Share

Rasa
Rasa
Penulis: Zahrazara

Chapter 1

"Baik anak anak, ibu cukupkan pembelajaran kita hari ini dengan mengucap Alhamdulillah." salah satu ustadzah menutup jam pelajaran nya di kelas. 

"Alhamdulillah," jawab anak anak serentak, suaranya mengisi ruangan itu.

Ustadzah Ainun menutup daftar hadir yang ada diatas meja. "baik, setelah ini silahkan persiapkan hafalan kalian ya. Ustadzah persilahkan untuk lanjut ke jam pelajaran berikutnya, yaitu tahfidz." 

Anak anak santriwati menyiapkan Al Qur'an dan sebuah buku yang berisi laporan hafalan masing masing, tak lupa mereka menyiapkan sebotol air mineral untuk dibawa ke halaqahnya. 

"Aya, Aya, tunggu..." Kyra mengejar langkah Ataya yang semakin cepat berjalan ke arah luar. Kyra, salah seorang santriwati pondok pesantren Darul Haq yang terkenal sangat ceria. Saat ini, ia duduk di kelas 10. Dirinya sangat dekat dengan Ataya, gadis remaja yang sudah ia kenal sejak masih di bangku sekolah dasar dulu. Ataya, biasa dipanggil Aya disana. Ini bukan pengalaman pertama bagi Kyra dan Ataya untuk hidup di sebuah pondok pesantren. Keduanya, memang sudah dibiasakan hidup sendiri jauh dari kedua orangtua sejak masih di jenjang SMP. Pondok pesantren Darul Haq ini sendiri, rupanya pondok pesantren milik Abah (panggilan Kyra untuk kakek nya). Sejak kecil, Kyra memang hidup dibawah asuhan omah dan abah nya. Umi dan abi Kyra, sudah meninggal dunia saat Kyra masih berusia 7 tahun. Keduanya meninggal karena kecelakaan pesawat usai pulang dari tanah suci, Makkah Al Mukarramah. 

"Iya? Kenapa?" Ataya menoleh ke arah belakang, langkahnya pun terhenti. Kyra terlihat masih sedikit repot dengan barang barang di tangannya. Ataya pun akhirnya menghampiri untuk membantu. 

"Sini sini ah, gini aja repot kamu mah," Ataya mengambil paksa botol minum milik Kyra. Ia berencana membawakannya. 

"E-e-eh, kamu gak keberatan itu? Bentar ya, Kyra mau kumpulin tugas pelajaran tadi ke ustadzah Ainun." Kyra berlari cepat memasuki kembali ruangan kelas itu. Sepertinya, Kyra lupa mengumpulkan tugas di pelajaran tadi. 

"Aish, buru ah." Ataya menggelengkan kepalanya, selagi Kyra berlari memasuki kelas. Ia terlihat lelah menyaksikan tingkah temannya yang sangat pelupa itu. Dengan cepat Kyra menyerahkan buku tugas nya ke meja guru. Disana, ustadzah Ainun masih menunggu sembari mengoreksi buku - buku tugas yang sudah dikumpulkan. 

"Iya...udah nih." gadis itu pun akhirnya keluar dan kembali menghampiri Ataya yang menunggu di koridor kelas. Keduanya pun berjalan mengunjungi halaqahnya yang berada di depan kantor guru. Terlihat para santriwati tengah sibuk dengan Al Qur'an nya masing masing, duduk membuat sebuah lingkaran. Kyra dan Ataya pun, ikut bergabung disana melengkapi tempat yang kosong. Tak lama, ustadzah Aulia yang merupakan pengampu kelompok tahfidz Kyra, datang menyapa anak anak nya. 

"Assalamualaikum," sapanya membawa sebuah meja lipat dan Al Qur'an di tangan kiri 

"Wa'alaikumussalam," jawab para santriwati berbarengan. Ustadzah Aulia pun, mulai membuka meja lipat nya dan meletakkan barang barang di atas sana. Di pagi menjalang siang itu, tepatnya saat jam menunjukkan pukul 10.15, pondok pesantren Darul Haq terutama di gedung santriwati, ramai dan ricuh dengan suara lantunan ayat Al Qur'an. Suara suara itu, seakan tak mau mengalah satu dengan yang lainnya. Merdu sekali.

