Sebuah kisah seorang gadis, bernama Kyra Bellona Ayara yang tinggal di salah satu pondok pesantren di Jakarta. Gadis dengan kepribadian ekstrovert dan sangat mudah sekali bergaul ini, suatu hari bertemu dengan remaja laki laki yang memiliki kepribadian berbanding terbalik dengan dirinya. Abian Airuz Aldari, kakak kelas Kyra yang sangat tertutup dan sulit sekali bersosialisasi. Rupanya, kepribadian yang keduanya miliki saat ini, dipengaruhi karena luka dan trauma di masa lalunya. Akankan semesta mengizinkan keduanya untuk merajut sebuah rasa? Enjoy the novel and happy reading-!! Attention! Kisah ini hanyalah fiktif belaka yang ditulis untuk memberikan dan menyampaikan pesan pesan positif baik secara tersirat maupun tersurat kepada pembaca.
Lihat lebih banyak"Baik anak anak, ibu cukupkan pembelajaran kita hari ini dengan mengucap Alhamdulillah." salah satu ustadzah menutup jam pelajaran nya di kelas.
"Alhamdulillah," jawab anak anak serentak, suaranya mengisi ruangan itu.
Ustadzah Ainun menutup daftar hadir yang ada diatas meja. "baik, setelah ini silahkan persiapkan hafalan kalian ya. Ustadzah persilahkan untuk lanjut ke jam pelajaran berikutnya, yaitu tahfidz."
Anak anak santriwati menyiapkan Al Qur'an dan sebuah buku yang berisi laporan hafalan masing masing, tak lupa mereka menyiapkan sebotol air mineral untuk dibawa ke halaqahnya.
"Aya, Aya, tunggu..." Kyra mengejar langkah Ataya yang semakin cepat berjalan ke arah luar. Kyra, salah seorang santriwati pondok pesantren Darul Haq yang terkenal sangat ceria. Saat ini, ia duduk di kelas 10. Dirinya sangat dekat dengan Ataya, gadis remaja yang sudah ia kenal sejak masih di bangku sekolah dasar dulu. Ataya, biasa dipanggil Aya disana. Ini bukan pengalaman pertama bagi Kyra dan Ataya untuk hidup di sebuah pondok pesantren. Keduanya, memang sudah dibiasakan hidup sendiri jauh dari kedua orangtua sejak masih di jenjang SMP. Pondok pesantren Darul Haq ini sendiri, rupanya pondok pesantren milik Abah (panggilan Kyra untuk kakek nya). Sejak kecil, Kyra memang hidup dibawah asuhan omah dan abah nya. Umi dan abi Kyra, sudah meninggal dunia saat Kyra masih berusia 7 tahun. Keduanya meninggal karena kecelakaan pesawat usai pulang dari tanah suci, Makkah Al Mukarramah.
"Iya? Kenapa?" Ataya menoleh ke arah belakang, langkahnya pun terhenti. Kyra terlihat masih sedikit repot dengan barang barang di tangannya. Ataya pun akhirnya menghampiri untuk membantu.
"Sini sini ah, gini aja repot kamu mah," Ataya mengambil paksa botol minum milik Kyra. Ia berencana membawakannya.
"E-e-eh, kamu gak keberatan itu? Bentar ya, Kyra mau kumpulin tugas pelajaran tadi ke ustadzah Ainun." Kyra berlari cepat memasuki kembali ruangan kelas itu. Sepertinya, Kyra lupa mengumpulkan tugas di pelajaran tadi.
"Aish, buru ah." Ataya menggelengkan kepalanya, selagi Kyra berlari memasuki kelas. Ia terlihat lelah menyaksikan tingkah temannya yang sangat pelupa itu. Dengan cepat Kyra menyerahkan buku tugas nya ke meja guru. Disana, ustadzah Ainun masih menunggu sembari mengoreksi buku - buku tugas yang sudah dikumpulkan.
