Home / Fantasi / Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin / Bab 60. Yang Terbangun dari Abu

Share

Bab 60. Yang Terbangun dari Abu

Author: Quennnzy
last update Last Updated: 2025-07-24 08:44:01

Langkah-langkah mereka terhenti begitu suara dari dalam gerbang kembali terdengar, kali ini bukan hanya gemuruh… melainkan bisikan serak, penuh parau, seolah dibentuk dari abu dan serpih kutukan yang tak bisa dibakar habis oleh waktu.

Arga menggenggam pinggiran mantel lusuhnya. Tubuhnya gemetar, bukan karena takut, tapi karena sesuatu dalam dirinya... merasa terlalu akrab dengan suara itu.

"Apa itu..." gumam Alura pelan, jemarinya menekan pelan dinding batu yang berdenyut seolah hidup.

Rafael berdiri satu langkah di depan mereka. Punggungnya tegang, dan matanya menatap Gerbang Kedelapan seolah mencoba menembus lapisan-lapisan gaib yang tak terlihat.

"Aku kenal suara itu," lirih Arga, dan untuk pertama kalinya sejak mereka tiba di reruntuhan ini, suaranya terdengar seperti anak kecil yang tersesat. "Itu bukan dari luar... itu dari aku."

Alura menoleh cepat, matanya mencari wajah Arga, seolah mencoba membaca ulang semua ingatan yang pernah ia tolak.

“Arga... kamu yakin?”

Arga men
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 62. Antara Nyawa dan Nama

    Suara detak itu bukan berasal dari jantungnya. Alura tahu betul. Detak itu datang dari tanah yang dia pijak dari retakan-retakan darah yang mengalir seperti akar, menyebar di sekelilingnya, menciptakan irama yang tidak mengikuti waktu. Setiap hentakan bukan hanya suara, tapi desakan dari sesuatu yang ingin lahir… dari dalam dirinya sendiri.“Alura?” suara Arga lirih, nyaris tak terdengar. Tapi di dunia ini, yang menggantung di antara realita dan gema jiwa, bisikan pun bisa menggelegar seperti guntur.Ia menoleh. Arga duduk bersandar di tiang gerbang yang setengah tenggelam, napasnya pendek, wajahnya pucat seperti dikuras dari dalam. Darah mengalir dari pelipis dan ujung jari-jarinya. Tapi yang lebih menyakitkan dari luka fisik adalah tatapan mata Arga penuh ragu dan kehilangan."Aku di sini," bisik Alura. Tapi suaranya tak lagi seperti miliknya. Ada gema dalam nada bicaranya, seolah dua suara berkata bersamaan.Silvanna… dan sesuatu yang lain.Langit di atas mereka terbelah perlahan.

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 61. Yang Terbangun di Antara Retakan

    Tanah itu tidak lagi terasa seperti tanah. Ia berdenyut, seolah-olah darah mengalir di balik lapisan bebatuan merah tua. Langit di atas mereka pecah dalam guratan ungu yang menyala, membentuk retakan yang tak berhenti berdesis seperti napas terakhir dari sesuatu yang pernah hidup.Alura berdiri diam di tengah pusaran itu.Suara Gerbang Kesembilan bukan lagi hanya bisikan. Ia kini memenuhi udara. Kadang terdengar seperti nyanyian, kadang seperti lolongan makhluk yang kehilangan nama. Kadang seperti suara ibunya. Kadang seperti dirinya sendiri."Kau yang membawa luka paling tua. Maka kaulah kunci."Darah Alura terasa berdesir. Bukan karena ketakutan, tapi karena sesuatu yang lebih tua dari rasa takut itu kenangan yang bukan miliknya, namun bersemayam dalam tulangnya.Rafael mendekat pelan, memanggil namanya. Tapi suara itu seperti diredam, tenggelam dalam kabut merah yang mulai melingkupi tubuh Alura."Aku di sini," bisik Rafael.Alura menoleh, matanya bersinar samar. Tapi ia tidak menj

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 60. Yang Terbangun dari Abu

