“Jangan terlalu girang, Agni. Saya masih belum bisa memahami energi ini,” Dean mencoba membuat Agni sedikit tenang.“Maksud lu, Om?”“Energi ini… sedikit asing.” Dean menarik napas. “Mungkin karena benar-benar level yang langka.”“Pelan-pelan saja. Mencapai Level Satu, bukanlah semata-mata hasil usaha. Tapi juga merupakan takdir yang ditentukan oleh-Nya. Anda mencapai tahapan itu, karena sudah ditentukan demikian. Maka Anda pasti akan mengerti seiring waktu.” Nawidi memberikan pandangannya dengan bijak.Dean tersenyum dan mengangguk. “Ya.”Pria bermata hazel itu kemudian menarik napas panjang lainnya. “Kembali ke urusan Einhard. Saat dia menelepon saya, dia seolah berpamitan. Menitipkan Aliya, seolah dia akan pergi jauh dan lama tidak akan kembali.”“Ya, itu terdengar seperti berpamitan di telinga saya,” imbuh Nawidi.“Tapi berpamitan kemana Om? Bang? Mau kemana bang Einhard?” Agni menoleh bergantian pada Dean dan Nawidi.Kedua pria itu menggeleng.“Dan sampe sekarang pun bang Einhard
“Gila!!”Bukan hanya Agni saja yang terkejut. Dean dan Nawidi pun tersentak kaget saat mendapati jarak yang membentang antara mereka berdiri dan area kediaman Aliya, bertambah seratus meter lebih jauh.Sebelumnya hanya tiga ratus meter, saat ini mencapai empat ratus meter.“Gimana ini, Om?” tanya Agni cemas pada Dean. “Kalo kaya gini, kita makin jauh aja dari Moony!”Dean tidak menjawab. Tanda tanya di hatinya juga kian membesar.Guncangan yang besar yang terasa hingga ke wilayah basecamp mereka, telah membuat geger dan menjadi tajuk utama berita.Pihak berwenang pun tidak bisa menjelaskan, dari mana asal muasal gempa berkekuatan setara 5,6 SR. Berbagai spekulasi pun muncul, namun semua pernyataan para ahli itu, berakhir dengan kebuntuan karena tidak ditemukannya bukti secara ilmiah.“Saya akan standby di sini, kau pergilah untuk melakukan screening dan mengecek segala sesuatu.” Dean berkata pelan pada Nawidi yang langsung disambut dengan anggukan kepala.Tanpa bicara dan tanpa perubah
Tiga bulan telah berlalu.Aliya berusaha kembali menjalani kehidupannya, meski sakit.Adnan berhasil menghubungi Radith Aziz namun harus terhantam kekecewaan yang sangat besar, begitu Radith Aziz pun mengatakan bahwa Elang telah memberitahunya tentang penalakan Aliya itu.Baik Adnan maupun Radith sama-sama tidak mengetahui alasan utama Elang menceraikan Aliya. Pada akhirnya, Adnan memutuskan untuk menguatkan sang putri sulungnya untuk bisa menerima kenyataan itu dengan hati lapang dan ikhlas.Ayah kandung Aliya itu benar-benar tidak ingin putrinya berkubang duka dan bergelimang penyesalan terus menerus.Seakan tidak cukup sampai di sana, Aliya harus kembali terhantam luka.Kali ini, total mematikan seluruh harapan dan asa yang ada.Dua bulan berikutnya, Aliya menerima kabar dari Emilia --sahabat Aliya saat kuliah dulu, yang menyayat dan menikam hatinya kembali.Elang menikahi seorang wanita lain.Tidak mau mempercayai, namun video yang berisi ijab kabul Elang dengan wanita itu, begitu
[Hello there! Lagi senggang gak neh? Gue bisa telpon?]Satu pesan masuk dalam aplikasi chat instan di ponsel Aliya.Wanita muda yang kini berstatus janda itu menatap layar ponselnya. Wajahnya tanpa keceriaan, namun seutas senyum membentuk di bibirnya.Jarinya menekan tombol telepon dan tidak menunggu lama, pemilik nomor di ujung sana menjawabnya.‘How are you, Miss?’ (Bagaimana kabarmu?) sapa Diani ramah.Suara hangat dan tenang itu, tiba-tiba membuat tenggorokan Aliya terasa perih dan tercekat.Kedua matanya bergenang lagi --entah mengapa. Padahal ia tidak sedang mengingat Elang.“Sis…” Aliya tercekat lagi.‘What’s up?’ (Ada apa?) Mungkin merasa keanehan dalam nada suara Aliya, Diani bertanya.Diani memang selalu tenang. Pembawaannya yang santai dan memberikan rasa hangat, membuat Aliya merasakan kepercayaan pada Diani. Hingga di awal pertemuannya dengan Elang, Aliya juga
