Share

Kejahatan Kiki Terbongkar

 

Setelah merasa aman, Kiki setengah berlari masuk ke dalam villa untuk menemui Salsa. Wanita yang saat itu sedang mencuci piring terkejut melihat kedatangan Kiki yang tiba-tiba. 

 

"Salsa...," sapa Kiki, lelaki itu sudah berdiri tepat di belakang kakak iparnya.

 

Sontak Salsa menoleh kala mendengar suara Kiki, raut ketakutan nampak jelas dari wajah Salsa. Wanita itu sedikit menggeser tubuhnya untuk menghindar dari adik ipar. 

 

"Ngapain kamu masuk kesini, keman Mas Ikbal?" tanya Salsa dengan tangan gemetar.

 

"Dia pergi sebentar. Gak disangka ternyata dia kasih kesempatan buat kita bisa berdua-duaan," jawab Kiki dengan senyum menyeringai, lelaki yang dulu sangat pemalu itu kini berubah bak singa liar saat hatinya hancur tak menerima takdir.

 

Mendengar jawaban Kiki, jantung Salsa berdegup kencang. Ia benar-benar merasa takut hanya berduaan dengan Kiki. Di matanya, Kiki adalah pria yang sangat jahat. 

 

"Keluar! Aku mohon ... jangan sakiti aku lagi, jangan buat hidupku menderita lagi," pinta wanita itu sambil terisak.

 

Rasa takut dan bayang-bayang buruk di kepala membuat air matanya meluruh. Salsa khawatir Kiki berbuat macam-macam lagi padanya seperti tempo hari. 

 

"Jangan nangis, Sa. Aku gak kuat ngeliat kamu nangis."

 

Kiki mengayunkan langkahkan untuk mendekati Salsa. Lelaki itu menatap butiran bening yang mengalir dari mata lentik Kakak iparnya. Tanpa ragu, tangan Kiki bergerak hendak menyekanya. 

 

"Jangan!" Salsa menghalau penuh rasa takut. 

 

"Sa, apa aku sejahat itu sampai membuat kamu takut?" tanya Kiki tanpa rasa bersalah. 

 

Mendengar ucapan adik iparnya yang sok perhatian, justru membuat Salsa semakin murka. Wanita itu menatap nyalang Kiki dengan amarah yang membuncah.

 

Bagaimana mungkin Kiki melarang dirinya tak boleh menangis? Sedangkan lelaki itu yang sengaja membuat luka menganga di hatinya.

 

Entah, ke mana akal sehat Kiki yang tanpa sesal telah menghancurkan masa depannya, tetapi di lain sisi sok peduli padanya.

 

Sampai kapanpun Salsa tak akan memaafkan Kiki yang sudah merenggut mahkota yang bukan miliknya. Sehingga, kebohongan demi kebohongan terpaksa menghiasi rumah tangga Salsa. 

 

"Jangan sok perduli! Kamu yang menghancurkan hidupku, kamu yang membuat aku setiap hari harus menangis," jawab Salsa ketus.

 

Bibirnya bergetar lantaran amarah yang ditahan. Air matanya tak lagi bisa di bendung, butiran cair itu terus berjatuhan membanjiri pipi.

 

"Sa, kamu benar-benar berpikir Bang Ikbal orang sebaik itu? Kamu salah, kamu belum kenal dia," ujar Kiki dengan dada bergemuruh. 

 

Mendengar kalimat yang dilontarkan adik iparnya, lantas membuat Salsa semakin geram. 

 

"Gak perlu menjelekkan suami saya. Mau seburuk apapun dia, bahkan tak secuilpun sebanding dengan kejahatan kamu," kecam Salsa dengan nada sedikit berteriak. 

 

Melihat Salsa menangis histeris membuat Kiki semakin mendekatinya. Tanpa merasa salah lelaki itu berusaha merengkuh ke pelukannya.

 

Maksud hati ingin menenangkan kakak iparnya. Namun, lelaki itu lupa bahwa Salsa tak akan pernah tenang berada di pelukannya. Sebab, tubuhnya bukanlah hak Kiki.

 

"Lepasin aku! Dasar lelaki brengsek!" Salsa berontak, ia tak ingin disentuh sedikitpun oleh Kiki. 

 

"Sa, maafin aku udah bikin kamu menderita seperti ini, tapi kelak kamu akan tahu kenapa aku ngelakuin ini, semua demi kebaikan kamu!"

 

Lelaki berkaus putih itu menyerah, ia tak lagi memeluk Salsa. Namun, Kiki menatapnya dalam, matanya memerah menahan emosi yang memuncak. 

 

"Kebaikan? Gak ada kebaikan dengan menyakiti! Lebih baik sekarang kamu pergi, cepat keluar!" 

 

Dengan air mata berlinang, Salsa mengusir adik iparnya. Kalau saja membunuh orang itu diperbolehkan, pastilah ia akan melakukannya agar tak lagi melihat wajah Kiki. 

 

 

"Ya, aku pergi!"

 

Dengan mata yang sudah berkaca-kaca, Kiki membalikkan tubuh, kemudian lelaki itu melangkah untuk menjauh. 

