Share

Terdampar

Byuurrrrr

Tubuh Zaneta mendarat dengan sempurna di air laut.

"Kau apa yang kamu lakukan di sini," gertak seorang pria pada Sarah.

"Maaf tuan, aku sudah berusaha untuk mencegahnya, namun dia masih berusaha untuk melompat." Sarah memberi alasan yang masuk akal.

"Ya sudah, kembalilah bekerja, mungkin gadis itu sudah bosan hidup, dia terjun ke laut."

Diamond Cruises telah berlabuh kembali. Sememtara Zanet berusaha berenang ke tepi.

Zanet berusaha berenang sebisa mungkin. Berenang memang kesukaannya sejak kecil. Namun berenang dengan tenaga yang masih belum pulih sepenuhnya membuat dia hanya bisa menggerakkan tanganya ke atas dan kebawah. Lama-lama tenaganya semakin lemah dan kemudian berhenti bergerak.

****

Di sebuah restoran di pinggir pantai seorang wanita paruh baya, berpenampilan cantik dan anggun sedang duduk menikamati kopinya.

Dia menyesap capucino miliknya dengan perlahan.

"Hai mom, apa sudah lama menungguku?"

Seorarng pria tampan datang menghampiri wanita paruh baya tadi yang masih terlihat cantik di usia senjanya. Dia terlihat memeluk lalu mencium kedua pipi wanita itu dengan sangat manis.

"Kenapa kau begitu lama sayang, apa mommy harus menunggu lama seperti ini baru kau akan muncul?"

"Oh mommy, kesayanganku. Aku sangat sibuk mengurus bisnis daddy."

"Katakan itu hanya alasanmu, untuk menghindari mommy," ucap

wanita paruh baya itu memanyunkan bibirnya.

Pria itu hanya tersenyun sambil melambaikan tangannya pada seorang pelayan. Segera dia memesan minuman dan kudapan kecil.

"Ini pertama kalinya sejak satu tahun yang lalu, kamu bisa menyempatkan diri bertemu ibu. Pulanglah nak, bila perlu bawalah di hadapan mommy seorang gadis untuk menjadi mempelaimu," mohon wanita itu.

"Mommy, aku tahu kerinduanmu. Tapi belum ada wanita yabg berhasil mengisi hatiku. Aku tak bisa gegabah memilih seorang wanita untuk tujuan hidupku."

"Terus mau sampai kapan ibu akan menunggu, sedang usia mommy sudah tak muda lagi sayang."

"Tenanglah mom, semuanya akan terwujud seperti keinginanmu, maka tetaplah bersabar," jawab pria bernama Edric itu menenangkan hati ibunya.

"Kini minumlah kopi bersamaku,

Jika suatu saat nanti aku memiliki pasangan aku tak memiliki waktu seperti ini lagi bersama mommy," goda Edric pada ibunya.

Dia sangat senang jika ibunya memayunkan bibirnya.

Drtt drtt drttt

Ponsel nyonnya Grasia berdering.

[Halo]

[Baiklah aku mengerti, aku akan segera pulang sekarang]

"Maafkan mommy Edric, mommy harus pulang."

"Apa ada masalah mom?"

"Ya, seorang pekerja menemukan seorang gadis terdampar di tepi pantai di belakang vila kita. Mereka takut untuk menghubungi polisi, dan meminta mommy untuk memeriksanya agar bisa mengambil keputusan."

"Kalau begitu biar aku antarkan mommy pulang ke vila."

"Baiklah, ibu berharap juga begitu. Agar kau bisa bertemu dengan daddymu."

Keduanya lalu naik sebuah mobil mewah BMW hitam keluaran terbaru milik Edric.

Tak sampai tiga puluh menit, mobil Edric masuk ke pelataran parkir sebuah vila mewah di tepi pantai. Sengaja nyonya Grasia dan suaminya memilih vila ini untuk menghabiskan masa tua mereka, dan membiarkan Edric untuk meneruskan bisnis keluarganya.

"Nyonya di sini," seorang pelayan berteriak dan menuntun mereka di mana wanita itu ditemukan.

Saat mereka tiba, nyonya Grasia mengerutkan keningnya.

