Beranda / Fantasi / Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin / Bab 71. Bayangan yang Berbisik di Gerbang kesepuluh

Share

Bab 71. Bayangan yang Berbisik di Gerbang kesepuluh

Penulis: Quennnzy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-30 14:12:11

Suara desir angin terasa lebih tajam di antara reruntuhan Gerbang Kesepuluh. Tidak ada suara lain, kecuali detak langkah kaki mereka yang bergema pelan. Tanah yang mereka pijak seperti menyimpan bisikan, seolah-olah setiap inci menyimpan luka yang belum sembuh.

Alura memandangi simbol di tengah gerbang: sepasang mata tertutup yang mengucurkan darah hitam. Di bawahnya, tulisan tua yang hampir hilang berbunyi, “Kau akan melihat dirimu sendiri.”

"Gerbang ini... bukan tentang dunia luar." Rafael berhenti, suaranya rendah. "Tapi tentang bayangan kita sendiri."

Alura menoleh. "Maksudmu?"

"Seseorang pernah berkata padaku, di sinilah kau bertemu dengan bagian dirimu yang paling kau benci."

Langkah mereka terhenti di tengah gerbang. Seketika, kabut pekat naik dari tanah dan mengelilingi mereka. Aroma logam, lembap, dan dingin menyeruak ke hidung, membuat Alura menggenggam erat mantel hitamnya.

Lalu, dari balik kabut, muncullah sesosok lelaki tinggi, dengan rambut perak yang acak-acakan d
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 76. Langkah di Tanah Tanpa Bayangan

    Tanah itu tidak mengenal jejak. Alura melangkah pelan, tapi tak satu pun suara mengikuti. Tidak suara kaki menapak, tidak desir angin, bahkan tidak bayangan dirinya sendiri. Seolah tempat itu menolak mengakui keberadaan siapa pun. "Rafael..." bisiknya. Ia menoleh. Pria itu berjalan di sampingnya, sama heningnya, sama tak terlihatnya di permukaan yang putih kelabu, seperti pasir yang kehilangan warna. Mereka baru saja keluar dari pantulan jiwa gerbang ketiga belas, yang tak pernah disebutkan dalam legenda mana pun. Gerbang itu tak terukir dalam batu, tidak tertulis dalam kitab, tidak terpatri di langit malam. Karena gerbang itu bukan pintu, melainkan kesadaran. Alura tak tahu apakah dirinya telah selamat atau justru hilang seluruhnya. Ia bisa merasakan tubuhnya, tapi di dalam dirinya ada sesuatu yang hampa. Bukan kekosongan seperti saat kehilangan. Tapi kekosongan seperti ruang yang menunggu untuk diisi ulang. "Aku merasa... aku bisa bernapas," katanya lirih. "Tapi entah kenapa,

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 75. Ingatan yang Tak Pernah di Undang

    Langkah pertama Alura ke dalam lorong itu seperti menginjak pusaran waktu. Aroma tanah basah bercampur abu memenuhi hidungnya. Cahaya kehijauan yang berpendar di dinding-dinding terowongan seolah bukan berasal dari sumber cahaya biasa, tapi dari ingatan yang membusuk dan membisik dalam diam. Rafael menahan pundaknya. “Kau yakin ini bukan jebakan?” “Aku yakin… aku harus tahu,” jawab Alura pelan. “Jika ini semua dimulai dari aku, maka hanya aku yang bisa mengakhirinya.” Di belakang mereka, bayangan kabut itu mulai memudar, seperti tugasnya sudah selesai. Tapi kata-katanya masih menggantung: "Gerbang ketigabelas tidak dibuka dengan kekuatan, melainkan dengan pengakuan." Mereka menuruni lorong itu bersama. Tapi setiap langkah membawa perubahan: suhu tubuh Alura menurun, dan warna kulitnya perlahan kehilangan rona hangatnya. Tangannya gemetar, tapi bukan karena takut melainkan karena tubuhnya mengenali tempat ini. Tulangnya. Darahnya. "Ada sesuatu di bawah sini," gumam Rafael, meraba

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 74. Nafas yang Terjebak di Dalam Batu