 

"Dasar psikopat!" gerutu Salsa dengan deru napas tak beraturan karena gejolak amarah di dadanya. 

 

Mendengar perkataan Salsa, Kiki menghentikan langkah sejenak. Lelaki itu menoleh ke arah kakak iparnya. 

 

"Dengar baik-baik perkataan aku Sa, suami kamu itu enggak sebaik yang kamu bayangkan, aku tau dia, dan aku gak seburuk yang kamu bayangkan, kamu belum mengenalku," kata Kiki kemudian berlalu.

 

"Jangan pernah memberikan citra buruk pada suamiku, dia suamiku, dia imamku, aku ga percaya sama omongan lelaki seperti kamu."

 

Salsa berteriak dengan suara bergetar menahan emosi yang meledak-ledak.

 

Rupanya, Kiki yang beranjak itu kembali lagi. Lelaki itu sedikit berlari kemudian memeluk kakak iparnya erat. 

 

"Sa ... aku cinta sama kamu, aku sayang sama kamu, bertahun-tahun aku menyimpan perasaan ini sama kamu, kamu tahu mimpiku? Setelah wisuda aku berniat akan menikahi kamu, tapi sebelum waktu itu tiba, kamu justru menikah dengan kakakku, sakit Sa ... sakit hati aku."

 

Air mata Kiki kini tak mampu terbendung. Lelaki yang tadi berwajah garang, kini memerah lantaran menahan luka yang amat dalam.

 

Salsa hendak berontak, tetapi ia sangat kebingungan mendengar penuturan adik iparnya.

 

 

Entah, bagaimana mungkin Kiki bisa mencintainya? Bahkan, Salsa merasa tak pernah mengenal Kiki sebelumnya.

 

Namun, belum selum sempat wanita itu bertanya perihal dari mana lelaki itu mengenalnya, bogem mentah sudah mendarat di pipi lelaki yang baru saja menyatakan cinta itu.

 

Brugg.... 

 

Kiki jatuh tersungkur, berkali-kali ia dihajar oleh kakak kandungnya.

 

Ikbal yang sedari tadi berdiri di ambang pintu jelas tersulut emosinya. Laki-laki mana yang tak marah jika istrinya diganggu ketenangannya oleh lelaki lain, meski itu adik kandungnya sendiri.

 

"Jadi ini maksud lo tiap hari datang ke rumah gue, hahh ...?" tanya Ikbal dengan penuh emosi pada Kiki.

 

Matanya memerah menahan amarah yang sudah mencapai puncak. Sementara Salsa terbelalak menyaksikan perkelahian dua saudara kandung itu.

 

Kiki yang tersungkur, mengusap ujung bibirnya yang berdarah dengan ibu jari, sementara itu pelipisnya nampak kebiruan karena pukulan keras yang dilayangkan Ikbal. 

 

"Iya ... ini tujuan gue! Suatu saat nanti gue akan rebut Salsa dari hidup lo, Salsa bakal jadi istri gue, puas!"

 

Kiki bangkit, lelaki itu menatap tajam mata kakaknya kemudian berlalu. 

 

Mendengar pernyataan adik tak tahu diri, membuat Ikbal kian murka. Lelaki itu hendak mengejar Kiki, tetapi urung setelah melihat istrinya. 

 

Ikbal berbalik, ia memeluk istrinya erat. Wajah Salsa nampak ketakutan menyaksikan perkelahian di depan matanya. Hatinya kini sedikit lega karena Jika Ikbal tahu adiknya mempunyai niat jahat, suaminya itu tak mudah lagi menerima Kiki masuk ke dalam rumahnya. 

 

"Kamu gak papa sayang?" tanya Ikbal sambil mencengkram bahu istrinya, kemudian kembali memeluk wanita tercintanya.

 

"Maafin aku ya, aku gak tahu kalau Kiki punya niat jahat sama kamu, setelah ini aku gak akan berikan dia ruang buat ketemu kamu, aku janji akan melindungi kamu," ucap Ikbal sambil mengecup kening istrinya.

 

Udara di luar terasa masih dingin. Setelah tenang, Ikbal mengajak istrinya kembali ke kamar. Lelaki itu ingin bermesraan dengan wanita tercintanya agar tenang.

 

Sesampainya di kamar, Ikbal pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, sementara Salsa duduk di tepi ranjang. Namun, tiba-tiba saja ponsel Salsa bergetar karena mendapatkan notifikasi pesan masuk di aplikasi hijaunya.

 

Salsa meraih ponsel kemudian membuka pesan. Wanita itu terbelalak kala melihat video yang dikirim oleh nomor tak dikenal. 

 

[Kamu gak akan pernah bisa lari dari aku Salsa. Atau video ini akan tersebar] 

 

 

Salsa menelan ludah getir, ia memberanikan diri memutar videonya. Matanya melebar, sebelah tangannya menutup mulut yang menganga saking terkejut melihat video yang baru saja ia terima.

 

Baru saja merasa tenang. Kini, hati Salsa kembali dilanda gundah dan kecemasan. Bagi Salsa, inilah ketakutan terbesar dalam hidupnya.

 

Bersambung.

 

Kira-kira itu video apa yaa...kok Salsa sampai ketakutan gitu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status