"Apa ibu mengenalnya?"

Nyonya Grasia menggeleng.

"Siapa gadis ini, kenapa dia bisa berakhir seperti ini "

Edric mendekati gadis itu dan memeriksa denyut nadinya.

"Dia masih hidup, segera angkat dia dan bawa masuk ke vila."

"Baik tuan."

Beberapa pekerja pria di sana langsung mengangkat tubuh gadis malang itu yang sudah pucat dan bibirnya membiru karena terlalu lama berada di air.

"Bawa dia ke kamar tamu!" Perintah Edric.

"Mommy tolong hubungi uncle Bily, agar dia segera pulang dan memeriksa gadis malang ini."

Tanpa menunggu waktu lama, seorang pria bertubuh tambun masuk ke vila milik keluarga Edric.

Semua orang menunggu di ruang keluarga.

Saat uncle Bily keluar dari kamar tamu, wajahnya terlihat berat sekali.

"Bagaimana uncle, apa gadis itu masih hidup."

Uncle Bily mengangguk.

"Gadis itu masih hidup, sayangnya sebelum dia terjun ke laut, dia pasti sudah mendapatkan pelecehan dan penganiayaan. Jika kalian berkenan untuk memeriksanya lebih lanjut, dia boleh diantar ke rumah sakit besok."

"Apa maksud uncle dengan pelecehan dan penganiayaan."

"Aku sudah memeriksanya Edric, seluruh tubuhnya dipenuhi luka lebam karena penganiaayan, lalu sepertinya dia juga telah diperkosa secara paksa."

Tenggorokan Edric tercekat, bagaimana bisa gadis malang itu mendapatkan perlakuan buruk dari seseorang yang begitu sangat kejam tak berperasaan.

Ada rasa iba menggelayar di hati Edric, saat melihat wajah gadis yang pucat itu terbaring tak sadarkan diri.

"Pasti kamu merasa kesulitan, karena sudah melalui hari terburuknmu," lirih Edric.

Nyonya Grasia memegang pundak putranya.

"Kasiahan sekali gadis ini, sayang."

"Ya mommy, kasihan sekali. Lihatlah wajahnya penuh dengan luka dan lebam, pastilah seseorang yang melakukannya tak memiliki hati nurani dan tak memiliki rasa kasihan.."

"Begitulah sayang, tidak.semua orang di dunia ini memmiliki kesempurnaan."

Edric mengangguk.

"Bagaimana gadis ini mom, apa sudah menemukan keluarganya?" Tanya Edric.

"Entahlah nak, gadis ini.tak memiliki identitas," jawab nyonya Grasia lirih, semakin menaruh iba pada gadis yang belum juga membuka matanya.

"Apa kita harus melaporkannya ke polisi?" Tanya Edric.

"Bagaimana kalau kita menunggunya hingga dia sadar, barulah kita mencari keluarganya. Jika terjadi sesuatu, barulah kita melaporkannya pada polisi," ucap nyonya Grasia memberi ide.

"Biarkan dia beristirahat di kamar tamu, sampai pulih. Urus semua keperluannya saat dia sadar nanti," perintah nyonya Grasia pada seorang pelayannya. Dan dijawab anggukan patuh oleh sang pelayan.

"Kalau begitu, aku kembali dulu mom. Sampai jumpa lagi, aku akan sering mengunjungimu. Aku khawatir bisa saja gadis itu adalah seorang penjahat."

Nyonya Grasia tersenyum mendengar perkataan putranya.

"Mana ada seorang yang terluka parah adalah penjahat nak, yang ada dia adalah korbannya."

"Hm," Edric mengangguk.

Lalu pergi meninggalkan vila orang tuanya.

Tapi sebuah perasaan tak menentu masuk ke dalam pikirannya. Edric sendiri tak bisa menerka apa itu. Yang jelas dia merasa iba pada gadis yang terbaring tak sadarkan diri di vila milik keluarganya. Dan yang lebih pasti, perasaannya mengatakan besok dia ingin kembali lagi ke vila.

"Perasaan apa ini?"

Edric memegang jantungnya yang berdegup kencang tak karuan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status