Beranda / Lainnya / Ratu tak Dianggap / Andi Menjual Angel ke Lelaki Gagah Itu

Share

Andi Menjual Angel ke Lelaki Gagah Itu

Penulis: Utha Calibrate
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-21 16:34:19

"Apa masih lama lagi? sambil mengisyaratkan kepada Andi hasrat busuknya kepada Ratu yang bernama Angel di depannya.

"Sabar bos, Apa Aku pernah mengecewakan mu Bos?" tanya Andi.

Si lelaki gagah diam tak menjawab. Ia bertingkah seperti kena anyang-anyangan, kadang berdiri kadang duduk seperti tak betah karena bosan.

"Santai saja bos," sambungnya merespons tingkah laku lelaki gagah itu.

"Bagaimana kalau bos menungu di luar saja terlebih dahulu," tawar Andi  dengan senyum kepada lelaki gagah itu. 

Seperti biasanya Andi melangsungkan rencana busuknya kepada wanita-wanita yang sudah pernah dijerat. Dia selalu membujuk para wanita yang akan dijualnya  untuk jauh dari keringat, mandi bersih-bersih dan memakai wangi-wangian.

"Apa kamu sudah selesai makannya Angel," Tanya Angel.

"Wah kamu baik sekali mau mengantarkan ku ke tempat keluarga ku," sela Ratu yang memotong perkataan Andi.

"Iya sebelum Aku mengantarkan mu Kamu mandi dulu bersih-bersih, jadi sesudah sampai di tempat keluarga, tinggal langsung istirahat kan, benar gak? balas Andi.

Ratu punya firasat buruk apa yang akan dilakukan Andi, namun ia berusaha untuk tenang dalam berbicara dengan Andi.

"Hei Kamu sedang memikirkan apa?" sapa Andi menegur Angel yang kayaknya sedang melamun.

"Janji ya Ndi, Kamu akan mengantarkan Aku. AKu yakin keluarga ku sedang menunggu Aku.

"Aku tau apa yang sedang Kau rencanakan anak muda kepada ku," jawab di dalam hatinya.

"Baiklah Aku akan mengambil handuk dan beberapa pakaian bagus punya teman- teman di sini. Soalnya baju tampak terkena darah luka di kaki mu dan tangan mu," katanya lagi.

"Tapi sebelum mandi sebentar Aku ambil obat merah dan perban untuk mengobati luka mu," 

"Okey." Jawab Ratu.

Setelah dapat obat merah tadi, Andi membantunya sekalian memperbankan luka di sekitaran mata kaki, dan sikunya. Setelah itu ia memberikan handuk dan pakaian yang membuat curiga Angel. Karena dilihatnya baju tersebut berbahan kain sutera, dan tipis tembus pandang kalau dipakai saat di bawah sinar lampu.

Sesekali Ratu tampak  was-was dengan membayangkan apa yang akan dilakukan Andi nanti terhadapnya.

Gemerlap lampu membuatnya takut berada di sana. Suara bising dari kumpulan perempuan-perempuan di depan membuatnya seperti pasrah dengan keadaan.

Namun sang Ratu selalu punya cara lepas dari jeratan para buaya-buaya ganas ini.

Ia menyusun langkah untuk pergi diam-diam dari pintu belakang rumah tersebut, ia melihat kamar mandi berseberangan dengan pintu keluar.

"Ayok sini Aku tunjukkan kamar mandinya," ajak Andi yang sekarang sudah berani memegang tangan Ratu. Meski Ratu menepisnya.

"Sudah di sini saja, makasih ya sudah ngasih tahu," jawabnya.

"Kamu cantik kalau ngomong begitu," rayunya. Andi sudah senang soalnya uang berjuta-juta sudah menantinya. 

Dengan senyum penuh ketakutan, Ratu pura-pura bergegas masuk ke kamar mandi, menunggu Andi meninggalkannya.

Di dalam kamar mandi itu Ratu berdoa. Dia berencana akan kabur lewat pintu belakang itu.

Ratu yang bernama Angel itu mengambil air dengan gayung untuk mengecoh pendengaran Andi, bermaksud agar kiranya Andi menduga kalau ia sedang mandi. Ia melakukannya hampir 20 kali siraman dengan membuang-buang airnya begitu saja.

Sementara Andi menemui Si lelaki gagah itu, dan mengatakan kalau Angel siap dibawa ke mana pun dia mau.

