Share

Pura-Pura Perawan

Author: Yulistriani
last update Last Updated: 2023-01-26 16:00:09

 

Jantung Salsa berdetak tak beraturan, ketakutan semakin melanda hatinya. Wajah wanita itu memerah saking takutnya. Namun, kemerahan di pipi itu justru membuat wajahnya merona sehingga kecantikannya kian memancar.

 

"Emm ... i-ini Mas, aku lagi...." 

 

 

Perkataan Salsa menggantung karena langsung dipotong oleh Kiki.

 

"Ini Bang, tadi kak Salsa kelilipan terus aku bantu tiupin matanya, kan kasian," jawab Kiki santai. Lelaki itu bersikap setenang mungkin sehingga Ikbal tak curiga sama sekali. 

 

"Oh gitu ... tuh kan sayang, apa aku bilang. Kiki itu baik dan perhatian, kamu kelilipan aja dia perhatian kan? Berarti dia memang bisa lindungi kamu sebagai kakak perempuannya," ujar Ikbal dengan seutas senyum di bibirnya.

 

Gemuruh di dada Salsa sudah mulai mereda, meskipun ia tak suka dengan cara Kiki membohongi suaminya, tetapi ia lega karena selamat untuk hari ini.

 

 

"Pintar sekali laki-laki itu berkilah, dia berkata seolah-olah tak terjadi apa-apa, sehingga Mas Ikbal dengan mudahnya percaya sama dia," gerutu Salsa kesal.

 

"Iya Mas, aku tadi haus, terus tiba-tiba kelilipan, kebetulan ada Kiki juga datang, jadi aku minta tolong," timpal Salsa, meski hatinya menolak, tetapi pada akhirnya ia ikut berbohong juga. 

 

Memang benar, kebohongan akan terus membuahkan kebohongan yang lain. Namun, untuk saat ini Salsa masih belum siap menerima konsekuensinya. Meskipun ia adalah korban, tetapi ia takut Kiki akan playing victim nantinya. 

 

Salsa takut, musibah itu akan menjadi boomerang untuknya. Kini, ia mengerti mengapa korban pelecehan kerap diam dan tak berani bertindak. Ternyata itu karena mentalnya sangat tertekan.

 

Andai dirinya meminta bantuan pada orang yang lebih ahli, tetap saja aibnya pasti akan terbongkar. Terlebih ia tak memiliki bukti apapun dan tak bisa menuntut Kiki andai harus melapor ke pihak berwajib. 

 

"Oh, ya sudah, ke kamar lagi, yuk," ajak Ikbal kemudian. 

 

Salsa melangkahkan kaki, ia melewati Kiki dengan angkuh lantaran menahan gejolak amarah yang begitu besar pada adik iparnya. Namun, Kiki justru semakin gemas pada Salsa, hasratnya untuk memiliki Salsa semakin berkobar.

 

***

 

Malam sudah semakin larut, tetapi sedikitpun Salsa tak bisa terpejam, kata-kata Kiki barusan masih terus terngiang-ngiang di kepalanya.

 

Salsa tak bisa membayangkan bagaimana jika kelak dirinya hamil anak Kiki, pasti Ikbal akan curiga, sedangkan sampai saat ini, Ikbal belum pernah menyentuhnya sama sekali.

 

Itu artinya, Salsa harus segera melakukan kewajibannya sebagai seorang istri agar kelak jika dia hamil, Ikbal tak curiga.

 

Namun, Salsa bingung, entah dari mana dan bagaimana ia akan memulainya. Salsa takut, jika ritual pengantin itu dilakukan, maka semua akan terbongkar bahwa dirinya sudah bukan seorang gadis.

 

"Mas, maafin aku, ya," bisik Salsa dengan air mata mengalir, ia mengelus lembut pupu Ikbal yang tengah tertidur pulas. 

 

 

******* 

 

Pagi menjelang, Salsa menyiapkan sarapan untuk sang suami. Sebelum Ikbal berangkat, ia meminta izin pulang ke rumah ibunya.

 

Tentu saja Ikbal mengizinkan karena jarak rumah orangtua Salsa dengan rumah yang mereka tempati tidak terlalu jauh.

 

Kiki juga pulang ke rumah ibu mertua Salsa lebih awal dari perencanaan. Baguslah, Salsa merasa tenang jika Kiki pergi dari rumahnya. Selain karena merasa takut dilecehkan lagi, Salsa juga merasa terancam.

 

Sehingga, dengan kepulangan Kiki--Salsa bisa mengeksekusi rencana yang sudah ia bicarakan dengan ibunya tempo hari. 

