Share

Melompat ke laut

Tiga malam sebelumnya.

Zanet mendengar suara pria yang sudah menodainya semalam. Namun tubuhnya sangat sulit di gerakkan. Tubuhnya dipenuhi lebam, apalagi wajahnya.

"Tuan, bagaimana dengan wanita ini. Apa yang saya harus lakukan untuknya?"

Terdengar siara asistrn pribadinya bertanya.

"Terserah."

Jawaban singkat pria itu mampu mengiris-iris hati Zanet.

Lima belas menit kemudian, tak terdengar apa pun lagi setelah bunyi pintu tertutup.

Zanet berusaha membuka matanya, namun matanya terasa sangat perih. Dia mencoba menggerakkan tubuhnya agar bisa berbaring miring. Sekuat tenaga, dia berusaha untuk bangun, namun apa daya kekuatanya selemah itu.

Zanet menangis, meratapi nasibnya. Sungguh kelakuan Isabel sangat tak manusiawi. Jika dia merebut Gio darinya, Zanet sudah merelakannya. Siapa sangka perbuatannya saat ini sungguh di luar dugaan.

Menjualnya pada pria arogan. Dan berakhir di atas ranjang yang sungguh kemewahan kamar ini sempat membuatnya takjub, tapi

tidak lagi. Satu kata yang dia lontarkan 'menjijikan.'

Dia terus mengutuk pria arogan itu di dalam hati. Deraian air matanya menjadi saksi bisu, bagaimana terlukanya dia saat ini.

Zanet merasa tak pernah melakukan kesalahan pada pria itu. Lalu kenapa dia menyebut balas dendam padanya. Ada hubungan apa mommy Viona dengan pria arogan itu. Hingga dia mendapatkan perlakuan buruk seperti ini.

Zanet menghapus air matanya yang terus mengalir di pipinya. Sekuat tenaga dia mencoba untuk menggerakkan tubuhnya. Dia harus bisa, apa pun yang terjadi. Sejauh perlakuan buruk mommy Viona dan Isabel, malam tadi yang terburuk baginya. Dimana kesuciannya direnggut secara paksa. Bahkan binatang pun masih diperlakukan adil oleh manusia. Tapi, kelakuan pria arogan semalam, tak lebih dari kelakuan binatang.

Zanet terus mengasihani dirinya sendiri. Betapa menyakitkan menjadi dirinya. Tak pernah merasakan kasih sayang mommy Viona, dan kini dia harus menaggung kesalahan mommy Viona. Entah balas dendam dengan alasan apa, dengan brutal pria itu menyiksanya.

Perlahan, Zanet berhasil memiringkan tubuhnya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk bisa bangun dari tempat tidur. Pakaian satin mewahnya semalam telah dikoyak hancur oleh pria arogan itu. Tanpa ampun dan tanpa mendengar jeritan Zanet dia melukai hati Zanet terlalu dalam.

Terdengar bunyi pintu kamar ini terbuka.

Zanet malang tak kuasa untuk sekedar mengambil selimut untuk memutupi tubuhnya yang tanpa mengenakan sehelai benang pun. Zanet berpura-pura menutup mata, dalam hatinya dia merasa takut, mungkin saja pria arogan itu masuk kembali ke kamar ini dan mulai menyiksa dirinya lagi.

Dugaan Zanet meleset.

"Nona, bangun nona," suara perempuan membangunkan Zanet.

Dalam pikirannya dia merasa lega.

Dengan perlahan Zanet membuka matanya yang telah membiru akibat pukulan kasar.

"To--long sa-ya," ucap Zanet terbata.

Ternyata seorang pelayan wanita yang semalam mendandaninya datang menemuinya.

"Nona apa kau baik-baik saja?" Tanya wanita itu hati-hati.

Zanet mengangguk pelan.

Pelayan itu memgambil selimut lalu menutupi tubuh Zanet lembut.

Gegas dia mengambil air panas, lalu mengompres lebam di sekujur tubuh Zanet, dan mengolesinya dengan salep.