"Kamu memang tak pernah mengecawakan. Aku yakin kali ini akan puas. Kalau dia baik Aku akan menikahi. Dia kulihat beda dari PSK (pekerja seks komersial) yang kamu kasih kemarin-kemarin. Matanya biru, bodinya gak kurus gak gemuk bro," kata lelaki gagah itu.

"Kalau begitu mana uangnya bos? kali ini agak mahal ya bos barang baru soalnya. 4 kali lipat dari harga.

"Okey aku menyukainya." 

"Ini uangnya, sudah Aku siapkan 1 koper besar untukmu. Pas kamu telepon tadi saat senja mau mencari kucingmu itu (Tina)," ucap lelaki  dengan suara kuat agak serak.

Tak sadar kalau Ratu mendengarnya dari kamar mandi.

"Kan sudah ku duga pemuda bangsat itu menjual Ku ke lelaki gagah itu." Gumamnya dalam hati.

Tak pikir panjang, ia langsung membuka cantolan pintu kamar mandi itu, dan bergegas keluar dari pintu belakang.

Bersambung ... 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ratu tak Dianggap   Chapter 47

    Tak lama kemudian, keesokan harinya, langit masih menyisakan mendung dari hujan dan petir yang mengguyur sepanjang malam. Awan kelabu menyelimuti suasana seperti kabut dosa yang enggan pergi.Di kamar tidurnya yang megah namun terasa hampa, Ratu Angel bangkit dari tempat tidurnya dengan mata melek dan wajah yang belum tersentuh tidur. Malam yang harusnya menjadi tempat peristirahatan, justru menjadi ajang pergolakan batin baginya.Pikiran tentang pria asing yang terluka parah itu terus membayanginya, seolah roh lelaki itu memanggil-manggil dari kejauhan. Louis. Nama yang terdengar asing namun mulai terasa dekat di hatinya. Ada sesuatu pada pria itu, entah karena lukanya terbuka jelas, atau karena kenyataan bahwa tak seorang pun tahu dari mana asalnya. Yang pasti, Ratu Angel tidak bisa tinggal diam alias iba.Dengan jubah biru tuanya yang kini lembap hujan saat itu, Ratu Angel melangkah cepat.Di rumah tua tunggal itu. Ia segera menemui pemilik rumah itu, yang sudah cukup rela ber

  • Ratu tak Dianggap   Chapter 46

    Satu hati miliknya mulai bimbang. Terlalu lama ia meninggalkan istana. Terlalu lama mengabaikan peran sebagai Ratu Guardians.Ia duduk di sisi Louis, pria asing yang kini terbaring lemah di atas dipan kayu tua. Di telapak tangannya, masih ada sisa ramuan herbal yang dingin. Pandangannya terpaku pada wajah pria itu. Asing. Tapi entah mengapa... terasa begitu familiar.Matanya yang sempat terbuka tadi, menatapnya dengan cara yang aneh, seolah mengenalnya. Seolah telah melihatnya di tempat lain. Di masa lain.Tatapan itu mengganggu pikirannya sejak tadi. Tatapan itu baginya."Aku tak bisa tinggal lama di sini... Istana pasti mencariku... tapi bagaimana mungkin aku tinggalkan pria yang terluka ini dalam keadaan seperti ini?" bisik batinnya. Ia tak menemukan jawaban yang bisa menenangkan.Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba meredam gejolak dalam dadanya. Pikirannya berpindah ke pemilik rumah tampak sibuk di dekat perapian. Gerak-geriknya tenang, tapi dari sorot matanya, Ratu tahu

  • Ratu tak Dianggap   Chapter 45

    Ratu berjalan pelan ke arah kantong plastik yang dimaksud. Tangannya gemetar, entah karena dingin atau karena rasa takut yang belum benar-benar hilang. Saat ke sana ramuan tujuh warna itu menyatu dalam satu ikatan aroma tajam dan aneh, seperti gabungan tanah basah dan dedaunan yang dibakar. Dengan air hangat yang tersisa, ia mulai membersihkannya, satu per satu.Sementara itu, Louis mulai merintih. Nafasnya berat, tubuhnya menggigil hebat. Ratu menoleh ada semacam dorongan dalam dirinya untuk menyelamatkan pria itu, meskipun dia belum sepenuhnya tahu siapa dia sebenarnya.“Tuan... ini sudah bersih,” kata Ratu sambil menyerahkan bahan-bahan itu.Pemilik rumah itu menghampiri, mencampur ramuan dalam mangkuk tanah liat, lalu mengaduknya dengan cepat menggunakan tongkat kecil yang tampaknya sudah sering digunakan untuk keperluan serupa.“Oleskan ini pada luka di punggung dan lengannya. Jangan sampai mengenai bagian perut, belum waktunya,” katanya cepat.Ratu mengangguk, lalu menoleh p

