Share

BAB 4

Penulis: Rahma Amma
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-22 00:03:53

-Sedikit melawan 

Hari ini Mas Azka tak berangkat kerja, ia mengeluh pusing. saat ku pegang badannya terasa panas, wajahnya juga sangat pucat, tak tega rasanya aku membangunkannya yang sedang terlelap. 

Aku keluar kamar untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasanya, ku masukkan cucian ke dalam mesin cuci Lalu ku lanjutkan untuk melalap sayur dan membersihkan ikan yang akan aku masak untuk makan siang nanti. 

"Azka gak kerja kan hari ini Ra?" Ibu mertuaku datang ke dapur dan langsung membuka kulkas, mengambil satu buah apel segar yang memang selalu harus ada untuk sarapannya setiap pagi. 

"Mas Azka sakit Bu, demam," jawabku sambil terus melanjutkan pekerjaan.

"Demam doang, manja amat," sahut Kak Lastri, ia datang dan duduk di samping Ibu dan langsung memakan Apel yang baru saja dikupas dan diiris Ibu. 

"Dia demam dan pusing Kak, kecapean," jawabku mulai merasa kesal, bisa-bisanya dia meremehkan sakit suamiku. 

"Ya bener dong Ra kata Lastri, Demam doang kok manja! entar suruh benerin genteng yang bocor di ruang tengah, kalau hujan deras kaya tadi malam bisa banjir rumah ini," jawab Ibu membela Kak Lastri, Ibu menyuruhku untuk memberitahu Mas Azka agar ia memperbaiki genteng rumah yang bocor, memang ketika hujan deras ruang tengah akan basah karena air masuk melalui celah yang bocor. 

"Mas Romi kan ada Bu, kan bisa minta tolong Mas Romi. Mas Azka sakit, mana kuat dia naik ke genteng," jawabku semakin kesal, suami kak Lastri hari ini juga jadwal libur, kenapa cuma suamiku yang selalu di repotkan. 

"Nggak bisa gitu dong Ra, suamiku capek! Dia hari ini jadwalnya istirahat," sahut Kak Lastri yang mulai meninggikan suaranya bertepatan dengan bajunya yang saat ini ku pegang. Sudah geram hatiku mendengar mereka dari tadi memojokkan suamiku, ditambah lagi dengan pakaian yang setiap hari bertumpuk dan harus aku yang mencucinya.

"Sama! Suami Ayra juga capek dia juga perlu istirahat terlebih dia lagi sakit," sungutku kesal, aku memandangnya dengan tatapan tajam, membuatnya sedikit menunduk. 

"Pokoknya aku gak mau tau ya Bu, jangan suruh Mas Romi." ia bergelayutan manja ditangan ibu, sangat membuatku jengah. 

"Dan Ayra juga gak mau tau ya Bu, kalau sampai Mas Azka yang harus memperbaiki genteng, Ayra nggak bakal mau lagi ngerjain semua pekerjaan rumah ini." Aku menantang mereka, sambil menghempaskan pakaian yang sudah saatnya ku bilas. Mereka terdiam dan Kak Lastri pergi dengan menghentakkan kakinya. 

"Kamu tuh di sini NUMPANG TAHU GAK!!!" Kak Lastri berteriak dan ku lihat dia menuju kamarku, aku emosi dan menyusulnya.

"Bukannya yang numpang disini bukan cuma kami ya?" Aku menatapnya sinis, mendahuluinya dan berdiri tepat di depan pintu kamarku. 

"Maksud kamu apa HAH? Ini rumah Ibuku, terserah aku kalau aku mau tinggal disini, kalian nggak ada hak buat mengomentari itu," sahut Kak Lastri, ia memicingkan matanya dan berbicara dengan setengah berteriak. 

Aku melipat tanganku di atas dada.

 "Yups,  bener sih ini rumah Ibu. Tapi tahu diri dikit bisa nggak? Memangnya selama ini makan pagi sampai malam pake uangnya siapa? Ada emang patungan? yang bayar listrik,air,wifi siapa? Padahal yang sok-sokan mau pasang siapa coba?" Aku meremehkannya, biarlah sekalian saja jika dia memang akan tersinggung atau marah, aku sudah amat sangat tak peduli.

"Kamu itung-itungan HAH?" Dia mulai berteriak, aku tau saat ini dia sudah kepalang malu. 

"Untuk orang seperti kakak, kayaknya nggak ada salahnya kan sekali-sekali aku ngitung-ngitung," jawabku terkekeh dan lagi-lagi aku tersenyum meremehkannya. 

Mas Romi yang mendengar kami ribut keluar dari kamarnya. 

"Ini kenapa sih Dek kok ribut-ribut? Malu didengar tetangga," ucap Mas Romi yang kemudian menatap kami bergantian. 

"Nggak ada kok Mas, cuma Ibu sma Kak Lastri minta Mas Azka memperbaiki genteng, sedangkan Mas Azka lagi sakit, kan gak mungkin dia naik ke atas. Mas Romi bisa kan ya tolongin?" Aku berbicara selembut mungkin pada Mas Romi, sengaja ku lakukan agar Kak Lastri semakin kesal padaku. 

