“Arghhh! Sialaaan! Apa yang KAU LAKUKAN?!”Berteriak begitu kencang secara sengaja selain karena memang merasa terkejut, juga karena ingin menarik bantuan lewat perhatian yang didapat dari teriakannya tersebut, … Desika membekuk pergerakan Rafi dengan cara mengimpit lehernya mengenakan perpotongan lengan.“KAU GILA YA? KAU MAU MATI YA?”Terima kasih atas suara lantangnya itu, petugas medis yang kebetulan sedang lewat di dekat koridor ruangan ini datang membantu mencegah upaya sang pasien bernama Rafi untuk melompatkan diri dari lantai 5 rumah sakit ini.Sekarang, setelah dipikir-pikirkan lagi, … tentang bagaimana pasien yang berontak dari para petugas medis yang berusaha menyuntikkan obat penenang, demi mencegah hal-hal tak diinginkan mau dilakukan kembali oleh Rafi yang saat ini tampak mengucurkan banyak darah dari hidungnya sedari Desika seret tuk menjauh dari jendela, … si gadis yang mulai menangkap situasi, mengerutkan keningnya serius.Rupa-rupanya, orang yang dimulai dari hari i
“Ini hasil tulisanmu?”Membuka lembaran buku cetak fisik yang Desika berikan kepadanya untuk dibaca pertama kali oleh pembaca pertamanya sebelum versi novel online-nya ia luncurkan, … Rafi menghabiskan masa liburan kerja untuknya akibat majikannya sedang menutup kafe karena hendak bertamasya, … membaca secara antusias buku yang berjudul “Tame My Possessive Fiancé”. Tentu, rasa semangat dari pembaca pertamanya ini membuat Desika senang tidak terhingga.Terutama, karena dia, sosok pembaca pertamanya … adalah ketertarikan cinta pertamanya juga. “Jadi, bagaimana menurutmu?”“Ini cerita yang bagus.”Mata mereka saling bertatap, dan mengalihkan satu pandangan bermakna lain ke sorot manik yang memancarkan aura keceriaan.“Kau membuatnya sangat realistis dengan suasana di duniaku, sehingga dapat mendorong orang ikut percaya bahwa dunia tempat tinggalku itu memang ada.”“Kalau begitu, apa kamu tidak keberatan kalau aku …?”“….”Ah.Senyuman tipis yang menyimpul seperti sebuah seringai itu te
Saat Rafi yang hanya dalam sepersekian menit sudah kehilangan memori terkait kenangan mereka menghabiskan waktu bersama selama beberapa bulan ke belakang ini, bertanya kepadanya akan siapa dirinya, … Desika menjawab.“Aku temanmu.”Teman.Hanya itu.Setidaknya untuk sekarang.Lalu ….“Sial, sial, sial, SIAL!”Saat dia berinisiatif memeluk dan menutupi mata beringas Rafi tatkala orang yang berbeda kepribadian ini dengan kepribadiannya di sehari yang lalu itu, karena amukannya semakin menjadi-jadi tatkala melihat dunia berbeda dari apa yang diketahuinya, … Desika mengatakan.“Tidak apa-apa, aku akan memandumu. Karena aku temanmu, aku akan selalu bersamamu."Karena dia temannya, tak ada alasan yang bisa membantahnya untuk mencegah teman berharga bagi dirinya itu jatuh ke dalam parit untuk terpuruk sendirian.Kemudian, ….“Mati. Mati. Mati. Mati …!”Betapa eratnya pelukan yang Desika berikan kepada Rafi, dalam beberapa minggu waktu yang dihabiskannya sendiri untuk mengawasi orang yang men
“Aboo! Abuuu!”Sigh …!Sulit dipercaya, ada dunia yang suasananya jauh berbanding terbalik dengan dunia yang Desik—ah! Maksudnya, Alvina bayi ini kenal.Lihatlah atap langit-langit berukiran estetik, tetapi jika di zamannya sudah pasti akan dipanggil sebagai sebutan barang antik atau kuno, … menghias rumah kepemilikan dari dua orang cantik nan tampan, yang Alvina taksir sebagai orang tua kandungnya ini. Itu terlihat begitu nyata.Apakah seperti ini perasaannya Rafi dahulu, sewaktu dia tinggal di waktu bernuansa semacam sekarang, tetapi tiba-tiba terlempar jiwanya untuk memasuki raga milik seseorang berpenduduk zaman modern?Ternyata, lumayan mengesalkan juga, ya.Mengingat, orang-orang baru yang dikenalnya tidak memahami adaptasi lingkungan mereka.“Cikucikuckik! Bwaaa!”“….”Menatap datar pria konyol yang faktanya bahwa dia memang ayahnya, karena sudah berjasa besar dalam mewariskan penampilan indah dari rambut biru beri, mata biru es yang dingin, serta kulit putih pucat, … tengah m