  • Ratu tak Dianggap   Lanjutan III

    "Sedang apa kalian di sini?" kata seseorang dengan nada pria tepat di belakang. Bola hitam mata Ratu naik, ia tak mampu berkata apa pun. Suara pria di belakangnya itu mengagetkan sekali.Ratu memberanikan diri menghadap ke belakang."Haaaa...," Ratu berteriak histeris. Dia ketakutan melihat wajah pemilik rumah. "Kau seenaknya, di sini...?""Apa yang anda katakan?" "Oh..., anda pikir kami melakukan tindakann tak senonoh," imbuhnya.Ratu menggeser badan dengan posisi kaki yang tetap semula."Coba kau lihat dengan benar?" ucap Ratu kesal.Spontan pemilik, merasa bersalah matanya merembes, situasi sebenarnya merubah sikap pemilik rumah.Ratu Angel yang saat itu memakai pakaian yang basah kuyup, merasa harus pulang. Mungkin saja orang-orang istana Guardians kecarian."Dingin..., dingin...," kata Louis mengigau. Situasi yang makin sulit menyesakkan dadanya. Ratu berusaha berjalan perlahan-lahan, berniat mau menghindar.Sementara pemilik rumah itu mencari kayu bakar di dalam rumahnya. Ter

  • Ratu tak Dianggap   Masa Lalu Kelam (Lanjutan II)

    Ratu tak mengapa keberatan atau khawatir, tapi dia masih tersimpan ribuan tanda tanya atas laki-laki yang bernama Louis.Situasi makin membuat Ratu Angel panik, saat Louis pingsan. Bertepatan dengan waktu yang sama hujan deras mengguyur daratan.Mau tidak mau Ratu Angel panik. Ia pusing tujuh keliling, bagaimana memikirkan Louis, pria yang baru dikenalnya itu bisa selamat.2 menit itu waktu itu berlalu. Ia tak menemukan siapa pun di sana, semua pasukan Guardians yang ia lihat itu juga tak tampak. Kebingungan menyelimuti dirinya.Hingga akhirnya ia memutuskan untuk memapahnya. Ia tak memikirkan apa situasi yang bakalan terjadi di depannya. Semua barang-barang dan ramuan tumbuhan yang ia dapatkan tak dapat dibawa. Ia berjalan di tengah-tengah hujan deras. Ia membawanya mengangkat lengan kanan pria tersebut ke bahunya, dengan kaki yang terseret-seret.Ratu Angel memapahnya sekuat tenaga. Pasalnya berat badan Ratu dan pria itu berbanding jauh berkisar selisih 50 kiloan. Ia kelelahan sek

  • Ratu tak Dianggap   Masa Lalu Kelam

    "Coba kamu ceritakan dari awal kamu ketika kamu mengenal Louis, Angel?" ucap Tetua Dewan Penasehat Guardians kepadanya (Ratu Angel).Ratu Angel menangis tersendu-sendu, ia merasa semua panah mengarah dirinya."Sebenarnya aku enggan menceritakannya, karena aku tak ingin mengingatnya," Tetua Dewan Penasehat itu tersenyum dan mulai merengkuh Ratu dengan kelembutan. "Ini adalah aib bagi Guardians, jika tidak kau ceritakan, kau justru akan menimbulkan ketidakpercayaan di dalam istana. Bahkan namamu akan didepak dari Guardians,"Ratu Angel menunduk, "aku tidak tahu mulai dari mana,""Ayolah kau pasti bisa menceritakannya.""Ini demi Guardians, suamimu, anaknya, dan kita semua," imbuh Tetua Dewan Penasehat berbisik."Aku tak tahu harus mulai dari mana...," imbuh Ratu mengulanginya."Tarik napasmu secara perlahan-lahan," ucap Tetua Dewan Penasehat sembari memijit-mijit bahu ratu.Ratu menghelakan napasnya seperti terasa orang sesak, "Baiklah. Aku mencobanya.""Saat itu, pria itu tampak terluka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status