Share

Cari gadis itu

Alden mengeratkan rahangnya menahan amarah. Bagaimana pun ini di luar dugaannya. Bagaimana seorang gadis bisa berani melompat ke laut dengan ketinggian kapal lebih dari 50 meter. Alden mengacak rambutnya frustasi. Sambil berteriak meluapkan emosinya.

Robert hanya menatap bingung pria 29 tahun di hadapannya. Tiga hari yang lalu dengan arogannya dia tak memperdulikan gadis itu, apa lagi saat dia meninggalkannya gadis itu dalam keadaan memprihatinkan.

"Tuan, meja makan malam anda sudah di siapkan. Apa anda perlu penambahan fasilitas lagi?"

Seorang pelayan restoran VIP datang menghamoiri Alden. Karena dia tak ingin sesuatu kesalahan akan terjadi. Jadi, dia ingin memastikan apa yang dia siapkan sudah seperti keinginan sang Tuan.

"Batalkan semuanya!"

Teriak Alden penuh emosi.

Tanpa berkata lagi, pelayan itu memundurkan tubuhnya lalu berbalik pergi. Tak ingin mengambil resiko menjadi tujuan pelampiasan emosi sang Tuan.

"Tenanglah Alden, apa yang kau lakukan? Hanya karena gadis eh, bukan wanita itu kau bersikap kasar pada orang lain."

Robert mencoba menenangkan tuannya itu.

"Tutup mulutmu Robert! Apa kau tak tahu aku sudah melakukan kejahatan terbesar dalam hidup gadis Dawson itu?"

Robert mengernyitkan dahinya tak mengerti.

"Apa maksudmu tuan Alden?"

"Bertahun-tahun hidupku dipenuhi dendam di masa lalu ibuku. Jika aku bertanya apa ibu sakit, jawabannya hanya Viona, Viona, dan Viona. 20 tahun aku hidup dengan kebencian pada seorang wanita yang bernama Viona. Sejak umur 9 tahun aku memikirkan balas dendam yang paling sakit untuknya. Namun apa yang aku dapatkan, setelah aku bisa membalaskan dendamku. Ternyata nama Viona yang di sebut ibuku adalah korbannya, bahkan putrinya kini menjadi korban karena ulahku. Selama 20 tahun hatiku buta akan dendam yang aku buat," ucap Alden berteriak dan suara berapi-api.

Mulut Robert kelu, tak mampu menjawab semua pengakuan Alden. Dia hanya bisa menghela napas panjang. Bahkan kini dia kehilangan kata-kata untuk meluruskan situasi.

Hening.

Arrrrggggggghhhh

Alden berteriak penuh emosi. Dia membanting dan memecahkan semua pajangan di royal suite room miliknya. Tak perduli betapa langka dan mahal harganya.

Robert hanya berdiri terpaku di sudut ruangan itu. Menenangkan Alden dalam keadaan emosi bukan solusi yang terbaik saat ini. Robert sangat mengenal betul sifat arogan tuannya. Tempramentalnya yang buruk, jika dia dalam keadaan emosi. Tak akan ada satu pun yang bisa menenangkannya.

Napas Alden tersenggal-senggal saat semua barang telah dipecahkan olehnya. Lelah yang dia rasakan, membuat dia mengeluarkan jas biru navy dari tubuhnya lalu membuangnya begitu saja.

Karena kelelahan akhirnya Alden tertidur di sofa. Sebab ranjang mewahnya sudah berantakan tak beraturan lagi. Sedang Robert hanya menggeleng saja melihat tingkah tuannya. Dia sudah sangat mengenal tuannya itu, sehingga dia tahu apa yang harus dia lakukan.

Tak membutuhkan waktu yang lama, suara dengkuran halus terdengar dari tuannya itu. Robert mengambil selimut dari atas ranjang lalu menutupi tubuh tuannya itu.

Sebenarnya Robert merasa iba pada tuan Alden. Sejak kecil dia hidup dalam kesendirian tanpa kasih sayang. Ayahnya terlalu sibuk dengan perjalanan bisnis ke seluruh dunia, sedang ibunya depresi lalu masuk ke rumah sakit jiwa. Namun ayahnya seakan tak perduli dengan penderitaan ibunya.

Kini dia tahu jawabannya. Tak ada cinta di antara ke dua orang tuanya. Hingga tak saling memperdulikan.

