Share

Ranjang Suami yang Terbagi
Ranjang Suami yang Terbagi
Author: Rira Faradina

Bab 1

Author: Rira Faradina
last update Last Updated: 2022-08-11 10:56:18

"Kapan mereka akan selesai bermesraan di sana?" keluh Vania gelisah karena melihat Rendi dan Karin yang masih bicara di dekat pintu. Bukan apa-apa, tapi wanita itu ingin segera pergi ke kantor. Dari balik bahu, ia melirik jam dinding sambil menggerutu.

"Sepertinya, aku akan terlambat," gumamnya pelan.

Ekor mata Vania masih belum lepas menatap mereka yang masih asyik saling menatap di sana. Dengan senyum tipis, Karin merapikan dasi di leher Rendi. Membuat dada Vania terasa sesak.

Kembali, Vania melirik jam di dinding. Seharusnya, ia sudah berangkat sejak sepuluh menit yang lalu. Jika ia terus menunggu, bukan tak mungkin dirinya bisa telat untuk rapat bulanan pagi ini.

Sengaja, Vania mengetuk ujung sepatu yang dipakainya agar menimbulkan suara. Untung saja, usahanya berhasil. Akhirnya pasangan suami istri itu sekarang menoleh padanya.

"Ehem ... Kau mau pergi, Vania?" sapa Rendi datar. Berbeda dengan tatapan yang dia berikan pada istri pertamanya.

"Iya, mas. Maaf, aku pergi dulu. Mbak Karin, aku berangkat." Vania pamit dan melintas di hadapan mereka berdua tanpa menoleh.

"Vania ...!"

Refleks, wanita itu menoleh ketika mendengar Karin memanggilnya. "Ada apa, mbak?"

"Jangan pulang terlalu malam. Nanti rencananya, mbak akan masak ayam kecap kesukaanmu," ujar Karin tersenyum.

"Terima kasih, Mbak. Maaf, tapi sepertinya aku akan pulang terlambat lagi malam ini. Ada acara sama teman kantor." Vania beralasan.

"Apa harus datang ke sana? Tak bisakah sekali kali kau pulang lebih awal?" keluh Rendi sambil melempar pandangan sendu pada Karin.

Vania benci dengan tatapan itu. Tatapan penuh kasih sayang yang diperlihatkan Rendi untuk kakak madunya itu. Tatapan mata penuh dambaan yang tak pernah sekali pun lelaki itu perlihatkan padanya.

"Maaf mas, tapi, aku sudah janji. Permisi, aku berangkat ke kantor dulu."

Vania langsung membalikkan badan, menghindar dari tatapan mata mereka berdua. Dia berlalu pergi meninggalkan mereka yang masih memandanginya. Ia tahu, Rendi mungkin kesal karena sikapnya ini. Tapi, ia malas jika nantinya harus melihat kemesraan mereka berdua kembali di meja makan.

Helaan nafas panjang terdengar dari bibirnya. Menikah di usia 23 tahun karena perjodohan. Sungguh, ini bukanlah keinginannya.

Tiga bulan lalu, Narendra Syauqi Atmadja menikahinya karena permintaan kedua orang tuanya walaupun pria itu telah memiliki Karin, istri pertamanya yang dinikahi lelaki itu lima tahun yang lalu.

Istri kedua, itulah status Vania di rumah ini. Gadis yang terpaksa dinikahi Rendi karena Karin tidak bisa memberikan seorang penerus. Awalnya, Vania menolak keras untuk menjadi orang ketiga dalam pernikahan mereka, tapi keadaan yang memaksanya untuk menerima pernikahan ini.

Sejak Vania kecil, kedua orang tuanya sudah bekerja di rumah keluarga Atmadja. Sudah 20 tahun bapaknya mengabdi sebagai sopir di keluarga Hardi Atmadja, yang sekarang telah menjadi papa mertuanya. Sedang ibu, dulunya dia bekerja sebagai pelayan yang merawat Martha, Neneknya Rendi. Sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga.

Vania tak mampu menolak perjodohan ini karena keluarga Atmadja yang memberikan tempat berteduh dan membiayai pendidikannya hingga ke bangku kuliah. Sebagai anak satu-satunya, ia merasa inilah caranya berbakti membalas jasa mereka kepada kedua orang tuanya.

"Vania! Kau tidak mau berangkat bersama denganku?" Suara Rendi terdengar dari arah belakang, sedikit mengejutkannya.

Vania menggeleng cepat.

"Tidak mas, terima kasih. Aku naik taksi saja, sebentar lagi, taksinya akan tiba."

Ekspresi dan tatapan mata Rendi nampak dingin. Tak terlihat jika dia kecewa ataupun khawatir akibat penolakan Vania.

Sudah cukup jelas bukan? Di hatinya, hanya ada Karin saja. Sepertinya, tidak akan pernah ada ruang untuk Vania di sana.