"Astaghfirullah, cuma masalah genteng toh Dek. Tinggal bilang Mas aja kenapa sih?" Mas Romi menatap istrinya, yang dibalas dengan bibir manyun oleh Kak Lastri. 

"Makasih ya Mas Romi, kalau gini kan aku jadi tenang nyucinya." Aku tersenyum dan melewati mereka untuk kembali ke belakang, samar kudengar Kak Lastri yang mulai diceramahi oleh suaminya. Beruntung suami dari Kakak iparku tak sejahat Mertua dan Ipar-iparku, aku akan bergegas melanjutkan pekerjaan agar lebih cepat selesai. 

"Seneng kamu bikin Lastri dan Romi bertengkar?" ucap Ibu marah, lagi-lagi aku harus menoleh padanya. 

"Emang mereka bertengkar ya Bu? Bukannya kak Lastri cuma lagi di nasehatin doang sama Mas Romi?" Aku kembali mengeluarkan cucianku yang sudah selesai berputar dari pengering. 

"Kamu tuh jadi menantu kurang ajar ya!" Ibu kembali meninggikan suaranya. 

"Emang selama ini aku dianggap menantu? Bukannya aku cuma dianggap babu ya?" Aku sengaja menyahuti ibu dengan pelan sambil berlalu meninggalkannya menuju halaman samping untuk menjemur pakaian yang sudah kering. 

"Dasar kurang ajar …. " 

Panjang sekali sumpah serapah yang terucap dari mulut ibu, aku sudah tau akan terjadi hal seperti ini. Jadi bagai prajurit yang sudah bersiap untuk menagan serangan, aku mengeluarkan headsetku dan mulai bersenandung mengikuti lagu yang mulai mengalun dengan merdunya. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ratu Tak Akan Jadi Babu   BAB 93

    “Apa aku nggak salah liat?” tanya Lastri, saat melihat Keisha menyiapkan sarapan untuk mereka semua di hari yang masih sangat pagi. “Sudah bangun Kak?” tanya Keisha, ia benar-benar berusaha memperbaiki diri. Lastri mematung mendengar kata yang baik dan lembut yang diucapkan oleh adik iparnya. “Kenapa kamu Las? Kok kaya patung begitu?” tanya Ajeng yang baru saja memasuki dapur. “Keisha?” ucap Ajeng, sama kagetnya dengan Lastri. “Sudah bangun ya Bu?” ucap Keisha, ia bahkan tersenyum pada Ibu mertuanya itu. “Mulai dari sekarang, aku akan belajar untuk menjadi istri, menantu, dan ipar yang baik untuk kalian semua. Semoga Ibu dan Kak Lastri bisa bantu aku ya,” ucap Keisha dengan penuh harap. “Kamu nggak kesambet kan Kei?” tanya Lastri tak percaya. “Aku mau bangunin Mas Azka dulu ya Bu, kalau Ibu dan Kak Lastri mau makan duluan nggak apa-apa,” sambung Keisha, ia meninggalkan Ajeng dan Lastri yang masih kebingungan. “Kenapa dia Bu?” tanya Lastri. “Kayaknya memang kesambet Las, perl

  • Ratu Tak Akan Jadi Babu   BAB 92

    Azka sampai ke rumah dengan tubuh yang menggigil, ia masuk ke dalam kamar dan melihat Keisha terbaring di lantai sambil memegangi ponselnya. Benar saja begitu banyak panggilan dan pesan yang masuk setelah ia melihat ponsel miliknya.Azka masuk ke dalam kamar mandi dan mengganti pakaiannya lalu ia menggendong Keisha dan membaringkannya di ranjang mereka. ‘Maafin aku karena menjadi suami yang tak pernah mengerti perasaanmu,’ ucap Azka dalam hati saat melihat wajah Keisha yang masih dibalut dengan perban. ‘Aku akan mencoba membuka hati untuk mencintaimu Kei, semoga kamu bisa berubah dan menjadi wanita yang baik. Baik pada dirimu sendiri, pada keluargamu dan juga keluargaku. Karena bagaimana pun rumah tangga tak hanya kita jalani sendiri, kita juga harus mempersatukan kedua keluarga kita’ batin Azka, ia melihat Keisha yang tiba-tiba bangun dan menatapnya. “Kamu sudah pulang Mas, kapan? Kamu kehujanan? Aku telpon kamu berkali-kali tapi kamu...”Azka memeluk Keisha dan mengusap rambutny

