Share

Melompat ke laut

Author: Emmy Liana
last update Last Updated: 2023-01-01 20:43:23

Tiga malam sebelumnya.

Zanet mendengar suara pria yang sudah menodainya semalam. Namun tubuhnya sangat sulit di gerakkan. Tubuhnya dipenuhi lebam, apalagi wajahnya.

"Tuan, bagaimana dengan wanita ini. Apa yang saya harus lakukan untuknya?"

Terdengar siara asistrn pribadinya bertanya.

"Terserah."

Jawaban singkat pria itu mampu mengiris-iris hati Zanet.

Lima belas menit kemudian, tak terdengar apa pun lagi setelah bunyi pintu tertutup.

Zanet berusaha membuka matanya, namun matanya terasa sangat perih. Dia mencoba menggerakkan tubuhnya agar bisa berbaring miring. Sekuat tenaga, dia berusaha untuk bangun, namun apa daya kekuatanya selemah itu.

Zanet menangis, meratapi nasibnya. Sungguh kelakuan Isabel sangat tak manusiawi. Jika dia merebut Gio darinya, Zanet sudah merelakannya. Siapa sangka perbuatannya saat ini sungguh di luar dugaan.

Menjualnya pada pria arogan. Dan berakhir di atas ranjang yang sungguh kemewahan kamar ini sempat membuatnya takjub, tapi

tidak lagi. Satu kata yang dia lontarkan 'menjijikan.'

Dia terus mengutuk pria arogan itu di dalam hati. Deraian air matanya menjadi saksi bisu, bagaimana terlukanya dia saat ini.

Zanet merasa tak pernah melakukan kesalahan pada pria itu. Lalu kenapa dia menyebut balas dendam padanya. Ada hubungan apa mommy Viona dengan pria arogan itu. Hingga dia mendapatkan perlakuan buruk seperti ini.

Zanet menghapus air matanya yang terus mengalir di pipinya. Sekuat tenaga dia mencoba untuk menggerakkan tubuhnya. Dia harus bisa, apa pun yang terjadi. Sejauh perlakuan buruk mommy Viona dan Isabel, malam tadi yang terburuk baginya. Dimana kesuciannya direnggut secara paksa. Bahkan binatang pun masih diperlakukan adil oleh manusia. Tapi, kelakuan pria arogan semalam, tak lebih dari kelakuan binatang.

Zanet terus mengasihani dirinya sendiri. Betapa menyakitkan menjadi dirinya. Tak pernah merasakan kasih sayang mommy Viona, dan kini dia harus menaggung kesalahan mommy Viona. Entah balas dendam dengan alasan apa, dengan brutal pria itu menyiksanya.

Perlahan, Zanet berhasil memiringkan tubuhnya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk bisa bangun dari tempat tidur. Pakaian satin mewahnya semalam telah dikoyak hancur oleh pria arogan itu. Tanpa ampun dan tanpa mendengar jeritan Zanet dia melukai hati Zanet terlalu dalam.

Terdengar bunyi pintu kamar ini terbuka.

Zanet malang tak kuasa untuk sekedar mengambil selimut untuk memutupi tubuhnya yang tanpa mengenakan sehelai benang pun. Zanet berpura-pura menutup mata, dalam hatinya dia merasa takut, mungkin saja pria arogan itu masuk kembali ke kamar ini dan mulai menyiksa dirinya lagi.

Dugaan Zanet meleset.

"Nona, bangun nona," suara perempuan membangunkan Zanet.

Dalam pikirannya dia merasa lega.

Dengan perlahan Zanet membuka matanya yang telah membiru akibat pukulan kasar.

"To--long sa-ya," ucap Zanet terbata.

Ternyata seorang pelayan wanita yang semalam mendandaninya datang menemuinya.

"Nona apa kau baik-baik saja?" Tanya wanita itu hati-hati.

Zanet mengangguk pelan.

Pelayan itu memgambil selimut lalu menutupi tubuh Zanet lembut.

