Salsa menangis terisak membayangkan nasib rumah tangganya. Wanita itu sungguh tak menyangka, lelaki yang ia banggakan dan anggap sangat baik sehingga bersyukur luar biasa pada Tuhan, ternyata lelaki itu tak ubahnya singa liar yang bisa menerkam mangsa kapan saja.Perlakuan Ikbal yang semena-mena pada dirinya sudah cukup menjadi bukti bahwa pria itu bukanlah suami yang baik.Jika memang Ikbal lelaki baik, ia pasti tidak dengan mudah marah pada Salsa dan sudi mendengar penjelasan darinya, terlepas apapun kesalahannya. Andai benar-benar cinta, seharusnya Ikbal mencoba mengerti dan melihat dari berbagai sudut pandang. Lagi pula Salsa hanya korban perkosaan, bukan pelaku perselingkuhan. Siapa yang ingin diperkosa di dunia ini? Sungguh tak akan pernah ada wanita yang menginginkannya. Namun, begitulah takdir, tak pernah bisa menolak garisnya meski sekuat apapun ia menghalau. Karena dalam takdir, ada area yang manusia kuasai juga ada area yang tidak manusia kuasai. Sekarang tugasnya hanya m
Suara ketukan pintu terdengar saat Salsa sedang menyiapkan keperluan untuk bekerja esok pagi, wanita itu bergegas membukanya. Saat daun pintu melebar Salsa terbelalak, matanya membulat sempurna, tangannya mengepal sehingga urat-uratnya terlihat dengan jelas.Namun, ia memilih untuk tetap tenang, bersikap tergesa-gesa hanya akan membuat semua rencana berantakan."Berani-beraninya mas Ikbal membawa jalang itu ke rumah kami," gerutu Salsa dengan wajah kesal.Dulu, Salsa selalu bahagia jika Hasna menginap di rumahnya, kini setelah tahu bahwa Hasna adalah pengkhianat, rasanya tak sudi untuk menerimanya sebagai tamu."Sa, Hasna tadi telpon, katanya dia ada masalah sama kakaknya, dia mau ketemu sama kamu dan menginap disini. Jadi, Mas ajak dia ke rumah," ucap Ikbal.Dada Salsa bergemuruh hebat, hanya saja wanita itu berusaha menyembunyikan seluruh gemuruh di hatinya. "Lho, Hasna, kenapa nggak telpon aku? Kan bisa aku jemput," tutur Salsa pura-pura baik. Padahal, jauh dalam hati dia ingin se
Salsa berlari dengan berurai air mata, hatinya sesak bagai terhimpit batu yang begitu besar, tak menyangka pernikahan yang diimpikan harus kandas di usia yang masih seumur jagung.Kini ia tak peduli anggapan orang lain tentang pernikahannya, hatinya sudah terlanjur perih menyaksikan pengkhianatan sang suami."Sa, dengerin aku dulu!"Ikbal mengejar langkah Salsa, ia tak lagi peduli pada Hasna yang sedang terkulai lemah di gudang. Pikirannya hanya tertuju pada Salsa, ia menyadari kesalahan terbesar dalam pernikahan yang telah diperbuat, luka menganga telah dia goreskan ke dalam hati Salsa.Sementara itu, sesampainya di kamar, Salsa mengunci pintu. Tubuhnya bersandar di daun pintu, tangannya mengusap perut lembut, perut yang di dalamnya terdapat mahluk penguat jiwanya."Maafin Mama, Nak," bisiknya sambil terisak. Air mata terus membanjiri pipinya."Oh Tuhan ... sesakit inikah rasanya di khianati?Apakah keputusan yang aku ambil ini tepat? Atau aku telah sukses menjadi istri durhaka? Tetap
Plak ....Ikbal mengusap pipinya yang memerah. Bibirnya menyeringai lalu tangannya mengusap darah yang menetes di sudut bibir akibat tamparan keras yang baru saja dilayangkan Salsa, kekasihnya.Bukan tanpa alasan, Salsa menampar wajah lelaki yang dicintai itu lantaran Ikbal mencoba merenggut kehormatannya dengan cara paksa. Meski saat ini Salsa dan Ikbal adalah sepasang kekasih dan satu Minggu lagi hendak melangsungkan pernikahan. Namun, bagi Salsa tetap haram hukumnya menyerahkan tubuh pada lelaki yang bukan suaminya.Alih-alih marah, Ikbal justru bahagia dan bangga pada wanita di hadapannya. Salsa tak mudah menyerahkan mahkotanya pada lelaki manapun, meski ia begitu mencintainya. Hal ini membuat Ikbal semakin semangat untuk menghalalkan pujaan hatinya."Sayang ... aku cuma ngetes kamu aja kok, aku lihat kamu adalah wanita yang benar-benar bisa menjaga kesucian. Aku bangga sama kamu, aku semakin yakin untuk menikahi kamu," ucapnya sambil tersenyum.Mendengar penuturan Ikbal, Salsa me
