Share

Salsa Takut Hamil

Author: Yulistriani
last update Last Updated: 2023-01-26 16:01:08

 

"Sayang ...."

 

Salsa menyapa suaminya saat kembali ke peraduan.

 

"Iya, kenapa?" jawab Ikbal dengan suara yang lembut.

 

"Mmm ... gak apa-apa ...."

 

Salsa ragu, sementara matanya terus memerhatikan Ikbal. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya tentang apa yang dirasakan sang suami. Entah, apakah suaminya curiga atau jangan-jangan lelaki itu sedang menutupi perasaannya.

 

'Ah, seharusnya ketika semua sudah terlaksana, dan mas Ikbal melihat noda merah di sprey kami, itu sudah cukup untuk membuatnya percaya, lagipula Mas Ikbal terlihat begitu bahagia, lalu kenapa hatiku masih gelisah.' Salsa berucap dalam hati. Wanita itu merasakan kegamangan yang kian dahsyat menerpa jiwanya. 

 

"Kenapa sayang, kok mukanya gelisah gitu?" tanya Ikbal seraya mengapitkan rambut Salsa ke telinga kanannya. Lelaki itu menatap manik hitam sang istri dalam. 

 

"Enggak, Mas. Aku cuma bahagia aja karena akhirnya aku bisa menjadi istri kamu. Aku berharap, semoga rumah tangga kita selalu bahagia ke depannya."

 

Salsa membenamkan kepalanya di dada bidang Ikbal. Matanya kini menghangat, hatinya tak tenang karena telah mencurangi sang imam.

 

"Iya, sayang ... Aamiin, semoga kita juga cepat diberikan momongan biar makin bahagia, ya."

 

Dengan penuh kehangatan Ikbal mengecup pucuk kepala istrinya, kemudian ia mengelus-elus rambut Salsa penuh kasih sayang. 

 

*****

 

Hari ini , usia pernikahan Ikbal dan Salsa menginjak satu setengah bulan. Ikbal hendak mengajak istrinya liburan bulan madu ke puncak. Menggunungnya pekerjaan membuat bulan madu kedua pasangan itu tertunda. Sehingga, ketika pekerjaan mulai terasa ringan, Ikbal memutuskan untuk cuti dari kantornya.

 

Mendengar ajakan sang suami, Salsa bersemangat mengemas beberapa pakaian dan kebutuhan lain ke dalam koper, saking bahagianya wanita itu terus bersenandung ria, membayangkan indahnya berbulan madu dengan lelaki tercintanya.

 

Saat semua perlengkapan sudah dimasukan ke dalam mobil, tiba-tiba saja datang mobil sport berwarna putih lalu parkir di halaman rumahnya. Hati Salsa gusar, ia tahu sang empunya mobil adalah adik iparnya, Kiki. 

 

"Assalamualaikum, Bang," sapa Kiki pada kakaknya yang tengah bersiap-siap.

 

"Wa'alaikumsalam, eh kamu Ki, kok pulang dari Jerman gak bilang-bilang Abang sih, maaf ya Abang ga bisa ikut hadirin wisuda kamu kemarin, kerjaan Abang numpuk, bulan madu aja baru sempat nih," ucap Ikbal sembari tertawa, sehingga menampakkan barisan giginya.

 

"Iya gak apa-apa Bang, lagian ibu yang bilang katanya lo mau jalan-jalan ke puncak. Kebetulan banget, gue juga mau kesana, mau temu kangen teman lama," tuturnya, semetara kedua netranya mencuri-curi pandang ke arah Salsa yang tengah bersiap-siap.

 

Mendengar penuturan adik iparnya, raut wajah Salsa yang sebelumnya semringah kini berubah masam.

 

 

'Ngapain sih dia harus datang lagi?'

 

 

Salsa bersenandika, kekhawatiran besar melanda jiwanya jika melihat lelaki itu.

 

"Wah boleh kalau begitu, yuk bareng aja, biar gak banyak-banyak mobil," ajak Ikbal pada adiknya. Lelaki itu selalu senang jika sudah bertemu dengan Kiki. 

 

"Jangan, Mas ...." Salsa menyergah.

 

Sontak Ikbal menoleh ke arah istrinya, lelaki itu menatap heran atas penolakan Salsa. Sementara Salsa nampak salah tingkah karena panik. Namun, wanita itu segera menguasai keadaan agar suaminya tak curiga. 

 

"Jangan mas, kan kita mau bulan madu, masa mau ada orang lain sih di antara kita."