Suatu amarah di manifestasi-kan dalam berbagai bentuk.Bagi Aliya, ia memilih sesuatu yang ekstrem, yang bahkan mungkin akan disayangkan semua orang, termasuk Hana dan Diani, apalagi kedua orangtuanya.Tanpa sepengetahuan keluarga, Aliya menjual rumah yang ia tempati bersama Elang sejak awal pernikahan mereka dan menyumbangkan uang hasil penjualan tersebut ke satu yayasan amal.Aliya hanya menyisakan sejumlah uang untuk membeli rumah kecil di kompleks sederhana.Orangtua Aliya yang belakangan mengetahui ini, meminta Aliya tinggal bersama mereka.“Ini permintaan Mama dan Papa. Jika kamu menolak, Mama anggap kamu sudah tidak memikirkan Mama dan Papa-mu lagi,” ancam Laila setelah tahu bahwa Aliya telah memberhentikan bi Sumi, pak Soleh dan babysitter yang selama ini bekerja dengannya.Mendapati ancaman seperti itu, mau tak mau Aliya membatalkan rencana kepindahannya ke rumah kecil yang ia beli, dan beralih tinggal bersama kedua orangtuanya.Tidak banyak barang yang dibawa Aliya --hanya pa
Seakan belum usai derita yang menoreh luka di diri Aliya, di akhir tahun itu, Aliya harus kehilangan sosok pelindung yang paling ia cintai.Adnan Hafizuddin mengembuskan napas terakhir karena komplikasi penyakit yang dideritanya.Aliya bersimpuh di sisi jenazah sang papa yang terbujur kaku dan ditutupi kain. Tanpa kata, tanpa airmata.Tatapannya terpancang pada tubuh kaku itu, bahkan tanpa berkedip. Hatinya begitu sakit, matanya telah membengkak karena airmata yang tumpah ruah saat mendapati Adnan melepas napas terakhirnya di Rumah Sakit.Jika ia ditanya, ia pasti akan menjawab; Ia tidak ingin apa-apa, hanya ingin sang Papa kembali bersamanya.Bagi Aliya, sosok pelindung sejati dan sebenar-benarnya, hanyalah ayahnya.Dua kali kecewa dan mengalami kandas dalam rumah tangganya, oleh lelaki yang ia anggap kejam, membuat ia tidak mau lagi mempercayai lelaki mana pun, kecuali sang papa.Namun kini, lelaki yang sangat berarti dan berharga itu pun, meninggalkan dirinya.“Al..” Suara serak Lai
“Guru Anda… ternyata kakek Aliya?” Nawidi yang biasa berwajah datar, saat ini terlihat mengerutkan keningnya.Dean mengangguk. “Saya tidak pernah menyangka ini. Betul-betul tidak. Terutama saat tahu, sebenarnya kakek Aliya telah tiada jauh sebelumnya. Saat Aliya sendiri masih balita. Bagaimana bisa…” Dean tidak melanjutkan kalimatnya.“Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, jika Tuhan menghendakinya.” Nawidi kembali menatap ke depan sana.Dean mengangguk lagi dan melepas napas perlahan. “Pantas saja, saat saya memegang kembali kalung Aliya --pemberian mendiang, Guru muncul dan memberi peringatan.”“Peringatan?”“Ya. Itu salah satu alasan terkuat saya segera kembali ke sini,” ujar Dean.“Kalung Aliya masih dipegang Anda?”“Ya. Saya sempat ingin menyerahkan pada Einhard. Namun dia meminta saya memegangnya dulu. Sampai hari ini, ka
Satu tahun berlalu.Itu adalah 2021, ketika Aliya akhirnya memiliki pekerjaan sendiri. Aliya tidak mungkin terus bergantung pada Laila atau dari sisa-sisa tabungan yang dimiliki olehnya.Aliya lolos seleksi penerimaan pegawai honor di salah satu instansi pemerintah daerah. Ia menangani orang-orang yang membutuhkan asistensi sosial. Entah bagaimana awal mulanya, namun Aliya dengan lancar lolos semua tahapan seleksi untuk pekerjaan yang sangat jauh dari bidang yang dikuasai Aliya.Namun satu hal, Aliya sungguh menikmati pekerjaannya. Mungkin karena seorang Elemen Bumi, Aliya seseorang yang sangat hangat dan mudah memahami kesulitan orang lain.Orang-orang yang dibantu Aliya, menyukai wanita muda itu.Siang hari itu, Aliya baru saja selesai melakukan home visit atau kunjungan ke rumah seorang lanjut usia yang terlantar di wilayah desa Cikahuripan.Ia sedang asyik mengendarai motornya --yang setengah tahun lalu ia beli untuk lebih memudahkan mob