Gegas dia mengambil air panas, lalu mengompres lebam di sekujur tubuh Zanet, dan mengolesinya dengan salep.

Setelah itu, dia keluar dari kamar tanpa banyak berbicara.

Sekitar tiga puluh menit pelayan itu kembali lagi ke kamar. Dia mendorong troli makanan. Pelayan itu terkejut saat masuk ke royal suite room itu, Zanet sudah bisa bangun dan duduk bersandar di atas ranjang.

"Nona, apa kau sudah membaik?"

Zanet mengangguk dan mengulas senyum di bibirnya.

"Ayo sekarang bangun dan makanlah, setelah itu akan membantumu membersihkan diri," ucapnya perlahan dibalas anggukkan oleh Zanet.

Pelayan itu mendekati Zanet, membantunya berdiri. Meski berulang kali dia melakukannya Zanet terjatuh berulang kali, sebab kakinya tak kuat jika bertumpu di lantai. Dengan usaha yang lebih keras lagi, pelayan itu berhasil membuat Zanet berdiri, dan dia memapahnya menuju ke kamar mandi.

Zanet meringis kesakitan saat berjalan, dia merasakan sakit yang teramat sakit di bagian sensitifnya. Membuat dia berjalan perlahan menjaga agar tak semakin sakit.

Hingga akhirnya dia berhasil mencapai pintu kamar mandi.

"Masuklah nona, berendamlah sebentar," pelayan itu menyuruh Zaneta berendam di air panas, agar bisa menetralkan rasa sakit di sekujur tubuh Zaneta.

Pelayan itu dengan telaten memandikkan Zanet dengan lebam di sekujur tubuhnya. Sakit menahan perih, tapi Zanet tak ingin menunjukkan bahwa dia adalah gadis yang lemah. Zanet masih gadis yang tahan banting. Sejauh ini semua kesulitan sudah dia lalui. Jika Tuhan masih memberikan nafas kehidupan, berarti dia masih di beri kesempatan untuk terbebas dari belenggu pria arogan itu.

"Bisakah kau membantuku?" Tanya Zanet pada pelayan itu yang sedang menggosok luka Zanet dengan salep setelah dia mandi.

"Tentu nona, apa yang bisa aku lakukan untukmu?"

"Berikan aku pakaian yang bisa aku pakai untuk melarikan diri."

"Nona, apa kau sudah gila?"

Zanet menggelengkan kepalanya.

"Aku harus pergi, dan tak ingin menjadi pelampiasan pria arogan itu seumur hidupku. Aku mohon demi nama ibumu biarkan aku terbebas dari neraka ini," ucapnya memohon.

"Tapi nona, tubuhmu belum sembuh."

"Tak apa-apa, asalkan aku bisa pergi sejauh mungkin."

"Baiklah, aku akan membantu. Meski nanti aku yang akan menangung resikonya."

Ada rasa iba dari hati pelayan itu pada Zaneta. Sehingga dia bersedia untuk membantu Zaneta melarikan diri.

"Kapal ini akan kembali berlabuh satu jam lagi, sebelum itu terjadi pergilah."

Pelayan itu memberikan pakaiannya pada Zanet.

Setelah berganti pakaian, berdua mereka mengendap-endap menuju deck atas.

"Terima kasih sudah membantuku."

Zanet memeluk pelayan tadi.

"Namaku Zaneta."

Sebelum pergi Zaneta perlu mengetahui nama wanita yang sudah membantunya.

"Namaku Sarah, Nona."

Keduanya berpelukkan kembali sambil meneteskan air mata.

"Tolong jangan pernah melupakan aku, terima kasih atas pertolongan kamu."

"Hey, apa yang kalian lakukan di sini?"

Seorang pria berteriak ke arah mereka. Klakson kapal sudah berbunyi tanda Diamond Cruisese akan berlabuh kembali. Beberapa pria tampak berlari ke arah mereka.

"Selamat tinggal Sarah."

Zaneta melambaikan tangannya.

"Hey nona berhenti di sana!"

Teriak para pria itu yang terus berlari ke arah mereka.