 

Salsa menutupi kegundahan hatinya dengan bermanja-manja. Ia tahu, hal buruk pasti akan terjadi lagi jika adik iparnya ikut serta.

 

"Oh, ya udah ... gue mau bulan madu sama istri gue, lo bawa mobil sendiri aja ya, biar gampang nanti kalau mau pulang kapan aja, sorry."

 

Setelah berpikir, Ikbal menuruti kemauan istrinya untuk menolak satu mobil dengan sang adik. 

 

Sementara itu, Kiki justru diam-diam tersenyum melihat wajah ketakutan kakak iparnya. Semakin wanita itu gundah, semakin Kiki ingin mendekatinya. 

 

"Santai lah Bang, gue kan ga minta bareng lo, gue juga faham kok kalian mau ehem-ehem," ucap Kiki sambil tertawa cekikikan. Lelaki itu mengangkat kedua alisnya saat beradu pandang dengan Salsa. 

 

Melihat kelakuan sok polos adik iparnya, sungguh membuat Salsa jijik, ucapannya terdengar seperti ejekan yang melucuti harga dirinya.

 

"Ya sudah, kita berangkat duluan, ya."

 

Ikbal dan Salsa memasuki mobil. Kendaraan bergerak menuju tempat yang hendak disinggahinya. 

 

Namun, baru setengah perjalanan, Salsa sudah mengeluh lelah, wajahnya pun nampak pucat.

 

 

Wanita itupun merasa pusing, perutnya terasa di obok-obok, ia ingin muntah, tetapi tak ada yang keluar dari rongga mulutnya. Entah, padahal biasanya ia tak pernah mabuk di perjalanan.

 

"Kamu kenapa sayang?" tanya Ikbal saat melihat istrinya tengah menahan sakit.

 

"Aku kayaknya masuk angin deh, Mas. Badanku juga jadi meriang gini," tutur Salsa sembari memijat keningnya. Sesekali ia menahan gejolak hebat dari perut sehingga ingin memuntahkannya. 

 

"Apa perlu ke klinik dulu, sayang?" tanya Ikbal, ia menghentikan laju mobilnya sebab khawatir pada sang istri.

 

"Gak usah, Mas. Biar aku coba beli obat pereda masuk angin dulu aja di minimarket ya," jawab Salsa, kebetulan mobil mereka berhenti tak jauh dari minimarket.

 

"Ya udah, aku beliin dulu." Ikbal hendak membuka sabuk pengaman, tetapi dihentikan oleh Salsa. 

 

"Gak usah, biar aku sendiri aja, Mas. Lagi pula aku pengen ke toilet," cegah Salsa. 

 

Melihat wajah pucat sang istri, Ikbal kemudian menganggukkan kepala tanda setuju. 

 

Dengan langkah gontai, Salsa memasuki minimarket, ia meminta izin untuk ke toilet karena rasa tak nyaman di perutnya. Setelah mengeluarkan semua penyebab mual, Salsa membeli dua buah tolak angin untuk meredakan meriangnya. 

 

Saat wanita itu hendak keluar dari minimarket, tiba-tiba saja ia teringat kalau bulan ini belum datang bulan, biasanya Salsa selalu datang bulan tepat waktu. Kini, hatinya semakin gusar, terlebih saat mengingat kejadian waktu. 

 

'Oh Tuhan, bagaimana ini?'

 

Mata Salsa terbelalak, jika gejala yang dirasakan adalah tanda kehamilan, apakah mungkin kini dirinya tengah mengandung anak Kiki? 

 

Wanita berhijab pink itu bergegas kembali masuk ke minimarket, kemudian diam-diam ia membeli tespek, Salsa ingin mengecek kondisi sebenarnya agar tenang. 

 

Setelah membayar, Salsa menyembunyikan tespek di kantong plastik paling dalam agar tak ketakutan suaminya. Sebelum pergi, ia berdiri sejenak di depan pintu untuk menguatkan diri. 

 

'Semoga saja setelah aku cek nanti hasilnya negatif, aku gak mau kalau sampai hamil, kalau benar aku hamil, aku pun gak tahu anak di rahimku ini anak siapa."

 

Salsa bergumam dalam hati, netranya kembali menghangat membayangkan kejadian buruk yang mungkin akan menimpanya. Wanita itu yakin Kiki tak akan tinggal diam jika tahu dirinya hamil. 

 

"Sayang ...."

 

Suara Ikbal mengejutkan Salsa yang tengah melamun. Entah sejak kapan suaminya itu berdiri di hadapannya. 