"Iya...udah nih." gadis itu pun akhirnya keluar dan kembali menghampiri Ataya yang menunggu di koridor kelas. Keduanya pun berjalan mengunjungi halaqahnya yang berada di depan kantor guru. Terlihat para santriwati tengah sibuk dengan Al Qur'an nya masing masing, duduk membuat sebuah lingkaran. Kyra dan Ataya pun, ikut bergabung disana melengkapi tempat yang kosong. Tak lama, ustadzah Aulia yang merupakan pengampu kelompok tahfidz Kyra, datang menyapa anak anak nya.
"Assalamualaikum," sapanya membawa sebuah meja lipat dan Al Qur'an di tangan kiri
"Wa'alaikumussalam," jawab para santriwati berbarengan. Ustadzah Aulia pun, mulai membuka meja lipat nya dan meletakkan barang barang di atas sana. Di pagi menjalang siang itu, tepatnya saat jam menunjukkan pukul 10.15, pondok pesantren Darul Haq terutama di gedung santriwati, ramai dan ricuh dengan suara lantunan ayat Al Qur'an. Suara suara itu, seakan tak mau mengalah satu dengan yang lainnya. Merdu sekali.
***********************************
/Kringgg, kringgg
Bel berbunyi sangat nyaring, menandakan tibanya waktu makan siang. Ustadzah Aulia menutup halaqahnya siang itu. Para santriwati telah menyelesaikan jam tahfidz, kini saatnya mereka pergi ke ruang makan untuk makan siang.
"Aya, Kyra kepengen makan rendang euy. Udah lama gak makan, tapi gak mungkin sih mbak masak rendang siang ini. Gak mencium bau bau bumbu rendang perasaan," ujar Kyra berjalan bergandengan dengan Ataya menuju ruang makan. Sesekali, Kyra menatap mata Aya.
"Eummm, aku malah kepengen bakso. Ahh, seger pasti. Rendang seret, gak like," saut Ataya yang sedang membayangkan semangkuk bakso, yang merupakan makanan favorit nya.
"Yeuu, bakso mulu ah. Enak sih, tapi siang siang gini kayaknya kurang mantep deh." Kyra menolak setuju dengan pendapat Ataya. Keduanya memang suka sekali menebak nebak, padahal tak lama lagi Kyra dan Ataya tiba di ruang makan.
"Ngomongin bakso, aku inget abang deh. Dia kalo makan pas sakit, maunya cuma mie kalo gak bakso. Udah tuh, dua itu doang. Emang demen banget makan bakso orang itu," Ataya sedikit menceritakan kakak laki lakinya, hingga tak terasa Kyra dan Aya kini mulai memasuki ruang makan.
"Hehehe, emang seger sih bakso. Favorit sejuta umat," Kyra merespon cerita Ataya sebelumnya, itu bentuk ia menghargai teman nya yang bercerita. Keduanya memang sudah sangat terbuka satu sama lain.
"Ayo makan, makan. Sini, udah siap nih," ucap mbak Yanti mempersilahkan para santriwati yang baru saja datang untuk segera menyantap makanan. Hari ini, Kyra dan Ataya mendapat jadwal makan di satu nampan yang sama, bersama 3 orang teman lainnya.
"Eh, bukan rendang bukan bakso. Tau tau nya ayam again!" keluh Ataya berbisik melihat menu makan siang hari itu. Ia terlihat bosan dan tak tertarik untuk makan.
"Shtt, bersyukur eh, Alhamdulillah lho masih dikasih makan ayam. Udah yuk ah, makan." Kyra duduk melingkar dengan nampan yang ada ditengah. Sebelumnya, santriwati sudah mencuci tangan maisng masing sebelum memasuki ruang makan itu. Ataya pun ikut duduk di celah lingkaran. Sebelum makan, santriwati tak lupa membaca doa bersama sama. Meski hanya makanan yang sederhana, namun moment kebersamaannya inilah yang membedakan pondok pesantren dengan sekolah pada umumnya.
***********************************
/Allahu akbar, allahu akbar
Adzan merdu terdengar dari masjid. Dalam sekejap, suasana menjadi hening. Baik santriwati maupun santriwan diam menyimak adzan yang berkumandang. Tak lupa, setiap larik adzan mereka jawab. Semuanya diam khusyu hingga adzan selesai. Setelah selesai adzan, para santriwati mulai ramai mengantri untuk berwudhu di kamar mandi. Begitupun dengan Kyra dan Ataya.
