Share

Chapter 2

/Tok tok

"Assalamualaikum, yuk bangun yuk. Kita shalat tahajud." ketukan dan suara seorang kakak kelas terdengar dari balik pintu. Di sepertiga malam tepatnya pukul 03.15 pagi, kakak kelas yang bertugas hari itu, pergi berkeliling untuk membangunkan santri santri disana.  

"Huaah, wa'alaikumussalam." Kyra menguap dan menjawab salam dari luar dengan lemas. Matanya masih cukup berat. Di kamar itu, biasanya memang Kyra yang bangun paling awal. Dirinya bergegas menuruni tangga, kebetulan tempat tidur Kyra ada di bagian atas. Tak lupa, ia merapikan kerudungnya dan pergi membangunkan teman teman sekamarnya yang lain.

"Ayaa, bangun bangun. Yuk bangun yuk bangun. tahajud , tahajud," ujar Kyra dengan suara yang sedikit keras hingga akhirnya mengusik telinga teman teman yang masih terlelap tidur.

"Ayo bangun yuk! Bangun guys, waktunya tahajjud," teriak Kyra sekali lagi, membuat teman teman yang masih tertidur pun akhirnya terganggu dan memilih bangun.

"huaaa... Iyaa iyaa," jawab Ataya mengangkat tubuhnya dan bangun dari kasur. Sesekali, gadis itu menggosok matanya.

"yuk tahajjud. Yang lain juga yuk, tahajjud." Kyra melangkah keluar dengan lemas, sembari mengencangkan alas kaki yang ia kenakan.

"Tunggu, Ra." Ataya berdiri mencoba mendekati Kyra. Teman teman lain pun mengikuti. Para santri berbondong bondong mengambil antrian wudhu. 

Kamar mandi pun seketika penuh, para santriwan ramai mengantri giliran untuk berwudhu. Usai membasahi anggota anggota wudhu, semuanya berkumpul di mushala untuk melakukan qiyamul lail atau shalat malam. 

********************************

Di pagi harinya, saat suasana di pondok pesantren Darul Haq sudah cukup ramai, usai sarapan sebelum masuk kelas, Ataya izin tidak bisa mengikuti kelas jam pertama hari itu. 

"Loh, kok tumben? Kenapa?" Kyra terkejut mendengarnya, ia tengah merapikan dan membersihkan kamar bersama teman yang lain. 

"Umma mau jenguk hari ini. Kata ustadzah sih, umma minta aku buat izin dulu di jam pelajaran pertama. Kayaknya sih-" Ataya kemudian maju mendekati Kyra, suaranya berbisik halus memasuki telinga Kyra "Abang mau di pesantrenin. Hihi." 

"Serius? Abang yang biasa Aya ceritain?" raut tak percaya terlihat di wajah Kyra. Ataya sering bercerita, bahwa abang nya ini sangat pendiam dan jarang sekali berinteraksi dengan banyak orang. Cukup mengejutkan, rupanya abang Aya akan menjadi santri di pondok pesantren Darul Haq. 

"Ho oh, denger dari umma pas telepon kemarin sih gitu. Seneng, jadi ada temennya disini," lanjut Aya melipat selimut lembut yang ia gunakan semalam. 

"Uwidih, enak dong." Kyra menanggapinya ikut senang. Keduanya pun melanjutkan rutinitas nya merapikan kamar. 

/Kringgg, kringgg

Bel berbunyi, seluruh santri memasuki kelasnya masing masing. Kyra pagi itu tak ditemani Ataya. Ataya pergi menemui umma nya yang baru saja datang.

*************************

"Jadi gini omah, abah. Anak saya yang ini sekarang kelas 12," ucap umma Ataya di ruangan omah. Sambil ditemani dengan Ataya dan seorang anak laki laki yang sepertinya kakak kandung Aya. 

"Tapi, di sekolah sebelumnya kata beberapa guru, dia ini susah sekali berbaur dengan teman teman nya yang lain. Di kelas sangat pendiam, saat jam pelajaran pun dia susah sekali untuk aktif. Nah, makannya itu saya daftarkan ke pondok pesantren ini. Kebetulan kan ada Ataya juga, saya lihat alhamdulillah selama Ataya belajar disini, ada peningkatan. Baik dari segi akademik nya, maupun karakternya yang baru terbentuk selama disini. Semoga kakak nya ini juga bisa jauh lebih mudah bersosialisasi dan bergaul dengan teman teman disini," lanjut nya. 