    Langkah-langkah mereka terhenti begitu suara dari dalam gerbang kembali terdengar, kali ini bukan hanya gemuruh… melainkan bisikan serak, penuh parau, seolah dibentuk dari abu dan serpih kutukan yang tak bisa dibakar habis oleh waktu. Arga menggenggam pinggiran mantel lusuhnya. Tubuhnya gemetar, bukan karena takut, tapi karena sesuatu dalam dirinya... merasa terlalu akrab dengan suara itu. "Apa itu..." gumam Alura pelan, jemarinya menekan pelan dinding batu yang berdenyut seolah hidup. Rafael berdiri satu langkah di depan mereka. Punggungnya tegang, dan matanya menatap Gerbang Kedelapan seolah mencoba menembus lapisan-lapisan gaib yang tak terlihat. "Aku kenal suara itu," lirih Arga, dan untuk pertama kalinya sejak mereka tiba di reruntuhan ini, suaranya terdengar seperti anak kecil yang tersesat. "Itu bukan dari luar... itu dari aku." Alura menoleh cepat, matanya mencari wajah Arga, seolah mencoba membaca ulang semua ingatan yang pernah ia tolak. “Arga... kamu yakin?” Arga men

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 59. Cermin yang Tak Memantul

    Langkah kaki mereka tak lagi menggema. Bukan karena lantai berubah, tapi karena suara itu sendiri tak lagi hidup di tempat ini. Alura berdiri diam di tengah ruangan tanpa dinding, tanpa langit, tanpa tanah. Sekelilingnya hitam, tapi tidak kosong. Bayangan menggeliat seperti asap, membentuk siluet tubuh manusia tapi tak satu pun memiliki wajah. Di hadapannya berdiri sebuah cermin, tinggi menjulang, nyaris seperti gerbang itu sendiri. Tapi permukaannya… tidak memantul. Hanya gelap, seperti menatap sumur yang tidak berujung. Rafael menarik napas pelan, menahan ketegangan. Ia berdiri beberapa langkah di belakang Alura, matanya menyapu sekitar dengan waspada. Di sisi lain, Arga mencengkeram lengan kirinya yang masih berlumuran darah, tapi sorot matanya tak lepas dari Alura. “Apa ini...?” gumam Rafael, lebih kepada dirinya sendiri. Alura mendekati cermin perlahan. Satu langkah. Dua langkah. Dan sesuatu dalam dirinya bergerak. Ada suara tidak keluar dari luar, tapi dari dalam. Suara it

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 58. Cermin yang Tak Menampilkan Wajahmu

    Bayangan itu tidak mengikuti cahaya. Ia berdiri sendiri. Langkah Alura terhenti di tengah lorong batu, di mana dinding-dindingnya bergerak seperti napas makhluk hidup. Udara di Gerbang Kedelapan bukan hanya dingin, tapi juga berisi - berisi tatapan. Bukan hanya mata yang melihatnya, tapi ingatan, penghakiman, luka-luka yang belum pernah dibalut. Di belakangnya, suara langkah Arga berhenti hampir bersamaan. “Tempat ini…” bisik Rafael, matanya menyapu dinding yang perlahan berubah warna dari kelabu menjadi merah pekat. “...menolak logika.” “Bukan logika yang ditolak, Rafael,” ucap Alura pelan. “Yang ditolak… adalah kebenaran.” Arga menatapnya, dalam dan ragu. Ia menyipitkan mata, menatap wajah Alura seakan mencari sesuatu yang hilang. “Kau terdengar seperti seseorang yang lain.” Alura tidak menjawab. Ia berjalan pelan lagi, menyusuri lorong yang kini mulai menampilkan bayangan mereka sendiri, tapi bayangan itu tidak menirukan gerakan mereka. Mereka berdiri kaku, mengawasi, menghak

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 57. Cermin yang Retak

    Langkah-langkah mereka tak lagi memiliki irama. Arga berjalan lebih lambat, seolah setiap batu yang dipijaknya menyimpan sejarah yang ingin ia hindari. Rafael, dengan tatapan yang tak pernah benar-benar meninggalkan punggung Alura, seperti menanti sesuatu entah kehancuran atau pengkhianatan. Alura sendiri berjalan paling depan, tubuhnya tegak tapi aura di sekelilingnya terasa berbeda. Gerbang Kedelapan telah menggoreskan sesuatu ke dalam dirinya. Ia tak banyak bicara, hanya sesekali menoleh, seolah memastikan kedua pria di belakangnya tidak lenyap ditelan bayang-bayang reruntuhan Vellen Thar yang kian memutarbalikkan logika waktu dan ruang. Udara menjadi dingin, seperti embusan dari dunia yang tak seharusnya dijamah manusia. Di hadapan mereka, lorong batu membelah menjadi tiga arah. Masing-masing lorong menghembuskan angin berbeda, satu membawa aroma darah yang telah lama mengering, satu lagi penuh dengan suara gemerisik seperti tawa anak-anak, dan yang ketiga... hening, nyaris

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status