 

Sesampainya di rumah orangtuanya, Salsa langsung menceritakan kronologi kejadian itu pada ibunya.

 

Di sana Salsa menangis sesegukan. Ia terpukul atas musibah yang menimpa dirinya sehingga mengancam keutuhan rumah tangganya.

 

Begitupun ibunya Salsa, wanita paruh baya itu jauh lebih terpukul atas tragedi yang menimpa anak gadisnya. Anak gadis yang ia jaga dan didik segenap jiwa raga agar menjaga kesucian hanya untuk suaminya. 

 

Namun, setelah resmi menjadi istri dari orang lain anak gadisnya justru dirudapaksa oleh orang lain. Sungguh, hal itu sangat menyakitkan bagi ibunya Salsa. Sebagai orang tua, ia ingin lelaki yang telah menghacurkan anaknya dihukum dengan hukuman yang seberat-beratnya. 

 

Hanya saja, mengingat hukum di negeri ini yang kerap tumpul ke bawah, ia merasa enggan. Ia khawatir bukan pertolongan yang didapat, tetapi malah cacian yang diterima. 

 

"Sudah, Nak, gak usah nangis lagi ya, yang sudah biarlah. Sebenarnya ibu ingin kamu jujur sama Ikbal. Tapi, mengingat sifatnya yang tempramental ibu jadi takut. Biarlah hal pahit ini menjadi rahasia kita berdua," kata Ibunya Salsa sembari memeluk anakny dengan air mata mengalir. 

 

 

Meski terasa menyakitkan, tetapi  menangisi sesuatu yang telah terjadi tak akan bisa mengubah keadaan. Saat ini fokusnya hanyalah mempertahankan keutuhan rumah tangga Salsabila dan Ikbal demi menutup aib.

 

Setelah suasana hati mulai tenang, ibu Salsa memberikan sebuah botol kecil pada putrinya. Tanpa berkata-kata ibu dan anak itu hanya saling berpandangan nanar. 

 

"Ya sudah Bu, kalau begitu Salsa pulang, ya," kata Salsa, ia bangkit dan berpamitan. 

 

"Iya, jangan lupa dan hati-hati saat melakukannya ya Sa," pesan ibunya sambil melambaikan tangan melepas kepergian anaknya.

 

Matanya nampak berkaca-kaca menghawatirkan kemungkinan buruk yang terjadi pada sang putri.

 

"Iya Bu, terima kasih ya," ucap Salsa seraya membalas lambaian tangan ibunya, lalu mobilnya melaju meninggalkan halaman rumah dua lantai itu.

 

*****

 

Setelah shalat isya, Salsa mengganti pakaiannya dengan lingerie kemudian merias wajahnya. Sementara Ikbal pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang bau keringat lantaran baru saja pulang kerja.

 

Salsa memoles bibirnya dengan lipstik berwarna merah, tak lupa ia juga memakai wewangian yang sangat disukai suaminya.

 

Wanita itu menatap wajah cantiknya di pantulan cermin. Ada gurat kekhwatiran di sana. Namun, sekuat tenaga ia mengesampingkan semuanya. 

 

Pandangannya kini beralih pada segelas air yang berada di hadapannya. Terpaksa, Salsa memberikan obat per*ngs*ng pada minuman suaminya agar Ikbal tak begitu sadar dengan aibnya.

 

Setelah itu, Salsa lantas mengambil benda kecil yang isinya seperti darah lalu ia menumpahkan sedikit di balik selimut untuk melancarkan aksinya.

 

"Semoga berhasil," gumam Salsa.

 

Setelah membersihkan tubuhnya, Ikbal menghampiri Salsa, aura maskulin dari lelaki berjambang tipis itu memancar. Membuat wanita mana saja tergoda untuk memilikinya.

 

"Andai saja kondisinya tidak seperti ini, aku dan Mas Ikbal pasti menjadi orang yang sangat bahagia," desis Salsa dalam hati yang diliputi kegetiran. 

 

"Sayang, sebelum dimulai kamu minum dulu ya, biar kuat he ... he," goda Salsa sambil memberikan minuman yang sudah dicampur dengan zat lain itu. 

 

 

"Oke sayang," jawab Ikbal sambil meneguk habis air minum yang disediakan.

 

 

"Mas ...." ucap Salsa sembari bergelayut manja. 

 

"Apalagi, sayang?" tanya Ikbal.

 

"Aku masih malu, he ... boleh enggak kalau lampunya di matiin aja," pinta Salsa.