****

Tubuh Alden menggeliat. Matanya tanpa sengaja menatap ke arah ranjang miliknya. Alden kembali menutup matanya, mengingat kembali setiap detik yang dia habiskan di malam itu. Bagaimana setiap sikap agresif dan penyiksaan kasar, yang pastinya menyakitkan bagi gadis Dawson itu.

Setiap rintihan dan erangan gadis itu bahkan setiap tetes air mata yang dia keluarkan semuanya terekam jelas di dalam otak Alden.

Rasa bersalah kini mengusik dalam hatinya.

Sejak berusia 9 tahun, setiap kekesalan melanda dirinya dia terus menyalahkan nama Viona. Semakin hari semakin rasa bencinya pada Viona dia pupuk. Sehingga terbentuk sebuah dendam dalam hatinya, agar suatu saat dia bisa membalaskan rasa sakitnya.

"Kau harus membayar mahal, atas apa yang sudah terjadi pada ibuku, Viona. Dan aku pastikan aku akan merenggut segalanya darimu."

Itulah kata-kata yang terus diucapkannya setiap hari, demi untuk membalaskan dendamnya pada Viona.

Namun kenyataannya, hari ini dia dihukum. Atas segala rasa dendam tak beralasanya. Dia telah menyakiti hati seorang gadis yang bahkan tak tahu menahu apa sebabnya pelampiasan dendamnya.

"Tuan," panggil Robert namun diacuhkan olehnya.

"Hari ini anda memiliki jadwal yang padat. Setelah selesai sarapan, silahkan tuan masuk ke ballroom mengikuti seminar para pengusaha sukses di seluruh dunia."

Alden tak menyahut, pikirannya terus saja terbang entah kemana. Nafsu makannya kini hilang.

"Tuan?"

Robert menepuk pundak tuannya, membuat Alden menoleh.

"Apa ada masalah?"

"Batalkan seminarnya!"

Perintahnya dingin.

"Tapi tuan, bagaimana bisa anda membatalkan secara sepihak. Para konglomerat dari seluruh dunia telah menantikan momen ini, apa lagi tuan adalah pembicara yang mereka nantikan."

"Aku bilang batalkan Robert!"

Teriak Alden emosi.

Tak ada yang bisa melakukan apa pun jika Alden sudah berteriak penuh emosi.

Dia tak akan segan untuk mencabik-cabik tubuhmu saat kau membantah keinginannya.

Robert memilih mundur, memberikan waktu pada tuannya untuk menjernihkan pikirannya.

****

"Tuan, seminar anda sudah tertunda dua jam lebih. Para undangan tak ingin meninggalkan ballroom sebelum anda datang pada mereka."

Robert mendatangi royal suite room milik Alden dengan membawa sejuta harapan para pengusaha yang sedang menunggu kedatangannya.

"Tolonglah tuan, untuk kali ini saja anda mengesampingkan perasan pribadi anda. Setelah anda melanjutkannya, aku berjanji akan melakukan apa saja yang tuan perintahkan," ucap Robert mengiba.

Bagaimana tidak seminar ini bernilai ratusan milyar bagi Diamond Corp, jika Alden membatalkannya otomatis para konglomerat itu akan membatalkan kerja sama mereka. Robert tak ingin mengambil resiko yang terlalu besar untuk ini.

"Ayolah tuan," bujuknya lagi.

Alden lalu menatap tajam pria yang sudah menjadi asistennya itu penuh arti. Dia tersenyum menyeringai, membuat Robert menggelengkan kepalanya.

"Ya, tuan aku akan melakukannya untukmu. Tapi tolonglah segera masuk ke ruang seminar."

"Robert," panggil Alden.

"Cari gadis Dawson itu sampai dapat, bahkan jika kamu harus merangkak masuk lubang semut sekali pun, aku tak perduli. Asalkan kau bisa membawanya kembali padaku."

Robert membulatkan matanya, tapi demi seminar yang sudah di ujung tanduk itu pun dengan sangat terpaksa Robert menganggukan kepalanya tanda setuju.

"Apa sekarang tuan sudah bersedia menuju ke ruang seminar bersama denganku?"

Tanya Robert hati-hati, sebab Robert sangat tahu kadang-kadang Alden suka mempermainkannya.

Wajah Robert menegang, menunggu persetujuan Alden, yang mungkin saja dia menolaknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status