Setelah itu, dia keluar dari kamar tanpa banyak berbicara.

Sekitar tiga puluh menit pelayan itu kembali lagi ke kamar. Dia mendorong troli makanan. Pelayan itu terkejut saat masuk ke royal suite room itu, Zanet sudah bisa bangun dan duduk bersandar di atas ranjang.

"Nona, apa kau sudah membaik?"

Zanet mengangguk dan mengulas senyum di bibirnya.

"Ayo sekarang bangun dan makanlah, setelah itu akan membantumu membersihkan diri," ucapnya perlahan dibalas anggukkan oleh Zanet.

Pelayan itu mendekati Zanet, membantunya berdiri. Meski berulang kali dia melakukannya Zanet terjatuh berulang kali, sebab kakinya tak kuat jika bertumpu di lantai. Dengan usaha yang lebih keras lagi, pelayan itu berhasil membuat Zanet berdiri, dan dia memapahnya menuju ke kamar mandi.

Zanet meringis kesakitan saat berjalan, dia merasakan sakit yang teramat sakit di bagian sensitifnya. Membuat dia berjalan perlahan menjaga agar tak semakin sakit.

Hingga akhirnya dia berhasil mencapai pintu kamar mandi.

"Masuklah nona, berendamlah sebentar," pelayan itu menyuruh Zaneta berendam di air panas, agar bisa menetralkan rasa sakit di sekujur tubuh Zaneta.

Pelayan itu dengan telaten memandikkan Zanet dengan lebam di sekujur tubuhnya. Sakit menahan perih, tapi Zanet tak ingin menunjukkan bahwa dia adalah gadis yang lemah. Zanet masih gadis yang tahan banting. Sejauh ini semua kesulitan sudah dia lalui. Jika Tuhan masih memberikan nafas kehidupan, berarti dia masih di beri kesempatan untuk terbebas dari belenggu pria arogan itu.

"Bisakah kau membantuku?" Tanya Zanet pada pelayan itu yang sedang menggosok luka Zanet dengan salep setelah dia mandi.

"Tentu nona, apa yang bisa aku lakukan untukmu?"

"Berikan aku pakaian yang bisa aku pakai untuk melarikan diri."

"Nona, apa kau sudah gila?"

Zanet menggelengkan kepalanya.

"Aku harus pergi, dan tak ingin menjadi pelampiasan pria arogan itu seumur hidupku. Aku mohon demi nama ibumu biarkan aku terbebas dari neraka ini," ucapnya memohon.

"Tapi nona, tubuhmu belum sembuh."

"Tak apa-apa, asalkan aku bisa pergi sejauh mungkin."

"Baiklah, aku akan membantu. Meski nanti aku yang akan menangung resikonya."

Ada rasa iba dari hati pelayan itu pada Zaneta. Sehingga dia bersedia untuk membantu Zaneta melarikan diri.

"Kapal ini akan kembali berlabuh satu jam lagi, sebelum itu terjadi pergilah."

Pelayan itu memberikan pakaiannya pada Zanet.

Setelah berganti pakaian, berdua mereka mengendap-endap menuju deck atas.

"Terima kasih sudah membantuku."

Zanet memeluk pelayan tadi.

"Namaku Zaneta."

Sebelum pergi Zaneta perlu mengetahui nama wanita yang sudah membantunya.

"Namaku Sarah, Nona."

Keduanya berpelukkan kembali sambil meneteskan air mata.

"Tolong jangan pernah melupakan aku, terima kasih atas pertolongan kamu."

"Hey, apa yang kalian lakukan di sini?"

Seorang pria berteriak ke arah mereka. Klakson kapal sudah berbunyi tanda Diamond Cruisese akan berlabuh kembali. Beberapa pria tampak berlari ke arah mereka.

"Selamat tinggal Sarah."

Zaneta melambaikan tangannya.

"Hey nona berhenti di sana!"

Teriak para pria itu yang terus berlari ke arah mereka.

Byuuuurrrr

Sekali lompatan Zaneta terjun ke laut.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status