 

"Masa sama aku aja malu, yaudah deh demi kamu apa sih yang enggak," jawab Ikbal sambil mencubit pipi istrinya.

 

Ikbal mematikan lampu kamar, dan mereka hanyut dalam buaian cinta.

 

***

 

Suara azan subuh membangunkan Ikbal yang terlelap. Lelaki itu tersenyum saat melihat ada noda darah di sprey. Ia lantas mencium kening istrinya lembut hingga Salsa terbangun. 

 

"Terima kasih sudah menjadi istri terbaik, dan menjadi wanita terbaik sayang. Aku bahagia dan bangga sama kamu," tutur Ikbal sambil memeluk istrinya yang baru saja bangun tidur. 

 

Ikbal dan Salsa lantas bangun kemudian menaruh sprey yang telah bernoda merah ke tempat keranjang kotor dan menggantinya dengan sprey baru.

 

"Maafkan aku, Mas. Maafkan aku telah berbohong, semua demi keutuhan rumah tangga kita," gumam Salsa dalam hati saat melihat suaminya yang antusias mengganti sprey baru.

 

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ranjang Pengantin Yang Ternoda   Tamat

    "Tiara, makan dulu, yuk!" ajak Rosa.Wanita dengan dandanan menor itu membuka pintu seraya membawakan sepiring nasi dan air di atas nampan. Namun, betapa terkejutnya ia karena tak menemukan Salsa di dalam kamarnya.'Ke mana anak itu?" bisiknya. Rosa mencari Salsa ke setiap ruangan, berharap wanita yang ditabraknya dulu hanya sekadar bosan atau ingin ke toilet. Namun, kepanikannya semakin menjadi setelah menyadari Salsa tak ada di rumahnya. "Tiara ...Tiara ...."Mami Rosa berteriak, mencari Salsa ke seluruh penjuru kamar, wanita itu kembali mengecek ruangan yang sudah dilalui, tetapi nihil, tak ditemukan Salsa di dalam sana."Sial!" umpatnya. Kini rasa takut mulai menghantui, dia ingat tingkah Tiara yang mulai berbeda, akan tetapi Rosa abai dan seakan-akan lupa kalau Salsa adalah korban tabrak lari yang dia manfaatkan. Jika wanita itu mulai ingat dan mengadu pada polisi, maka hancurlah riwayatnya. Dengan penuh amarah Rosa menelpon seseorang untuk mencari Tiara, dia juga mengabari s

  • Ranjang Pengantin Yang Ternoda   Ingatan Salsa Kembali

    Hari terus berlalu, sepulang kerja Ikbal kembali ke tempat pertemuannya dengan wanita mirip Salsa, dengan harapan mereka bisa kembali berjumpa. Benar saja, tak lama kemudian sosok itu kembali melintas dengan wanita lebih tua, tetapi berpenampilan modis dan high class. "Bal, lo pesan apa?" tanya temannya yang baru saja duduk. Namun, Ikbal tak menghiraukan, pria yang bahkan belum sempat menempelkan bokongnya di kursi itu lantas berlari, menyambar tas dan kunci mobil yang teronggok di meja tempat ia dan temannya berkumpul. Tak lupa Ikbal jiga menaruh uang dua lembar pecahan lima puluh ribu di meja. "Sorry, gue buru-buru," ucapnya dengan tatapan tak beralih dari gadis incarannya, Ikbal tergesa-gesa menuju pintu keluar, ia berharap masih bisa mengejar wanita yang mirip dengan Salsa tadi.Sesampainya di parkiran Ikbal segera menyalakan mesin mobilnya lalu melaju dengan kecepatan tinggi, harap-harap cemas agar tak kehilangan jejak.Jalan yang dilalui merupakan jalan satu arah, kemungkina

  • Ranjang Pengantin Yang Ternoda   Ikbal Menemukan Salsa

    "Ahh ... aduh, ssstt ...."Tiara mengaduh dan mendesis seraya mencengkram kepalanya yang tiba-tiba terasa begitu menyakitkan. Sontak hal itu membuat Pak Dirga dan Rosa terkejut. "Tiara, kenapa?" Rosa bertanya dengan paniknya."Sakit Tante, kepala aku sakit lagi, lebih sakit dari sebelumnya," keluh Salsa yang hampir kehilangan keseimbangan."Duh, gimana ini? Kamu kuat, kan?" tanya Rosa.Di saat Salsa sedang kesakitan pun, wanita itu masih menanyakan kesiapan untuk melayani pelanggannya."Memang Tiara kenapa?" tanya pak Dirga yang mulai tak bergairah melihat Tiara kesakitan."Dia pernah kecelakaan dan kepalanya cedera, jadi masih kadang sakit," jawab Rosa jujur.Pak Dirga bergeming, ia semakin yakin dengan firasatnya tentang sang gadis, itupun yang membuatnya sangat penasaran sehingga rela membayar mahal. Kini, dia semakin yakin bahwa Salsa dan Tiara adalah orang yang sama."Oh, pernah kecelakaan?" ulang Pak Dirga, seketika saja pria itu tersenyum sinis. Sudah lama ia memiliki hasrat