Byuuuurrrr

Sekali lompatan Zaneta terjun ke laut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rantai Cinta sang Taipan Arogan   Aku Tertarik

    Zanet berusaha melakukan sesuatu yang bisa bermanfaat bukan saja pada pribadi sang pemiliknya, bagaimana mobil yang dia buat aman dan nyaman bagi keluarga. Edric membiarkan Zanet bekerja sendiri di ruangannya. Dia memilih tak menganggu Zanet. Sesekali dia mengunjungi Zanet untuk melihat sejauh apa yang sudah dia kerjakan."Bagaimana Zayn?""Aku sangat suka melakukan pekerjaan ini Edric, ini sangat menyenangkan bagiku."Zanet memulai memilih dan membentuk mesin-mesin. Di tangan Zanet yang begitu cekatan melakukannya, walau sudah lama tak memegang mesin lagi.Tapi bagi Zanet, semuanya begitu sangat mudah. Edric tak henti menggelengkan kepala. Bagaimana seorang wanita seperti Zanet lebih menyukai mesin dari pada menyukai barang-barang fashion pada umumnya. Sebuah hal langka.Setiap hari, nyonya Grasia dan tuan Marko bergantian datang melihat perkembangan pekerjaan Zanet. Keduanya sangat takjub, bagaimana Zanet begitu sangat senang dengan pekerjaannya. Beberapa barang juga didatangkan dar

  • Rantai Cinta sang Taipan Arogan   Mulai bekerja

    "Tapi kau tak bercanda kan, Zayn?"Edric masih tak percaya dengan pendengarannya barusan."Jika kau tak percaya, kau bisa menghubungi kampusku dahulu. Aku yakin informasi tentangku masih ada di sana.".Tanpa berpikir panjang, Edric mengetikkan nama kampus yang disebut oleh Zanet. Dan meminta seseorang mencari tahu.TringLima belas menit kemudian seseorang mengirimkan informasi data lengkap milik Zanet dari kampusnya dahulu. Semuanya membuat Edric benar-benar tercengang. Tak menyangka jika Zanet memang lulusan terbaik seperti apa yang dikatakan olehnya."Kau benar Zayn, maaf jika aku sempat meragukanmu.""Tak apa-apa Edric, memang seharusnya begitu," jawab Zanet."Bagaimana kalau kau ikut dengan aku memulai sebuah bisnis yang tidak saja akan menyenangkan bagimu, tapi memang karena kau lulusan terbaik dan buktikan dirimu."Zanet terlihat berpikir sebentar, memandang langit malam yang semakin gelap, dan hanya api unggun di depan mereka yang masih menyala sebagai penerangan bagi mereka.

  • Rantai Cinta sang Taipan Arogan   Tawaran Edric

    "Lelucon apa yang kalian buat? Sepertinya mommy sangat cemburu pada kalian," ucap Zanet berpura-pura memicingkan matanya."Ini urusan pria, mommy dilarang masuk."Axel tertawa bersama Edric. Keduanya sangat menikmati permainan yang mereka lakukan setengah jam yang lalu..Zanet sudah menyiapkan teh untuk Edric, dan segelas susu coklat untuk putranya. Ditambah biskuit kacang, buatan nyonya Grasia. Mereka menikmati senja di balkon vila . Dia tersenyum melihat ke dia pria di hadapannya. Rasanya sudah sempurna kebahagian yang dia rasakan."Bagaimana akhir pekan besok kita berkemah?" Usul Edric membuat Axel langsung antusias."Berkemah daddy? Aku suka. Kapan kita akan berangkat."Axel adalah anak laki-laki yang penuh kreatif. Dia suka jika di akhir pekan Edric mengajaknya dan Zanet untuk ke hutan yang tak jauh dari vila mereka. Di sana Axel bisa mengenal beberapa tumbuhan liar, dan jika beruntung mereka bisa melihat dengan jarak yang sangat dekat hewan hewan liar berkeliaran.Zanet menggele

