Share

BAB 2

-Gaji diambil Ibu 

Hari ini Mas Azka gajian, tadi malam aku sudah menghitung pengeluaran kami selama sebulan. Lumayan ada sisa untuk tambahan pembangunan rumah yang hampir selesai. 

-Ting 

Bunyi notifikasi W* masuk, aku membacanya dengan segera.

♡suamiku 

[Uangnya sudah masuk ke rekening Mas, mau Mas ambil langsung atau nanti aja sayang?]

Aku tersenyum membaca pesan dari suamiku.

"Alhamdulillah," batinku. 

[Bayar air, listrik, sma Wifi aja sekalian Mas, terus sisanya diambil aja ya buat pegangan]

Aku membalas pesan Mas Azka dengan penuh semangat. 

"AYRA!!! Angkat jemuran, kamu nggak lihat apa kalau ini mau hujan," teriak Ibu, aku segera menyimpan Hp dan berlari ke halaman belakang untuk mengangkat cucian yang sudah kujemur tadi pagi. 

"Kamu tuh ya nggak pernah becus, setiap hari harus di omelin terus! Punya mata kan ya? Hari mendung cucian langsung diangkat, jangan nunggu disuruh dulu," lanjut Ibu, ia kembali mengomel seperti biasanya. Aku memang harus serba bisa di matanya, namun sesempurna apa pun yang aku lakukan, tetap saja selalu salah di matanya. 

Aku tak menjawab apa yang dikatakan oleh ibu, dan lebih memilih untuk terus melanjutkan pekerjaanku. Kalau saja aku menjawab apa yang dikatakan Ibu, walaupun itu hanya satu kata saja, pasti urusannya akan panjang sejagat raya. 

"Assalamualaikum," ucap Mas Azka lembut, ia selalu pulang dengan wajah teduhnya. Wajah yang membuatku semakin hari semakin mencintainya. 

"Waalaikumussalam," jawabku seperti biasa, aku mencium punggung tangannya,dan dia mencium keningku lembut. Aku mengikuti Mas Azka masuk ke dalam kamar, Mas Azka menyerahkan dompetnya yang berisi sisa uang gaji kemudian ia langsung berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan badannya. 

"Alhamdulillah," ucapku penuh syukur. Masih ada tersisa lebih dari tiga juta dan ini bisa digunakan untuk tambahan pembangunan rumah, aku tersenyum dan berniat untuk menyimpan uang ke dalam lemari. Tapi langkahku terhenti saat Ibu nyelonong masuk ke kamar dan menarik dompet Mas Azka yang berada di tanganku. 

"Berapa sisa gaji Azka bulan ini?" tanya Ibu datar, ia mulai mengeluarkan uang dan menghitungnya. Aku terdiam, ingin rasanya aku merebut uang yang sekarang ada di tangan Ibu, tapi mana mungkin aku berani. 

"Ini uang kamu pegang buat belanja sayur ikan dan belanja bulanan, sisanya ibu yang pegang buat keperluan mendadak. Siapa tau di antara kita ada yang sakit atau ada genteng bocor dan lain-lain," ucap ibu yang terdengar mengada-ada, dia menyerahkan uang sebanyak satu juta dan aku disuruh berbelanja bulanan untuk kami satu rumah. 

"Cukup kemana uang ini" ucapku dalam hati, aku terduduk di tepi ranjang, benar-benar bingung dan tak tahu harus melakukan apa. 

"Kamu kenapa Dek?" tanya Mas Azka yang kini duduk tepat di sampingku. Ia melihatku yang sudah akan mulai menangis. 

"Uang gaji Mas diambil ibu," ucapku tercekat menahan tangis, aku mengatakannya dengan lirih, terlihat Mas Azka menghela nafasnya pelan namun kemudian senyumnya kembali menenangkan.