 

Saking terkejutnya, plastik putih berlogo minimarket berisi tespek itu terjatuh dari tangan Salsa. Ujung bungkusnya terlihat jelas karena keluar dari kantong.

 

Melihat benda yang disembunyikannya nampak, Salsa segera mengambilnya sebelum ketahuan oleh sang suami. Namun sayang, ia kalah cepat oleh Ikbal.

 

"Kamu beli apa sayang?" tanya Ikbal sambil mengeluarkan benda di dalam kantong plastik putih berlogo itu. Matanya seketika membulat melihat benda berbungkus kertas biru.

 

"Eee ... aku ...." Salsa sangat gugup. 

 

"Kamu beli tespek, sayang?" tanya Ikbal yang melihat benda tersembunyi. Lelaki itu menatap sang istri penuh selidik.

 

'Duh gimana ini, gimana caranya jelasin sama Mas Ikbal tentang tespek itu?'

 

 

Salsa bergumam dalam hati. Wajahnya pias menahan gundah, pikirannya kalut untuk mencari-cari alasan yang tepat pada suaminya.

 

"Salsa, apa yang kamu beli?" tanya Ikbal dengan suara sedikit meninggi.

 

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ranjang Pengantin Yang Ternoda   Tamat

    "Tiara, makan dulu, yuk!" ajak Rosa.Wanita dengan dandanan menor itu membuka pintu seraya membawakan sepiring nasi dan air di atas nampan. Namun, betapa terkejutnya ia karena tak menemukan Salsa di dalam kamarnya.'Ke mana anak itu?" bisiknya. Rosa mencari Salsa ke setiap ruangan, berharap wanita yang ditabraknya dulu hanya sekadar bosan atau ingin ke toilet. Namun, kepanikannya semakin menjadi setelah menyadari Salsa tak ada di rumahnya. "Tiara ...Tiara ...."Mami Rosa berteriak, mencari Salsa ke seluruh penjuru kamar, wanita itu kembali mengecek ruangan yang sudah dilalui, tetapi nihil, tak ditemukan Salsa di dalam sana."Sial!" umpatnya. Kini rasa takut mulai menghantui, dia ingat tingkah Tiara yang mulai berbeda, akan tetapi Rosa abai dan seakan-akan lupa kalau Salsa adalah korban tabrak lari yang dia manfaatkan. Jika wanita itu mulai ingat dan mengadu pada polisi, maka hancurlah riwayatnya. Dengan penuh amarah Rosa menelpon seseorang untuk mencari Tiara, dia juga mengabari s

  • Ranjang Pengantin Yang Ternoda   Ingatan Salsa Kembali

    Hari terus berlalu, sepulang kerja Ikbal kembali ke tempat pertemuannya dengan wanita mirip Salsa, dengan harapan mereka bisa kembali berjumpa. Benar saja, tak lama kemudian sosok itu kembali melintas dengan wanita lebih tua, tetapi berpenampilan modis dan high class. "Bal, lo pesan apa?" tanya temannya yang baru saja duduk. Namun, Ikbal tak menghiraukan, pria yang bahkan belum sempat menempelkan bokongnya di kursi itu lantas berlari, menyambar tas dan kunci mobil yang teronggok di meja tempat ia dan temannya berkumpul. Tak lupa Ikbal jiga menaruh uang dua lembar pecahan lima puluh ribu di meja. "Sorry, gue buru-buru," ucapnya dengan tatapan tak beralih dari gadis incarannya, Ikbal tergesa-gesa menuju pintu keluar, ia berharap masih bisa mengejar wanita yang mirip dengan Salsa tadi.Sesampainya di parkiran Ikbal segera menyalakan mesin mobilnya lalu melaju dengan kecepatan tinggi, harap-harap cemas agar tak kehilangan jejak.Jalan yang dilalui merupakan jalan satu arah, kemungkina

  • Ranjang Pengantin Yang Ternoda   Ikbal Menemukan Salsa

    "Ahh ... aduh, ssstt ...."Tiara mengaduh dan mendesis seraya mencengkram kepalanya yang tiba-tiba terasa begitu menyakitkan. Sontak hal itu membuat Pak Dirga dan Rosa terkejut. "Tiara, kenapa?" Rosa bertanya dengan paniknya."Sakit Tante, kepala aku sakit lagi, lebih sakit dari sebelumnya," keluh Salsa yang hampir kehilangan keseimbangan."Duh, gimana ini? Kamu kuat, kan?" tanya Rosa.Di saat Salsa sedang kesakitan pun, wanita itu masih menanyakan kesiapan untuk melayani pelanggannya."Memang Tiara kenapa?" tanya pak Dirga yang mulai tak bergairah melihat Tiara kesakitan."Dia pernah kecelakaan dan kepalanya cedera, jadi masih kadang sakit," jawab Rosa jujur.Pak Dirga bergeming, ia semakin yakin dengan firasatnya tentang sang gadis, itupun yang membuatnya sangat penasaran sehingga rela membayar mahal. Kini, dia semakin yakin bahwa Salsa dan Tiara adalah orang yang sama."Oh, pernah kecelakaan?" ulang Pak Dirga, seketika saja pria itu tersenyum sinis. Sudah lama ia memiliki hasrat