  • Rantai Cinta sang Taipan Arogan   Kejutan

    Setiap bulan rutinitas Edric kini ada perubahan. Mengantar Zanet ke praktek dokter Gina. Menemaninya berjalan-jalan. Dan juga selalu mengawasi Zanet. Khawatir traumanya akan kambuh lagi, sesekali Edric membawa Zanet ke tempat Katy. Awalnya Zanet merasa canggung. Sesekali sikapnya berubah-ubah. Kadang dia menjadi Zanet yang penurut dan lembut. Tapi tiba-tiba akan berubah menjadi ganas dan mengamuk, lalu ketakutan sendiri. Edric sudah terbiasa dengan semua yang dilalui oleh Zanet. Dengan sabar dia menemani Zanet. Khawatir jika terjadi sesuatu pada kandungan Zanet.Dan kini kandungan Zanet masuk minggu yang ke 37. Kesehatannya stabil, dan semuanya berkat mommy Grasia yang selalu mengawasi perkembangan kandungannya. Jika dia tak bisa ikut memeriksakan kandungan Zanet, Dia akan bertanya pada Edric bahkan tak jarang menelpon dokter Gina. Apa yang harus dimakan dan yang tidak harus dimakan oleh Zanet. Hingga sedetail itu, mommy Grasia tak ingin kandungan Zanet bermasalah.Jadi Zanet tak me

  • Rantai Cinta sang Taipan Arogan   Tak merasa lapar

    "Alden?""Apa ada yang bisa aku bantu?"Alden mendekati kamar itu dan melihat ke dalam. Entah kenapa Alden sangat tertarik terus memperhatikan kamar itu. Seperti daya tarik seseorang yang tanpa sengaja dilihatnya saat itu sangat mengganggu pikirannya."Apa ada orang yang menempati kamar ini?"Alden menyusuri semua sudut di ruangan kamar ini. Tak ada apa-apa, apa yang dia inginkan dari kamar ini, dia juga tak mengerti."Ayo kita makan, perutku sudah sangat lapar," ajak Edric mengalihkan pembicaraan agar Alden tak berusaha masuk ke dalam kamar itu. Di dalam hati Edric merasa ingin sekali melindungi wanita di dalam kamar itu dari orang luar. Mengingat dia mulai trauma dengan keberadaan pria di hadapannya."Tidak Edric, aku hanya ingin mengatakan padamu, jadwal penerbangan sudah disiapkan oleh Robert untukku, satu jam lagi aku akan kembali pulang."Edric mengernyitkan dahinya."Secepat ini, apa kau sadar kita belum menyelesaikan urusan bisnis kita.""Aku memiliki urusan lain saat ini Ed

  • Rantai Cinta sang Taipan Arogan   Merasa lega

    "Zanet sayang, jangan takut. Katy adalah sahabat mommy," ucap nyonya Grasia yang melihat kekhawatiran di mata Zanet."Mari kita mulai," ajak Katy mulai mendekati Zanet.Nyonya Grasia memilih mundur dan duduk agak jauh dari mereka."Mommy," lirih Zanet."Tak apa-apa sayang, percayalah Katy tak akan menyakitimu."Walau pun Zanet duduk tenang, tapi dalam hatinya dia sangat ketakutan. Tapi karena nyonya Grasia selalu tersenyum ke arahnya, Zanet mencoba lebih tenang lagi.Katy memulai mendekati Zanet, dan mengajaknya berbicara. Sebisa mungkin, Katy berusaha untuk membuat Zanet merasa rileks. Tapi tak semudah itu, berulang kali Zanet menolak. Apa pun yang Katy katakan, tak bisa dimengerti oleh Zanet. Hampir saja Katy sudah mulai putus asa. Seorang psikolog handal seperti Katy selalu memilik banyak cara untuk memenangkan hati pasiennya.Melihat wajah nyonya Grasia yang mengiba, Katy tak sampai hati. Dia kemudian berusaha kembali memberi ketenangan pada Zaneta. Mencoba mengajaknya berbicara p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status