sarapan. Kami ngobrol bentar, lalu dia nawarin aku pulang bareng."
"Terus kamu nerima gitu aja?" Jujur, Daffa tak suka kalau istrinya dekat dengan pria lain. Ia cemburu.
Nindi menepis tangan Daffa yang masih memegang lengannya. "Emangnya kenapa sih, Mas? Hal-hal sepele gini didebatin!" katanya lalu pergi, meninggalkan Daffa.
"Sepele apanya, Nin? Kamu baru aja semobil dengan pria lain, itu kamu anggap sepele?" Daffa mengikuti langkah Nindi yang berjalan ke kamar. "Kamu lupa sama berita waktu itu? Rumor perselingkuhanmu dengan Rexa? Aku takut kalau itu beneran kejadian, Nin."
Nindi malas meladeni suaminya. "Udah ah, aku capek. Mau bobo."
Nindi hendak menutup pintu kamarnya, tapi Daffa menahan pintu itu.
Nindi menatap Daffa dingin. "Loh, kirain mau ngantor? Kenapa balik lagi ke kamar?"
Daffa menari
Sore itu, Nindi bertemu dengan Rexa di sebuah restoran.Rexa ditemani oleh kenalannya, Andreas, seorang akuntan forensik."Nindi, kenalkan, ini Andreas. Aku sudah jelaskan kepadanya secara garis besar," kata Rexa.Nindi tersenyum simpul. "Bagus. Jadi kita bisa langsung ke intinya, kan?""Selamat sore, Bu Nindi," sapa Andreas. "Bisakah Anda berikan rincian proyek yang melibatkan Baskara dan Zenith Corp?""Ah iya, tentu." Nindi mengeluarkan salinan proposal yang Yunita berikan waktu itu. "Proyek yang mereka kerjakan sebenarnya milik Wijaya Group, perusahaan keluarga suamiku. Coba dibaca dulu, Pak Andreas.""Haruskah kita terburu-buru, guys? Makanan kita bahkan belum jadi," sela Rexa."Maaf, Rexa. Waktuku sempit," sahut Andreas. "Oh ya, kebetulan aku sudah memeriksa laporan keuangan Zenith Corp. Semuanya terlihat normal dan bersih."Nindi dan Rexa saling menatap, bingung."Apa kamu sudah memastikan laporan yang ter
Nindi menjawab dengan tenang, memberikan alibi yang sudah ia pikirkan sebelumnya."Kebetulan kami ketemu di cafe saat aku mampir sarapan. Kami ngobrol bentar, lalu dia nawarin aku pulang bareng.""Terus kamu nerima gitu aja?" Jujur, Daffa tak suka kalau istrinya dekat dengan pria lain. Ia cemburu.Nindi menepis tangan Daffa yang masih memegang lengannya. "Emangnya kenapa sih, Mas? Hal-hal sepele gini didebatin!" katanya lalu pergi, meninggalkan Daffa."Sepele apanya, Nin? Kamu baru aja semobil dengan pria lain, itu kamu anggap sepele?" Daffa mengikuti langkah Nindi yang berjalan ke kamar. "Kamu lupa sama berita waktu itu? Rumor perselingkuhanmu dengan Rexa? Aku takut kalau itu beneran kejadian, Nin."Nindi malas meladeni suaminya. "Udah ah, aku capek. Mau bobo."Nindi hendak menutup pintu kamarnya, tapi Daffa menahan pintu itu.Nindi menatap Daffa dingin. "Loh, kirain mau ngantor? Kenapa balik lagi ke kamar?"Daffa menari
Wajah Nindi makin memerah melihat wajah Rexa yang terus memandanginya. Saat Rexa hendak menciumnya kembali, Nindi spontan mundur sedikit."Apa ini benar, Rexa?" tanyanya, walaupun mabuk, Nindi masih berusaha mengontrol diri. "Nggak seharusnya kita melakukan ini."Rexa hanya terkekeh pelan, tawa yang dalam dan merdu. "Terus kamu mau kita ngapain, Nindi? Bukankah kita sedang berselingkuh?""I-iya... t-tapi...."Tak menunggu lama, Rexa kembali membungkam bibir Nindi, melumatnya lembut.Kali ini Nindi diam, menikmati ciuman itu. Berawal dari lumatan lembut menjadi menuntut dan mendesak, seolah ciuman itu bertujuan untuk melepaskan segala emosi yang tertahan.Pagutan mereka terlepas sejenak karena keduanya kehabisan napas."K-kamu benar-benar mahir berciuman, Rexa," bisik Nindi. "Pasti kamu sering melakukan ini dengan wanita lain."Rexa tersenyum tipis. "Tidak. Aku hanya melakukannya denganmu," bisiknya, suaranya serak.