  • Ranjang Pengantin Yang Ternoda   Salsa Menjadi Wanita Penghibur

    Di rumah mewahnya, seorang wanita masih sangat gusar, sambil sesekali menatap wanita terluka di hadapannya. Meski dokter mengatakan dia baik-baik saja, tetapi wanita bernama Rosa itu merasa khawatir. Drrt.... drtttt.... Ponsel Rosa berdering, dengan sangat antusias wanita itu menerimanya. "Hallo, bagaimana?" tanyanya setengah panik. "Anda tenang saja, CCTV dan berbagai bukti sudah diamankan."Wajah gundah wanita berpakaian seksi itu seketika semringah, seakan-akan kegundahannya hilang begitu saja. "Baik, kerja bagus," jawabnya lalu mematikan panggilan. Di waktu bersamaan Rosa mondar mandir seakan tengah berpikir, sesekali ditatapnya wajah Salsa yang menurutnya sangat cantik dan komersial. Sementara itu, setelah lama pingsan kedua mata terbuka, dia menyapu seluruh ruangan berdinding putih dengan raut bingung."Awwww, sssssst." Salsa meringis, membuat Rosa langsung panik dan duduk di sampingnya. Kepala Salsa terasa kian. Dengan susah payah dia berusaha untuk bangkit, tetapi luka

  • Ranjang Pengantin Yang Ternoda   Salsa Hilang

    Malam semakin larut, tetapi Salsa tak bisa memejamkan mata, padahal kantuk menyerang raganya."Kenapa perasaan aku tiba-tiba nggak enak begini, ya?" bisik Salsa.Hatinya tiba-tiba dilanda gundah, ada rasa takut dan khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya. Terlebih malam ini suasana sekitar rumahnya terasa begitu sepi.Salsa melirik jam dinding sekilas, hari sudah pukul dua pagi, tetapi ia masih belum bisa terlelap meski berkali-kali berusaha memejamkan mata."Duh, perutku nggak enak lagi."Salsa berbisik sambil berjalan ke toilet karena merasa ingin buang air kecil.Brakk.... Salsa yang baru saja membuang hajatnya tiba-tiba saja terkejut mendengar suara benda jatuh. Seketika saja wanita itu tersentak dan ketakutan. Dengan langkah ragu ia berjalan perlahan. "Siapa?" Salsa sangat panik, tetapi ia harus memastikan siapa yang masuk ke rumahnya tengah malam begini.Baru saja Salsa keluar dari toilet, ia melihat seorang laki-laki dengan kupluk hitam keluar dari kamarnya, me

  • Ranjang Pengantin Yang Ternoda   Firasat Buruk

    Sore hari Kevin dan Hasna pergi ke sungai. Berbagai tempat di kampung halaman Hasna masih begitu asri hingga membuat pria itu terhipnotis dengan pesona alamnya. Nampak beberapa anak kecil sedang mandi dan bermain di pinggir sungai."Adem banget disini," ucap Kevin sambil meregangkan tangan lalu menghirup udara dan mengembuskannya perlahan.Selama di sana, dia merasakan kehangatan keluarga meskipun tersiksa lantaran harus berpura-pura. Di tempat ini, Kevin seakan-akan tengah berlibur sejenak dari penatnya kebohongan. "Ya, waktu kecil aku sama temen-temen suka banget main di sini. Tetap, setelah menginjak remaja ibu ajak aku ke kota tinggal di rumah Salsa, semenjak itu aku jarang banget main di sungai ini."Pandangan Hasna menerawang, mengingat keseruan masa kecilnya sebelum ia pindah ke Jakarta.Mendengar nama Salsa, tiba-tiba saja ada gelenyar aneh di hati Kevin. Ada sedikit nyeri mengingat wanita yang ia cintai. Namun kini, hatinya telah berusaha untuk ikhlas menerima sebuah ketetap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status