"Kyraa,"
"Kyrr,"
"Heii, Kyra!"
Panggil kakak kakak kelas Kyra melihat Kyra yang berjalan menuju kamar mandi bersama Ataya. Nama Kyra memang sudah tak asing lagi disana. Kyra terkenal dengan gadis yang ramah dan sangat mudah sekali bergaul. Kyra memang sangat terbuka dengan siapa saja. Banyak kakak kelas yang tak segan menyapa saat melihat gadis ini.
"Haii," Kyra menjawab penuh antusias. Ia memiliki hubungan baik dengan kakak kakak kelasnya. Meski dirinya masih duduk dikelas satu SMA, dan merupakan adik kelas terkecil dijenjang ini.
"Widih.... Fansnya dimana mana," ledek Ataya sedikit menyenggol lengan Kyra.
"Hiih, bukan fans ah. Buruan hayuk ngantri, keburu makin panjang." Kyra menarik tangan Ataya dan mengajak nya untuk mempercepat langkah agar bisa tiba di kamar mandi jauh lebih cepat.
"Astagfirullah, yang sabar toh mbak." Ataya terkejut mengetahui tangannya tiba tiba ditarik paksa oleh Kyra.
***********************************
Sosok laki-laki dengan kemeja lengan pendek berwarna biru muda, membuka pintu tersebut. Jam tangan hitam, dengan pulpen yang sedang di genggam yang pertama kali dilihat Kyra dan Ataya. Keduanya sedikit mengangkat dagu ke arah atas. Kemudian belum genap 5 detik, Kyra dengan cepat menurunkan kembali wajahnya."Abang?" ujar Ataya terkejut."Hm?" jawab Abian sangat singkat."A-anu, K-Kyra mau kasih ini, apa tuh namanya, Kyr?" Ataya mendadak gugup tak karuan, entah apa yang membuatnya seperti itu."Hm?" Abian mengulangi hal yang sama dengan sebelumnya. Kedua tangannya kini ia sembunyikan dalam saku celana, pandangannya hanya menatap sang adik, Ataya."E-emm, i-ini, kak ada amanah dari ustadzah, untuk serahin laporan harian dan absen kelas 11b. I-ini semua lembarannya ada disini, kak," ujar Kyra mengambil alih kecanggungan diantara keduanya. Gadis itu menyerahkan benda yang ia pegang sejak tadi. Sebuah map berbentuk persegi panjang
Malam itu, usai berkegiatan satu hari penuh, Abian masuk beristirahat di kamar pribadinya yang berada di asrama. Ia sekilas menatap jam kecil yang berada di meja tempat di samping tempat tidurnya. Jam menunjukkan pukul 21.42. Beranjak dari kursi yang ia duduki setelah kurang lebih setengah jam untuk belajar, membaca buku, dan tilawah Al - Qur'an."Alhamdulillah," ujarnya sambil menarik selimut yang sejak pagi tadi masih berdiam rapi di tempatnya. Sebelum punggung belakang laki-laki tersebut sempurna menyentuh kasur yang sangat nyaman, Abian melepas kacamata yang ia kenakan, dan meletakkannya tepat di meja yang berada di sebelah kirinya. Terlihat sebuah benda kecil nan tipis sudah sedari tadi berbaring di atas taplak meja.Abian meraih handphonenya, sejenak memainkan nya, dan sebuah rasa berkunjung tanpa diundang. Sebuah pesan yang tiba-tiba masuk, membuat Abian terkejut. Umma menghubunginya di tengah larutnya malam saat itu. 