"Oh, begitu. InsyaAllah bisa kok bu. Disini hampir seluruh kegiatan dilakukan bersama sama. InsyaAllah nanti kakak nya bisa terbiasa ya hidup dengan banyak orang orang baru. Bergaul, bertukar cerita, belajar, dan lain sebagainya. Kalo boleh tau, namanya siapa?" jawab abah Kyra memalingkan pandangannya pada anak laki laki dengan jubah abu abu dan peci. Sejak tadi, anak itu menyembunyikan wajahnya. 

"Tuh ditanya, namanya siapa?" senggol sang ibu memerintahkan nya untuk bersuara. 

"Abian," jawabnya singkat. Pandangannya masih ke arah sepatu yang ia kenakan.

"Wah, Abian. Salam kenal yaa ini abah pemilik pondok pesantren Darul Haq, kalo yang ini panggil aja omah," balas abah memperkenalkan diri, senyum manisnya selalu membuat banyak anak luluh. Abah Kyra sangat menyukai anak kecil. Dirinya terkenal sangat ramah dengan santriwan dan santriwati disana.

"Tuh, bang. Nanti abang belajarnya disini. Sama kayak adek, jauh dari umma. Kegiatannya juga beda sama sekolah sekolah biasa. InsyaAllah jadi lebih rajin disini," umma Ataya membujuk anaknya agar semangat menuntut ilmu di pondok pesantren itu. Sebelumnya, Abian sendiri berasal dari salah satu sekolah islam swasta yang ada di Jakarta. Ia dipindahkan ke pondok pesantren itu karena nilainya yang menurun setiap semester, serta ada beberapa keluhan dari guru guru disana, bahwa Abian ini sangat pendiam. Dirinya benar benar sedikit sekali berbicara. 

"Baik bu, kalo begitu nanti Abian bakal ditemani sama kak Ali ya untuk masa pengenalan lingkungan pesantren. Nanti akan diajak berkeliling melihat tempat tempat yang ada disini," ujar omah sembari menjulurkan tangannya menunjuk kak Ali yang merupakan asisten beliau. 

"Untuk ibu, boleh ke asrama khusus orangtua disana bu, agar bisa beristirahat disana. Ataya juga boleh temu kangen dulu dengan ummanya. Hehe, udah lama gak ketemu kan ya?" lanjutnya mengarahkan tangan ke arah luar, tempat asrama atau penginapan khusus orangtua. 

"Hehe, iya omah," jawab Ataya tersipu malu

"Terimakasih omah, saya izin beristirahat sebentar di Asrama ya, kebetulan nanti sore harus kembali pulang karena ada urusan. Abang ikut kak Ali dulu gih, buat pengenalan lingkungan disini. Umma sama Aya istirahat di asrama. Mohon bantuannya, kak Ali." umma membenarkan tasnya yang tadi terlepas dari bahu, dan berdiri bangkit dari duduk. Omah, abah dan yang lainnya pun bergegas ikut berdiri. Pandangannya pun teralihkan ke arah kak Ali. 

"Baik bu, mari dek Abi. Kita keluar dulu." Ali sedikit mengangguk menyetujui permintaan umma. Ia pun mengajak Abian untuk ikut keluar ruangan bersamanya. 

"Oya bu, mari. Biar saya temani ke Asrama." Sementara omah, mengajak Aya dan ummanya beristirahat di Asrama. 

"Terimakasih." Umma dan Aya pun mengikuti. 

*********************************

"Teman teman, ayo tahfidz. Yuk, yuk!" Kyra memanggil teman temannya dari depan pintu kelas. Teman temannya saat itu, masih tengah sibuk dengan tugas di pelajaran sebelumnya. 

"Baaa!!" Ataya datang mengejutkan Kyra dari belakang. Tangannya mendarat di bahu Kyra yang santai. 

"ASTAGFIRULLAH, SUBHANALLAH, ALLAHU AKBAR!" ujar Kyra latah, dirinya terkejut saat pundaknya disentuh secara tiba tiba. 

"Alhamdulillah, semuanya kesebut. Hihiihi." Ataya menolehkan wajahnya dari arah belakang, tak lupa senyum jahil pun menyertainya. 

"Haishh, gimana? Udah ketemu umma?" Kyra memindahkan rangkulan tangan Ataya yang masih melekat di bahunya. 

"Udah kok. Umma lagi istirahat di Asrama. Dahlah yuk, kita tahfidz." Ataya berjalan melangkah memasuki kelas untuk mengambil barang barang keperluannya di halaqah. Kyra menunggunya masih di posisi yang sama. 

"Buru! Dah pada rapih tuh buat lingkaran," teriak Kyra. Matanya tertuju pada halaqah yang berada di depan kantor guru. Ataya mempercepat gerakannya. Ia pun pergi bergegas bersama Kyra bergabung dengan teman teman disana.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status