Yah, cinta Rendi hanyalah untuk istri pertamanya. Itulah yang Vania lihat selama menjadi istrinya. Mungkin, Vania terlalu berharap untuk bisa sedikit menyentuh hati lelaki itu, agar bisa sedikit memberinya cinta.

"Ah," sudut bibirnya berkedut.

Vania menghentakkan kakinya. Dia sengaja melakukannya. Entah mengapa tatapan mata Rendi kini membuatnya jengah.

"Masuk ke mobil, Vania!" Terdengar suara Rendi memerintah.

Vania bergeming, mengabaikan ucapan Rendi, dan lebih memilih menunggu taksi yang dipesannya tiba.

"Vania!"

"Aku bisa pergi sendiri, mas!" jawab Vania setengah berteriak lalu memalingkan wajahnya.

"Tak bisakah sekali saja kau tidak membantah, Vania?"

Arghh!

Terdengar erangan pelan dari bibir Vania ketika dengan cepat tangan Rendi menarik kasar lengannya. Memaksa tubuh feminim itu masuk ke dalam mobilnya.

"Kau benar-benar keras kepala, tak bisakah kau menuruti ucapanku?!" ujar Rendi begitu mereka berdua sudah duduk di dalam mobil.

"Kenapa mas? Kau tidak suka?"

Rendi memutar kunci mobilnya dan mengabaikan ucapan Vania yang seakan ingin memancing kemarahannya. Suara mesin mobil yang menyala kini terdengar, membuat Vania memalingkan wajahnya.

Vania masih melihat lambaian tangan Karin dari balik spion mobil. Tak lama, mobil yang dikemudikan Rendi menghilang dibalik pagar besi nan menjulang itu.

Sepanjang perjalanan mereka tidak saling bicara, Vania lebih memilih memandang ke luar jendela. Sedang Rendi fokus dengan kemudi di tangannya, tentunya dengan raut wajahnya yang dingin.

"Apa kau juga akan mengikutiku hingga ke dalam?" ketus Vania bertanya ketika melihat Rendi yang ikut keluar dari mobil.

"Aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja, aku tak suka jika ada yang menatapmu cukup lama," sahut Rendi dengan arah pandangan mata tertuju pada seorang rekan kerja Vania yang sedang memandangnya.

"Astaga, kau benar benar menyebalkan, mas!" keluh Vania sambil menghentakkan ujung sepatunya, meninggalkan Rendi yang menatapnya dengan sudut bibir yang melengkung.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fahmi
Kamu benar benar menyebalkan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 90 / Ending

    Beberapa bulan kemudian."Mas, boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Vania sambil menggendong Arjuna, putra mereka."Kau bebas bertanya apapun padaku," jawab Rendi sambil menjawil pipi Arjuna yang menggemaskan."Apa kau pernah merindukan Mbak Karin?" Mendengarnya, Rendi tersenyum lalu mengambil Arjuna dari gendongan Vania." Mengapa bertanya seperti itu?" Balasnya."Aku hanya ingin tahu saja," sahut Vania cemberut."Terkadang aku masih merindukannya," goda Rendi sambil melirik Vania yang semakin cemberut."Begitukah, kau menyesal bercerai dengannya?" Cecar Vania kemudian.Kali ini Rendi menghela nafas panjang, lalu menarik lembut tangan Vania, mengajaknya duduk di gazebo yang ada di sudut halaman rumah mereka."Aku tidak menyesali apapun, princess. Bagiku Karin tetaplah seorang istri yang baik hanya saja jodoh kami sudah selesai. Karena saat ini dan selamanya hanya ada kau saja di hatiku. Apa jawaban itu sudah cukup?" Vania memalingkan wajahnya, melihat sikap istrinya yang terlihat sedan

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 89

    Karin tertawa getir mendengarnya." Apa kau tahu jika aku sengaja melakukannya, karena rasa cemburu ku padamu, Vania?" Ucap Karin mengakuinya.Mendengarnya Vania seolah kehilangan kata-kata, meski sebelumnya ia sudah dapat mengira namun tak menyangka jika kakak madunya ternyata melakukan hal ini padanya.Suasana ruangan itu hening sesaat, entah mengapa diantara mereka kini saling membuang pandangan seakan ingin menyembunyikan perasaan mereka masing-masing."Tapi kau tak harus bercerai dari Mas Rendi, mbak. Kau adalah isteri pertamanya, seseorang yang telah lebih dulu berada disisinya, jika hanya karena seorang keturunan memaksamu untuk menjauh dari Mas Rendi, mengapa tidak aku saja yang melakukannya?""Princess," sebut Rendi spontan, lelaki itu seperti tak suka dengan kalimat yang baru saja dilontarkan Vania.Karin kembali mengulas senyum getir saat melihat perubahan sikap Rendi. "Mas Rendi mencintaimu, Vania. Tidakkah kau sadari itu? Apa kau masih tidak ingin mengerti jika kehadiranku