    Langkah mereka merambat dalam gelap. Bukan gelap biasa, tapi gelap yang seolah punya kedalaman sendiri gelap yang terasa hidup, yang mengamati setiap gerakan mereka. Tak ada dinding. Tak ada lantai. Tapi setiap pijakan seolah menyentuh sesuatu. Sesuatu yang bernapas. Alura memperlambat langkah. Telinganya menangkap suara aneh, seperti desahan panjang, berat, dan ritmis. Nafas? “Rafael,” bisiknya. “Kau dengar itu?” “Iya.” Rafael menarik belatinya perlahan, ujungnya gemetar oleh energi yang menyusup dari celah-celah udara. “Ada yang hidup di sini.” “Bukan hanya hidup,” Alura memejamkan mata sejenak. “Ada yang terbangun.” Suara desahan itu semakin jelas. Di tengah kegelapan, mulai muncul bentuk: dinding batu melengkung, akar-akar menggantung seperti rambut tua, dan di pusatnya sebuah batu besar menyerupai dada manusia, naik-turun perlahan, seolah sedang menarik nafasnya sendiri. Itu bukan batu. Itu tubuh. Sesuatu yang sangat besar, terperangkap, mungkin sejak ribuan tahun lalu. A

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 73. Jejak Diri yang Terbelah

    Langkah Alura menyentuh tanah berlumur kabut. Suara detak jantungnya tak lagi hanya miliknya sendiri seperti gema dari jiwa-jiwa yang tertinggal di balik gerbang. Cahaya samar dari kristal di pergelangan tangannya berkedip pelan, seolah merespons energi yang berubah di sekitarnya. Rafael berdiri tak jauh dari situ, tubuhnya diam, tapi sorot matanya menyapu ruang. Di sinilah tempat yang disebut dalam naskah kuno sebagai Pantulan Jiwa dimensi di antara, tempat jiwa menghadapi bayangan diri yang pernah mereka tolak, sembunyikan, atau bahkan kubur dalam-dalam. "Apakah ini … pantulan dari siapa kita yang sebenarnya?" suara Alura nyaris seperti bisikan. Rafael menatap lurus ke depan, ke sebuah sosok yang perlahan muncul dari kabut. "Tidak. Ini adalah pantulan dari siapa kita takut menjadi." Kabut itu menipis perlahan, memperlihatkan seorang perempuan dengan rambut sehitam malam, mengenakan gaun beludru merah darah. Tatapannya tajam, senyumnya miring seperti mencemooh dunia. Alura terpak

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 72. Gerbang Pengakuan

    Tanah di bawah kaki mereka tak lagi berbatu, melainkan seperti lapisan pasir halus yang bergerak pelan. Setiap langkah terasa seperti melangkah di atas napas makhluk yang sedang tertidur lembut, namun mengintai. Kabut telah menghilang sepenuhnya. Sebagai gantinya, aroma besi tua memenuhi udara, bau darah yang sudah lama mengering namun tak pernah benar-benar menghilang. Alura berhenti sejenak, matanya menyipit menatap gerbang tinggi di depan mereka. Gerbang itu lebih rendah dari yang sebelumnya, tak menjulang tinggi seperti mulut monster, tapi sebaliknya: tenang, elegan, hampir seperti pintu rumah tua. Terbuat dari kayu hitam yang hangus, dengan simbol-simbol ukiran yang tidak lagi bisa dibaca. Namun aura yang terpancar darinya tak terbantahkan, ini bukan gerbang biasa. "Apa ini... benar-benar Gerbang Kesebelas?" bisik Alura, suaranya lebih seperti gumaman kepada dirinya sendiri. Rafael berdiri di sampingnya, pandangannya tidak lepas dari pintu kayu itu. "Ya. Ini gerbang yang tida

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 71. Bayangan yang Berbisik di Gerbang kesepuluh

    Suara desir angin terasa lebih tajam di antara reruntuhan Gerbang Kesepuluh. Tidak ada suara lain, kecuali detak langkah kaki mereka yang bergema pelan. Tanah yang mereka pijak seperti menyimpan bisikan, seolah-olah setiap inci menyimpan luka yang belum sembuh. Alura memandangi simbol di tengah gerbang: sepasang mata tertutup yang mengucurkan darah hitam. Di bawahnya, tulisan tua yang hampir hilang berbunyi, “Kau akan melihat dirimu sendiri.” "Gerbang ini... bukan tentang dunia luar." Rafael berhenti, suaranya rendah. "Tapi tentang bayangan kita sendiri." Alura menoleh. "Maksudmu?" "Seseorang pernah berkata padaku, di sinilah kau bertemu dengan bagian dirimu yang paling kau benci." Langkah mereka terhenti di tengah gerbang. Seketika, kabut pekat naik dari tanah dan mengelilingi mereka. Aroma logam, lembap, dan dingin menyeruak ke hidung, membuat Alura menggenggam erat mantel hitamnya. Lalu, dari balik kabut, muncullah sesosok lelaki tinggi, dengan rambut perak yang acak-acakan d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status