“Your Grace, Saya mohon percayalah pada Saya! Saya tidak pernah berbuat kejahatan apapun terhadap Lady Aira. Jangankan berbuat jahat, baru merencanakan perbuatannya saja tidak!”Seorang Wanita kuyu menangis tersedu-sedu sambil terus menjerit-jerit membela dirinya pada seorang pria berpakaian rapi khas bangsawan tingkat tinggi kerajaan. Dengan tubuh lunglai dan penuh dengan bekas luka siksaan, wanita itu diseret paksa oleh 2 ksatria bawahan dari pria tadi.“Kenapa Anda memperlakukan Saya sampai seperti ini hanya demi membela Lady Aira yang bisa saja menjebak Saya?! Padahal dia tak ada hubungannya dengan Anda, Your Grace. Sedangkan Saya ... Saya ... Saya ini adalah tunangan Anda!”Wanita itu, Darissa Na Eiren. Wanita yang dulunya sangat cantik bagaikan bunga anggrek biru yang langka, kini malah terlihat seperti bunga kering yang sudah mati. Rambut biru arktiknya yang secerah langit kini tampak kusam
TRACK! TRACK! TRACK!Suara benturan pedang kayu yang beradu sengit itu menyahuti cuitan burung-burung merpati yang bercicit di atas pohon kenari, dua anak kecil yang saling menyerang menggunakan pedang kayu terlihat bersenang-senang dengan latihan pagi mereka. Kedua anak yang sudah merasa kelelahan itu pun akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak, mereka tertawa bersama lalu saling menyanjung satu sama lain.“Pengembangan bakat berpedangmu semakin meningkat.”“Itu belum seberapa, Saya akan berusaha untuk menjadi jauh lebih kuat lagi agar bisa menjaga Anda. Your Highness.”Salah satu anak yang berperawakan cukup tinggi untuk seukuran bocah berusia 13 tahun, menundukkan kepalanya sopan kepada anak laki-laki di depannya yang derajatnya jauh lebih tinggi darinya. Rambutnya yang memiliki warna sehitam ebony menggantung di udara tatkala kepalanya merendah, iris matanya yang se
Empat tahun dengan cepat telah berlalu, kehidupan di akademi sihir tidak terlalu berbeda. Lancient yang tetap tak bisa menggunakan sihir tapi nilai akademiknya di bidang lain sangat unggul, lalu ada Aira yang telah tumbuh menjadi remaja yang cantik dan sering dijuluki sebagai "Si Gadis Jenius" karena pandai mengendalikan Mana.Fennel cukup sering mengawasi mereka berdua, ada perubahan besar dalam hatinya yang perlahan terkesudah mulai terketuk oleh debaran jantung yang selalu menggebu-gebu di dada saat melihat keatraktifan Aira. Sekarang, Fennel mengerti kenapa Lancient selalu bilang padanya kalau dia tergila-gila pada gadis polos itu, Fennel menemukan dirinya sendiri juga terjerat ke dalam pesonanya Aira yang sangat luar biasa.Akan tetapi, dia tidak boleh membiarkan perasaannya lepas kendali. Dia tidak mau membiarkan dirinya menjadi tak tahu malu karena menyukai gadis yang sama dengan tuan mudanya itu. Kalaupun memang perasaannya masih terus ada,
/”Waktu cepat sekali berlalu ya? Lihatlah keluar, musim panas sekarang sudah menjadi kesekian kalinya yang kulalui tanpa keberadaanmu 4 tahun terakhir ini. Ah, Aku kesepian tanpamu, kapan sih adik kecilku yang manis itu kembali ke pelukan kakaknya yang cantik jelita ini?”/“Hihi, Kakak masih sama seperti biasanya. Selalu memuji dirinya sendiri di setiap surat yang ia berikan padaku, apa dia tidak memikirkan kata-kata lain selain ini?”Darissa terkikik kecil membaca surat dari kakaknya itu, sepucuk surat yang menjadi penebus rindu./”Kesehatanku sudah mulai membaik daripada sebelumnya, sekarang Aku tidak terlalu sering berbaring di kasur dan mengurung diri di kamar tahu! Setelah Kau lulus dari akademi, ayo lakukan semua hal yang ingin Kau lakukan bersamaku dulu! Seperti piknik di musim panas, menanam dan melihat bunga-bunga cantik di musim semi, berjalan bersama saling berganden