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 88

    ""Mengapa kau bersikeras ingin berpisah, Karin?"Mendengarnya, Karin tersenyum getir. "Aku sudah yakin bahwa kau adalah orang pertama yang akan bertanya padaku, mas." Jawabnya pelan.***Pandangan mata semua orang kini tertuju pada Karin, seakan menunggu jawaban yang akan terlontar dari bibir wanita itu, namun Karin bergeming sesaat, seolah-olah mengabaikan pertanyaan yang baru saja dilontarkan suaminya tersebut padanya. Tak lama akhirnya suaranya terdengar."Sebelum itu, aku ingin minta maaf pada kalian semua karena telah mencemaskanku. Sungguh, aku tak bermaksud untuk menghindar ataupun lari. Beberapa hal yang terjadi belakangan ini cukup menguras emosi, hingga kuputuskan untuk menenangkan diri sejenak," tutur Karin memulai penjelasannya."Apa harus dengan melayangkan gugatan cerai, mbak?" Vania memprotes keputusan Karin.Mendengarnya Karin tersenyum getir lalu memalingkan wajahnya dari sorot pandang mata Vania yang tajam. Helaan nafas panjang terdengar dari bibirnya, seakan sedang

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 87

    "Entah mengapa aku merasa jika kau terpaksa mengambil keputusan ini, mbak. Aku tahu dari dalam hatimu, kau sangat mencintai Mas Rendi," lirih Vania mengucapkannya, lalu kembali melempar pandangan ke luar jendela. Menatap bayinya yang tengah tertidur dalam gendongan Sumi.***Sidang pertama perceraian Rendi dan Karin akhirnya selesai digelar. Namun Karin tak juga terlihat di persidangan tersebut, membuat kesal Rendi yang sedari tadi menunggu kehadirannya.Sejak gugatan hingga masuk ke tahap persidangan, Karin masih belum menampakkan dirinya, meski beberapa kali Rendi berusaha menelpon dan berkirim pesan padanya, tetap saja tidak mampu membuat Karin pulang ke rumah mereka.Karin juga tidak terlihat saat gelaran aqiqah bayi Vania, hanya kiriman kado darinya saja yang datang menghampiri, kelihatannya Karin sengaja menghindari bertemu dengan semua orang yang berhubungan dengannya. Wanita itu seolah sengaja menjauh dari mereka.Keputusan Karin untuk bercerai sepertinya sudah tak terbendung

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 86

    "Istirahatlah princess, karena aku akan menjaga kalian berdua," lirih Rendi dengan pandangan matanya yang terlihat berkaca-kaca menatap Vania dan bayi mereka secara bergantian.***Karin menyeka air matanya yang menetes, hatinya begitu nyeri saat ini. Keputusannya untuk bercerai dari Rendi membuat perasaan hancur.Tak dapat dipungkiri, untuk kedua kalinya ia harus patah hati. Baik Hans maupun Rendi, kedua lelaki itu tak bisa dimilikinya, membuat Karin harus berlapang dada untuk menerima guratan nasibnya.Matanya kini memerah sebab air matanya. Beberapa kali ia mengutuk dirinya karena bisa terjebak dalam situasi seperti ini. Entah mengapa ia harus kembali mengalami rasa sakit ini. Membuat bibirnya kini merutuki nasibnya sendiri.Tangan Karin masih memutar kemudi mobilnya. Panggilan telepon dari Rendi beberapa saat lalu kini membuat suasana hatinya semakin nyeri. Ingin sekali ia berharap bahwa semua ini adalah mimpi agar ia tak perlu terbangun dan merasakan semua hal yang menyakitkan ini

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 85

    "Kau terlihat gelisah, mas. Apa ada masalah?" Mendengarnya, Rendi lalu menghela nafas berat."Iya, pengacara Karin baru saja menelponku, beliau bilang bahwa Karin telah mendaftarkan gugatan cerainya ke pengadilan agama," jawab Rendi, nada suaranya terdengar parau.***"Gugatan cerai?" Ucap Vania seakan tak percaya. Terlihat keningnya seketika berkerut."Benar, pengacaranya berkata seperti itu padaku," tegas Rendi sambil menganggukkan kepalanya."Mustahil?""Rasanya aku tak bisa mempercayainya? Bukankah sebelumnya ia begitu sangat menginginkan bayiku agar bisa terus bersamamu, mas. Lalu kenapa sekarang ingin bercerai?" Vania mendesis seolah tak yakin jika Karin benar-benar melakukannya."Entahlah, aku juga tak tahu alasannya, kurasa aku harus mengajak Karin bicara. Aku ingin tahu apa alasannya kali ini setelah sebelumnya begitu sangat menginginkan bayimu," pungkas Rendi.Untuk beberapa saat, diantara mereka tak ada yang bicara seakan sibuk dengan pikirannya masing-masing hingga akhirny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status