  • Ratu Tak Akan Jadi Babu   BAB 91

    “Astaghfirullah,” ucap Ayra, ia tersentak saat mobil Rian menabrak sebuah lubang kecil. “Kamu kebangun ya Ra? Maaf, aku nggak bisa ngindarin lubang karena ada motor yang tiba-tiba nyalip dari belakang,” ucap Rian, ia merasa tak enak karena membangunkan Ayra yang terlihat sangat kelelahan.Ayra sempat bingung karena saat ini ia berada di dalam mobil dengan posisi tidur memeluk Reyhan yang juga sedang terlelap. Bergegas ia mengambil Ponselnya dan melihat isi chatnya bersama Rian, ia sampai membuka JG untuk memastikan bahwa dia tak melakukan sesuatu yang memalukan. “Alhamdulillah,” ucapnya lega. “Alhamdulillah kenapa Ra?” tanya Rian bingung. “Nggak apa-apa Mas,” jawab Ayra dengan tersenyum, kini kesadarannya mulai pulih. Ia ingat mereka sedang dalam perjalanan pulang dari rumah orang tuanya dan ia tertidur tanpa sadar karena tubuhnya memang terasa sangat lelah. Rasa lelah itu membuat Ayra menjadi bermimpi sedikit buruk, bukan mimpi yang aneh, hanya saja ia menjadi Ayra yang tak seper

  • Ratu Tak Akan Jadi Babu   BAB 90

    Sudah dua hari berlalu dan Azka belum juga kembali untuk menjemput Keisha, ia merasa sangat marah. “Mas Azka apa-apaan sih? Aku nggak terima diginiin!” ucapnya sambil membanting ponsel karena teleponnya tak kunjung diangkat. Keisha mengemasi pakaiannya lalu mencari kunci mobilnya. “Mi, kunci mobil Keisha mana?” teriaknya sambil terus mencari. Rita menuju ke arah Keisha dengan wajah tertunduk. “Kenapa Mi?” tanya Keisha heran. “Mobilnya sudah dijual Papi Kei,” jawab Rita dengan pelan. “Apa? kenapa? Itu kan mobil Keisha kenapa dijual?” tanya Keisha dengan sangat marah. “Siapa bilang itu mobil kamu? Itu atas nama Papi kok. Papi juga cuma kasih pinjem, nggak ngasih kamu,” jawab Papinya dengan santai. “Papi kok jahat begitu sih sama Kei,” rengeknya dengan mata yang berkaca-kaca. “Kamu sudah punya suami Kei, merengek sama dia sana kenapa apa-apa harus Mami dan Papi yang turun tangan?” tanya Papinya sambil menyalakan TV.Keisha menatap ke arah Rita dengan kesal, lalu beranjak pergi

  • Ratu Tak Akan Jadi Babu   BAB 89

    “Ini semua gara-gara Mami, bagaimana ini?” teriak Keisha dengan tangis yang tak berhenti mengalir. “Kenapa kamu nyalahin Mami? Mami habisin sisa tabungan Mami cuma buat kamu tahu nggak?” jawab Maminya dengan kesal. “Sekarang aku harus bagaimana Mi? Pokoknya aku mau operasi lagi kalau perlu ke luar negeri,” ucap Keisha, ia tak berani berkaca bahkan cermin di kamarnya sudah ia pecahkan sejak hari pertama ia tahu kalau klinik tempatnya melaksanakan operasi adalah klinik abal-abal. “Ya kamu ngomong saja sama suamimu, Kei,” sahut Maminya dengan santai. “Mas Azka? Ya mana mungkin dia mau Mi. Mas Azka sudah ngelarang aku buat operasi,” jawab Keisha dengan putus asa. “Mau Mami yang ngomongin?” tanyanya sambil terus mengoleskan pewarna pada kukunya. “Jangan suka ikut campur urusan anakmu, Mi,” sahur Papi Keisha yang mendengar percakapan antara istri dan anaknya. “Papi….” rengek Keisha. “Kamu tahu kan keuangan keluarga kita sedang sulit sekarang?” tanya Papi Keisha dengan dingin. “Tapi

  • Ratu Tak Akan Jadi Babu   BAB 88

    Ayu, Sandi, Ajeng, dan Lastri sedang menyiapkan acara syukuran kecil untuk Reyhan. “Yank, ambil kue di rumah Bu Pandi” teriak Ayu pada Sandi yang sedang asyik menonton televisi. “Sudah siap emangnya?” tanya Sandi, ia mengalihkan pandangannya ke arah Ayu yang sedang sibuk menata makanan di atas meja. “Kalau belum siap, ya aku nggak akan suruh kamu, Yank,” jawab Ayu kesal. “Jangan marah-marah dong, Bu negara,” bujuk Sandi, ia mencubit gemas pipi istrinya. “Makanya buru jalan, ntar keburu Kak Ayra sampai sini!” perintah Ayu, Sandi mengangkat tangannya membentuk tanda hormat dan dihadiahi cubitan pedas dari Ayu. “Aku lagi nggak bercanda ya, Yank, buru atau...” ucap Ayu sambil mengayunkan sendok yang ada di tangannya. “Siap Bos, langsung Otw!” jawab Sandi setelah mencomot satu potong ayam goreng di meja makan. “Papa katanya mau diet kok makan mulu,” sindir Aldi yang membawa gelas berisi es krim stroberi kesukaannya. “Hahahaha, Papamu mau diet?” ucap Lastri, ia tertawa dengan nyari

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status