***********************************

/Kringgg, kringgg 

Bel berbunyi sangat nyaring, menandakan tibanya waktu makan siang. Ustadzah Aulia menutup halaqahnya siang itu. Para santriwati telah menyelesaikan jam tahfidz, kini saatnya mereka pergi ke ruang makan untuk makan siang. 

"Aya, Kyra kepengen makan rendang euy. Udah lama gak makan, tapi gak mungkin sih mbak masak rendang siang ini. Gak mencium bau bau bumbu rendang perasaan," ujar Kyra berjalan bergandengan dengan Ataya menuju ruang makan. Sesekali, Kyra menatap mata Aya. 

"Eummm, aku malah kepengen bakso. Ahh, seger pasti. Rendang seret, gak like," saut Ataya yang sedang membayangkan semangkuk bakso, yang merupakan makanan favorit nya. 

"Yeuu, bakso mulu ah. Enak sih, tapi siang siang gini kayaknya kurang mantep deh." Kyra menolak setuju dengan pendapat Ataya. Keduanya memang suka sekali menebak nebak, padahal tak lama lagi Kyra dan Ataya tiba di ruang makan. 

"Ngomongin bakso, aku inget abang deh. Dia kalo makan pas sakit, maunya cuma mie kalo gak bakso. Udah tuh, dua itu doang. Emang demen banget makan bakso orang itu," Ataya sedikit menceritakan kakak laki lakinya, hingga tak terasa Kyra dan Aya kini mulai memasuki ruang makan.

"Hehehe, emang seger sih bakso. Favorit sejuta umat," Kyra merespon cerita Ataya sebelumnya, itu bentuk ia menghargai teman nya yang bercerita. Keduanya memang sudah sangat terbuka satu sama lain.

"Ayo makan, makan. Sini, udah siap nih," ucap mbak Yanti mempersilahkan para santriwati yang baru saja datang untuk segera menyantap makanan. Hari ini, Kyra dan Ataya mendapat jadwal makan di satu nampan yang sama, bersama 3 orang teman lainnya.

"Eh, bukan rendang bukan bakso. Tau tau nya ayam again!" keluh Ataya berbisik melihat menu makan siang hari itu. Ia terlihat bosan dan tak tertarik untuk makan. 

"Shtt, bersyukur eh, Alhamdulillah lho masih dikasih makan ayam. Udah yuk ah, makan." Kyra duduk melingkar dengan nampan yang ada ditengah. Sebelumnya, santriwati sudah mencuci tangan maisng masing sebelum memasuki ruang makan itu. Ataya pun ikut duduk di celah lingkaran. Sebelum makan, santriwati tak lupa membaca doa bersama sama. Meski hanya makanan yang sederhana, namun moment kebersamaannya inilah yang membedakan pondok pesantren dengan sekolah pada umumnya.

*********************************** 

/Allahu akbar, allahu akbar

Adzan merdu terdengar dari masjid. Dalam sekejap, suasana menjadi hening. Baik santriwati maupun santriwan diam menyimak adzan yang berkumandang. Tak lupa, setiap larik adzan mereka jawab. Semuanya diam khusyu hingga adzan selesai. Setelah selesai adzan, para santriwati mulai ramai mengantri untuk berwudhu di kamar mandi. Begitupun dengan Kyra dan Ataya.

"Kyraa,"

"Kyrr,"

"Heii, Kyra!"

Panggil kakak kakak kelas Kyra melihat Kyra yang berjalan menuju kamar mandi bersama Ataya. Nama Kyra memang sudah tak asing lagi disana. Kyra terkenal dengan gadis yang ramah dan sangat mudah sekali bergaul. Kyra memang sangat terbuka dengan siapa saja. Banyak kakak kelas yang tak segan menyapa saat melihat gadis ini.

"Haii," Kyra menjawab penuh antusias. Ia memiliki hubungan baik dengan kakak kakak kelasnya. Meski dirinya masih duduk dikelas satu SMA, dan merupakan adik kelas terkecil dijenjang ini. 

"Widih.... Fansnya dimana mana," ledek Ataya sedikit menyenggol lengan Kyra.

"Hiih, bukan fans ah. Buruan hayuk ngantri, keburu makin panjang." Kyra menarik tangan Ataya dan mengajak nya untuk mempercepat langkah agar bisa tiba di kamar mandi jauh lebih cepat.

"Astagfirullah, yang sabar toh mbak." Ataya terkejut mengetahui tangannya tiba tiba ditarik paksa oleh Kyra.

***********************************

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status