Nindi sedikit merasa lega. Ia pun dengan cepat mengambil posisi duduk berhadapan dengan Rexa.“Baiklah. Kita mulai ya?” Rexa membuka obrolan diskusi."Aku mau kamu dengar ini dulu, Rexa," ujar Nindi, tanpa basa-basi.Ia meletakkan ponselnya di meja dan memutar rekaman suara. Itu adalah seluruh percakapan antara Wilona dan Yunita di kamar mandi tadi. Mulai dari Wilona yang merengek ingin Daffa, hingga Yunita yang membongkar skandal korupsi Baskara.Sepanjang rekaman itu diputar, Rexa yang awalnya santai seketika membeku. Kerutan di dahinya makin dalam. Ia membelalakkan mata saat mendengar angka sepuluh triliun dan kata money laundry.Setelah rekaman selesai, keheningan memenuhi ruangan.Rexa menatap ponsel Nindi, lalu beralih menatap Nindi, syok.“Ternyata dalang perselingkuhan ini tak lain adalah ibu mertuamu sendiri?” tanya Rexa, memastikan.Nindi mengangguk lemah.Rexa bergeleng kecil.
Di dalam bilik toilet, Nindi syok, tubuhnya membeku. Ia tidak lagi memikirkan Daffa, pikirannya kini dipenuhi konspirasi tingkat tinggi. Wilona adalah pion kotor Yunita. Nindi menyadari bahwa kebencian ibu mertuanya tidak sesederhana drama menantu-mertua. Ini jauh lebih besar, lebih dingin, dan terencana. “Sebegitu bencinya Mama padaku, sebenarnya apa salahku sampai Mama mengutus Wilona untuk memisahkan Daffa dariku?” gumamnya bingung. Pikiran Nindi langsung beralih ke urusan investasi. "Mama tau itu uang korupsi, tapi dia membiarkan Daffa bekerja sama dengan Pak Baskara? Kenapa? Untuk menjerat Daffa? Atau untuk menjadikan ini sebagai senjata agar Daffa tetap di bawah kendali Mama?" Nindi mulai menyatukan kepingan teka-teki. Jika korupsi Baskara terbongkar, perusahaan Daffa pasti akan terseret, bahkan mempertaruhkan citra baik keluarga Wijaya. Jadi mustahil jika Yunita mengizinkan Daffa menerima dana haram itu, hanya untuk mengendalikan putranya. "Tidak. Mama nggak mungkin mem
Nindi menggeleng keras. "A-aku... aku nggak bisa melakukannya.""Kenapa tidak?" tanya Rexa, nada suaranya berubah antara frustrasi dan heran."Ini salah, Rexa. Aku nggak akan berselingkuh.”"Meskipun Daffa sudah mengkhianatimu, Nindi? Sungguh, kamu masih tidak tega menyakiti suamimu?” Rexa tak paham dengan logika Nindi.“Kalau aku berselingkuh, itu artinya aku nggak ada bedanya sama Daffa. Ini soal prinsip dan harga diri, Rexa.”Nindi tak berkata lagi. Rexa juga seketika terdiam, ia menghargai prinsip Nindi.Nindi pun langsung pergi dari hadapan Rexa.Rexa kembali mengikuti Nindi, namun Nindi dengan cepat masuk ke kamar mandi wanita.Rexa menghela napas, memutuskan menunggu Nindi di lobi.Di bilik toilet, Nindi kembali terisak, ia dilanda kebingungan. Perasaan ingin membalas dendam bertarung melawan prinsip dan sisa cintanya.****Nindi sudah lama di toilet, akhirnya ia sudah puas me