Salsa mempersilakan suami dan adik iparnya untuk masuk. Meski tak bisa dipingkiri bahwa hatinya amat hancur.Ingin rasanya Salsa berteriak juga memaki lelaki yang tengah bersama suaminya itu. Bila perlu, wanita itu ingin menghabisi nyawanya sebagai pembalasan karena telah melucuti kehormatannya tanpa ampun.Sekuat tenaga Salsa menahan gemuruh kemarahan di dada. Namun, ia harus bersikap biasa saja pada lelaki itu, ketakutan akan reaksi negatif suaminya selalu menghantui. Terlebih sikap suaminya yang begitu perhatian dan menyayangi lelaki jahat itu."Adikku ini namanya Rizki, biasa dipanggil Kiki. Dia kuliah di Jerman karena mendapatkan beasiswa. Sebentar lagi dia lulus. Adikku ini orang hebat, gak kayak kakaknya cuma bisa kuliah di kota ini aja," puji Ikbal, binar matanya begitu membanggakan adiknya.Memang, selama menjalin hubungan Salsa tak pernah tahu wajah Kiki, ia hanya tahu sekilas namanya saja. Salsa juga tak pernah kepo dengan keluarga Ikbal, yang terpenting ia sudah dekat deng
Jantung Salsa berdetak tak beraturan, ketakutan semakin melanda hatinya. Wajah wanita itu memerah saking takutnya. Namun, kemerahan di pipi itu justru membuat wajahnya merona sehingga kecantikannya kian memancar."Emm ... i-ini Mas, aku lagi...." Perkataan Salsa menggantung karena langsung dipotong oleh Kiki."Ini Bang, tadi kak Salsa kelilipan terus aku bantu tiupin matanya, kan kasian," jawab Kiki santai. Lelaki itu bersikap setenang mungkin sehingga Ikbal tak curiga sama sekali. "Oh gitu ... tuh kan sayang, apa aku bilang. Kiki itu baik dan perhatian, kamu kelilipan aja dia perhatian kan? Berarti dia memang bisa lindungi kamu sebagai kakak perempuannya," ujar Ikbal dengan seutas senyum di bibirnya.Gemuruh di dada Salsa sudah mulai mereda, meskipun ia tak suka dengan cara Kiki membohongi suaminya, tetapi ia lega karena selamat untuk hari ini."Pintar sekali laki-laki itu berkilah, dia berkata seolah-olah tak terjadi apa-apa, sehingga Mas Ikbal dengan mudahnya percaya sama dia," g
"Sayang ...."Salsa menyapa suaminya saat kembali ke peraduan."Iya, kenapa?" jawab Ikbal dengan suara yang lembut."Mmm ... gak apa-apa ...."Salsa ragu, sementara matanya terus memerhatikan Ikbal. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya tentang apa yang dirasakan sang suami. Entah, apakah suaminya curiga atau jangan-jangan lelaki itu sedang menutupi perasaannya.'Ah, seharusnya ketika semua sudah terlaksana, dan mas Ikbal melihat noda merah di sprey kami, itu sudah cukup untuk membuatnya percaya, lagipula Mas Ikbal terlihat begitu bahagia, lalu kenapa hatiku masih gelisah.' Salsa berucap dalam hati. Wanita itu merasakan kegamangan yang kian dahsyat menerpa jiwanya. "Kenapa sayang, kok mukanya gelisah gitu?" tanya Ikbal seraya mengapitkan rambut Salsa ke telinga kanannya. Lelaki itu menatap manik hitam sang istri dalam. "Enggak, Mas. Aku cuma bahagia aja karena akhirnya aku bisa menjadi istri kamu. Aku berharap, semoga rumah tangga kita selalu bahagia ke depannya."Salsa membenamkan kepal
"Ki, gue lagi deket sama cewek, teman kuliah dulu, anaknya baik, cantik, pintar, pokoknya sempurna banget menurut gue."Dengan nada menggebu-gebu Ikbal menceritakan wanita yang dekat dengannya pada sang adik."Ah lu Bang, semua cewek dideketin. Entar ujung-ujungnya lu cobain doang, habis manis sepah dibuang," balas Kiki, netranya tetap fokus pada layar monitor. Ia sedang mengerjakan beberapa tugas yang belum selesai. Besok, lelaki itu harus terbang kembali ke Jerman untuk menyelesaikan pendidikannya di sana."Serius Ki, Abang ga akan lepasin cewek ini, Abang mau jadiin dia istri," tegas Ikbal sambil mengunyah kacang goreng buatan ibunya. Sesekali lelaki itu tersenyum membayangkan wajah cantik gadis incarannya. "Ga percaya gue, mana coba liat fotonya? Secantik apa sih dia sampai bikin lelaki kaya lo luluh?"tanya Kiki pada Ikbal, lelaki itu mengalihkan fokusnya dari komputer. Menyadari tanggapan sang adik, Ikbal lantas mengambil ponsel di atas nakas. Dengan penuh kebahagiaan lelaki it