  • Ranjang Pengantin Yang Ternoda   Salsa Menjadi Wanita Penghibur

    Di rumah mewahnya, seorang wanita masih sangat gusar, sambil sesekali menatap wanita terluka di hadapannya. Meski dokter mengatakan dia baik-baik saja, tetapi wanita bernama Rosa itu merasa khawatir. Drrt.... drtttt.... Ponsel Rosa berdering, dengan sangat antusias wanita itu menerimanya. "Hallo, bagaimana?" tanyanya setengah panik. "Anda tenang saja, CCTV dan berbagai bukti sudah diamankan."Wajah gundah wanita berpakaian seksi itu seketika semringah, seakan-akan kegundahannya hilang begitu saja. "Baik, kerja bagus," jawabnya lalu mematikan panggilan. Di waktu bersamaan Rosa mondar mandir seakan tengah berpikir, sesekali ditatapnya wajah Salsa yang menurutnya sangat cantik dan komersial. Sementara itu, setelah lama pingsan kedua mata terbuka, dia menyapu seluruh ruangan berdinding putih dengan raut bingung."Awwww, sssssst." Salsa meringis, membuat Rosa langsung panik dan duduk di sampingnya. Kepala Salsa terasa kian. Dengan susah payah dia berusaha untuk bangkit, tetapi luka

  • Ranjang Pengantin Yang Ternoda   Salsa Hilang

    Malam semakin larut, tetapi Salsa tak bisa memejamkan mata, padahal kantuk menyerang raganya."Kenapa perasaan aku tiba-tiba nggak enak begini, ya?" bisik Salsa.Hatinya tiba-tiba dilanda gundah, ada rasa takut dan khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya. Terlebih malam ini suasana sekitar rumahnya terasa begitu sepi.Salsa melirik jam dinding sekilas, hari sudah pukul dua pagi, tetapi ia masih belum bisa terlelap meski berkali-kali berusaha memejamkan mata."Duh, perutku nggak enak lagi."Salsa berbisik sambil berjalan ke toilet karena merasa ingin buang air kecil.Brakk.... Salsa yang baru saja membuang hajatnya tiba-tiba saja terkejut mendengar suara benda jatuh. Seketika saja wanita itu tersentak dan ketakutan. Dengan langkah ragu ia berjalan perlahan. "Siapa?" Salsa sangat panik, tetapi ia harus memastikan siapa yang masuk ke rumahnya tengah malam begini.Baru saja Salsa keluar dari toilet, ia melihat seorang laki-laki dengan kupluk hitam keluar dari kamarnya, me

  • Ranjang Pengantin Yang Ternoda   Firasat Buruk

    Sore hari Kevin dan Hasna pergi ke sungai. Berbagai tempat di kampung halaman Hasna masih begitu asri hingga membuat pria itu terhipnotis dengan pesona alamnya. Nampak beberapa anak kecil sedang mandi dan bermain di pinggir sungai."Adem banget disini," ucap Kevin sambil meregangkan tangan lalu menghirup udara dan mengembuskannya perlahan.Selama di sana, dia merasakan kehangatan keluarga meskipun tersiksa lantaran harus berpura-pura. Di tempat ini, Kevin seakan-akan tengah berlibur sejenak dari penatnya kebohongan. "Ya, waktu kecil aku sama temen-temen suka banget main di sini. Tetap, setelah menginjak remaja ibu ajak aku ke kota tinggal di rumah Salsa, semenjak itu aku jarang banget main di sungai ini."Pandangan Hasna menerawang, mengingat keseruan masa kecilnya sebelum ia pindah ke Jakarta.Mendengar nama Salsa, tiba-tiba saja ada gelenyar aneh di hati Kevin. Ada sedikit nyeri mengingat wanita yang ia cintai. Namun kini, hatinya telah berusaha untuk ikhlas menerima sebuah ketetap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status