"Mas sudah mengira, kamu tenang aja ya! uangnya nggak Mas ambil semua, masih ada sisa uang bonus di ATM, jadi untuk tambahan pembangunan rumah Insyaa Allah cukup. Mas juga sudah kirim uang buat Mama sama papa di kampung, jadi nanti Ayra hubungi mereka ya," ucap Mas Azka dengan penuh sayang, membuatku terdiam takjub.

"Masyaa Allah, kurang beruntung apa aku memiliki lelaki seperti ini." Tangisku pecah dibuatnya. Mas Azka tersenyum karena aku yakin dia tahu dan sangat mengerti bagaimana perasaanku saat ini. 

"Mas sayang kamu Ra," ucapnya tulus. Mas Azka mencium puncak kepalaku dengan penuh sayang, aku mengeratkan pelukanku padanya. 

"Ayra juga sayang banget sama Mas Azka," balasku sembari membenamkan wajah di dada bidangnya. 

"AYRA!!! Makan malam sudah disiapkan belum?" Kembali teriakan Ibu membuatku kesal, tak bisakah ibu tidak menggangguku sebentar saja. 

Aku melangkah menuju dapur untuk menyiapkan makan malam dengan setengah hati, selalu saja aku yang dibuat repot setiap saat. Ibu, Kak Lastri dan Ayu tak pernah membantuku sama sekali, mereka hanya selalu menambah pekerjaanku. 

"Manyun aja Lu, nggak ikhlas ya nyiapin kita makan," tanya Ayu dengan sinis, tentu saja ia mencoba memanas-manasi Ibu dan kak Lastri. 

"Ikhlas nggak Ikhlas toh tetep harus aku kerjain juga," jawabku dengan nada bercanda, padahal hatiku terasa sangat marah. 

"Berani menjawab ya sekarang! Numpang aja belagu," sahut Kak Lastri yang semakin membuat panas suasana. 

"Numpang juga bayar kan, kalau nggak ada kami yang numpang ini mungkin uang gaji kalian gak bisa loh buat shopping," ucapku santai, aku sengaja menyindir mereka karena masih kesal saat Ibu mengambil uang gaji suamiku seenaknya. 

"Maksud kamu apa Ra? Kamu nggak suka hati bayar keperluan rumah ini," tanya Ibu yang mulai meninggikan suaranya saat mendengar Aku, Kak Lastri dan Ayu saling bersahutan.

"Ya nggak maksud apa-apa sih Bu, Ayra cuma bercanda aja kok. Mereka aja yang terlalu sensitif," jawabku asal, aku sudah selesai menata makanan di atas meja, bertepatan dengan itu Mas Azka datang. Ia tersenyum padaku, aku duduk tepat di sampingnya. 

"Istri kamu coba dinasehati Ka. Masa itung-itungan masalah uang pembayaran keperluan rumah," ucap Ibu mulai mengadu, aku hampir saja menjawabnya tapi genggaman tangan dari Mas Azka menghentikanku. 

"Ayo makan Bu," potong Mas Azka, ia berusaha mengalihkan pembicaraan, dan dibalas dengan tatapan tak suka dari Ibu, Kak Lastri dan Ayu. Kami pun makan dalam keheningan. 

Selesai makan seperti biasanya aku akan kembali sibuk membereskan segalanya sendirian, Mas Azka ingin membantu tapi ku tolak karena aku melihat ia membawa beberapa pekerjaan kantornya ke rumah. 

"Pasti dia juga sibuk dan capek," batinku. 

Aku tertidur setelah mengerjakan semua pekerjaan rumah, semua selesai tepat pukul sepuluh malam. Aku merasa ada pergerakan di samping, Mas Azka menyelimutiku. 

"Yang sabar ya sayang, bentar lagi. Kita cuma perlu waktu sebentar lagi," ucap Mas Azka lembut, ia mencium keningku, lalu tertidur sambil memelukku.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bintang ponsel
gk bisa ngontrak aja bentar, klo aku ogah dgtuin drpda makan hati , blm lagi smua dstu ngeluarin uang byk bego bgt
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status