Setelah pembagian hadiah secara simbolis kepada para santri yang menduduki juara umum lomba cerdas cermat Pondok Pesantren Darul Haq, Kyra, Ataya, dan juga Sarah kembali duduk dan bergabung bersama teman-teman lainnya di tempat semula, dengan diiringi sorak ramai bukti bangganya seisi kelas dengan 3 perwakilan mereka.Selain itu, bukan hanya mereka yang mendapat juara umum, yang akan memperoleh penghargaan, tapi penghargaan diberikan merata untuk seluruh peserta yang sudah turut berkontribusi dalam lomba tersebut hingga akhirnya tiba di babak final. Hanya saja, kuantitas dan jenis penghargaannya beragam menyeimbangkan poin hasil akhir yang mereka dapat."Maa Syaa Allah, luar biasa, Selamat untuk para pemenang lomba! Untuk seluruh peserta yang sudah mengikuti dan turut serta meramaikan, ustadzah ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, dan semoga melalui kegiatan ini, terdapat karakter, serta pola pikir baru yang tumbuh dalam d
"Allahu akbar allahu akbar." Merdunya adzan yang berkumandang di masjid.Fajar telah tiba. Para santri bergegas mempersiapkan diri untuk shalat shubuh di masjid Darul Haq dekat asrama mereka. Beberapa ada yang masih mengantri, untuk berwudhu dan mandi. Suasananya sudah mulai ramai kembali seperti biasa.Pagi itu, suasana pagi diselimuti embun. Udara sejuk diiringi kicauan burung yang indah. Santri bersiap untuk melaksanakan agenda hari itu. Acara yang cukup dinantikan. Yaitu, babak final yang merupakan puncak lomba cerdas cermat.Kyra, Ataya, dan Sarah sudah sibuk mempersiapkan diri satu malam penuh, berlatih soal, dan tak lupa juga mereka meminta dukungan dari para teman dan ustadzah disana. Tegang, gugup, cemas. Semuanya bercampur menjadi satu. Tak lupa dilengkapi dengan taburan bubuk yang berupa pikiran-pikiran negatif penghambat kepercayaan diri."Semangat, Kyra, Ataya, Sarah!"
Hari pun kini berganti. Cuaca pagi itu, kurang mendukung. Awan yang gelap, disertai angin yang sejuk. Matahari bersembunyi dan tak menampakkan diri. Jalanan kering sedikit basah, akibat hujan semalam.Hari itu, sebuah kegiatan yang sudah direncanakan, akan berlangsung. Kegiatan cerdas cermat. Seluruh santri, akan bersaing dalam kegiatan ini. Mereka sudah menyiapkan diri semaksimal mungkin sejak semalam. Pagi itu, masih banyak diantara mereka, yang tengah sibuk berlatih soal, mencari buku-buku, mengunjungi ruang guru untuk bertanya pada ustadz dan ustadzah disana, serta banyak lagi."Kyr, gimana? Udah siap?" tanya Ataya yang masih menggenggam pulpen biru di tangannya."Belum, kurang banget ini persiapannya. Masa cuma semalem doang," ujar Kyra mengeluh kesal. Pasalnya, ia belum mempersiapkan diri secara maksimal hingga pagi itu."Iya banget, kurang tau. Gapapa, Kyr, acaranya masih jam sembilan, bisalah kit
"Kyra, Kyra.""Kyra…, udah sembuh?""Apa kabar, Kyr?"Tanya teman-teman Kyra begitu melihat gadis itu kembali hadir dan bergabung bersama mereka di kelas."Iya, Kyra udah sembuh Alhamdulillah," jawabnya kemudian menghampiri tempat duduknya. Kebetulan, Ataya duduk berdekatan dengan Kyra hari itu. Kyra duduk tepat di sebelah Ataya."Pagi, Kyr," sapa Ataya melihat Kyra yang menarik kursi untuk duduk di sampingnya."Pagi," jawab Kyra sangat singkat. Gadis itu kemudian mengeluarkan beberapa tugasnya yang belum sempat ia kumpulkan karena sakit kemarin."Mau ditemenin ke ruang ustadzah buat ngumpulin tugas-tugas itu?" Ataya menawarkan diri untuk menemani Kyra mengumpulkan tugas ke ruang ustadzah."Gak usah, gak papa." Kyra kemudian beranjak dari kursi duduknya, dan pergi ke arah luar menuju ruang ustadzah seorang diri."Ekhem, Kyra masih marah, A
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen