“Letnan? Letnan! Jangan melamun!”
PLAK!
DUAR!
Petir menyambar, aku tersadar kembali dari lamunanku. Komandanku menamparku berkali-kali untuk membuatku tersadar. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dan memberi hormat. Komandan Aung Hwan mengembalikan teropongku.
“Amati medan pertempurannya. Saat ini markas kena serangan gangguan elektromagnetik. Mereka tidak akan bisa membantu mengobservasi area pertempuran.” Kata Komandan Aung Hwan. “Bawa pletonmu untuk mengintai!”
“Siap pak!” jawabku. Aku keluar dari tenda komando. Kutembus hujan ini menuju tenda tempat pletonku berada. Hujan disertai angin kencang dan petir ini menambah susah tugas kami saja.
Aku memasuki masing-masing tenda dan mengumpulkan pletonku. Aku membagi mereka ke dalam beberapa grup dan menyuruh mereka berpencar. Petir ini membuat kami tidak bisa menggunakan peralatan digital kami. Begitu juga saat ini menara pemancar sinyal pengganggu milik musuh merusak alat digital kami.
Kujelaskan pada masing-masing pemimpin grup untuk menyebar dan mengumpulkan informasi dengan jelas dan detail. Setelah mereka paham, barulah kami keluar untuk berpencar dan melaksanakan tugas kami.
Area pertempuran kami merupakan garis depan. Musuh kami adalah Sovyet, informasi terakhir dari markas pusat sebelum gangguan bahwa Sovyet telah menembus perbatasan dan akan menuju Hanoi, ibukota Negara Bagian Vietnam.
Belum kujelaskan di awal, aku adalah Atma Wiratmaja, seorang pemuda lulusan akademi militer KNAT (Kesatuan Negara Asia Tenggara) Indonesia. Tugas pertamaku adalah dikirim langsung ke sini. Bersama teman-teman dari berbagai ras dan etnis di Asia Tenggara bersatu dan melawan Sovyet dan negara sekutunya.
Ceritanya akan sangat panjang sekali. Apabila aku membahas bagaimana seluruh Asia Tenggara bersatu menjadi Kesatuan Negara Asia Tenggara. Perang di sini sudah berlangsung hampir 8 bulan. Awal perang ini sangatlah simpel, karena keberadaan mineral baru yaitu gaiantum.
Gaiantum merupakan sumber daya terbaru untuk menggantikan sumber daya yang ada. Dengan adanya gaiantum, manusia membuat reaktor Gaia. Reaktor yang aman dan bertahan lama untuk menyuplai semua energi. Tidak ada yang tahu apa asal usul mineral ini. Tambang gaiantum hanya terdapat di beberapa tempat saja.
Juga cara mengolah gaiantum ini sangatlah rumit dan susah. Namun apabila berhasil, maka mineral ini dapat menyuplai energi listrik untuk kehidupan manusia selama 75 tahun tanpa tergantikan. Awalnya manusia damai saja untuk menggunakan mineral ini.
Namun akibat keserakahan dan kegagalan penelitian untuk mineral ini. Mereka semua saling berebut mencari mineral ini dengan teknologi mereka masing-masing. Hingga akhirnya terbitlah suatu penelitian yang mengabarkan gaiantum adalah barang langka.
Harganya meroket tinggi, semua negara ingin mengontrol gaiantum. Lalu konflik terjadi dan hasilnya sekarang ini. Pertempuran terjadi di mana-mana. Sovyet ingin menguasi tambang yang ada di KNAT. Yaitu tambang yang ada di Kalimantan dan Papua, serta Vietnam. Tambang besar yang ada di ketiga daerah tersebutlah incaran mereka.
Perang dunia ketiga akhirnya dimulai. Ada 3 blok besar di dunia ini sekarang. Blok netral, seperti negara KNAT. Ataupun negara-negara kecil lainnya yang tidak terlibat dalam konflik. Lalu ada Sovyet, juga sekutu yang saling bertarung satu sama lain.
Sebagai blok netral menjadi korban adalah hal yang biasa. Dapat dilihat sendiri, banyak anak muda yang dijadikan tentara, dan lain-lainnya. Aku memanjat salah satu pohon agar mendapat pemandangan yang jelas.
“Tidak ada tanda-tanda,” kataku pada temanku. “Baskins, hujan sialan ini membuat pandangan kita terganggu sepenuhnya. Kita tidak tahu apakah musuh sudah memulai pergerakan atau tidak.”
“Apalagi kalau mereka menggunakan kamuflase transparan. Kudengar Sovyet mempunya teknologi seperti itu.” Jawab rekanku Baskins. “Sejauh aku memandang juga tidak ada.”
“Komunikasi antar grup juga susah. Tenang saja, kita semua akan kembali setelah mengintai selama 4 jam.” Kataku untuk menenangkan diri. Jujur saja aku gugup bila kami nanti salah mengidentifikasi satu sama lain akibat komunikasi yang terganggu.
Sesudah 4 jam mengintai tak mendapatkan hasil. Kami memutuskan untuk pulang. Kupimpin grupku untuk pulang ke markas dan tidak mendapatkan hasil apa-apa. Aku menuju tenda komando dan melaporkannya kepada komandan.
“Siap komandan, tidak ada apa-apa. Masih terpantau tenang dan tidak ada pergerakan.” Laporku. “Laporan dari semua grup pengintai juga sudah saya terima semua.”
“Hmmm, mencurigakan. Mereka tidak membuat pergerakan sesudah tahu komunikasi dan teknologi kita eror?” Komandan Aung bergumam. “Mungkin karena hujan ini juga mengganggu pergerakan mereka.”
“Sekarang kamu boleh pergi,” kata Komandan Aung mempersilakanku untuk pergi. Aku keluar dari tenda komando. Mantelku dari tadi belum kulepas, dingin juga suasananya. Saatnya menghangatkan diri di barak.
Aku menuju kompartemen yang disediakan untuk para perwira. Kulepas mantelku di luar dan bergabung bersama para letnan lainnya. Yah hubunganku dengan para perwira lainnya tidak terlalu bagus dan tidak terlalu buruk.
Kami makan malam bersama dan kemudian melanjutkan beberapa tugas kami lagi. Aku memilih mempersiapkan peletonku untuk bersiap dirotasi untuk maju mengisi garis pertahanan di depan. Di barak mereka masih ramai. Sepertinya mereka masih belum tidur.
Aku mengetuk pintu barak mereka. “Kalian belum tidur? Kalau begitu aku akan bergabung.”
“Ya, kami memang belum tidur Letnan Atma.” Jawab Baskins. “Sini Anda bisa bergabung dengan kami untuk bermain kartu.”
“Oke, kalian mengajakku ya. Jangan sampai kalian menangis kalau kalah.” Kataku dan duduk di meja panjang yang ada di tengah barak. “Kalian main poker?”
“Kartu biasa,” jawab Robby. Dia mengocok kartu yang ada d tangan kanannya. “Besok kita bertukar posisi dengan peleton 19 di depan?”
“Pastinya. Tenang saja tidak ada serangan kok. Sovyet belum melancarkan serangan mereka lagi. Jadi kita tidak bertempur.” Balasku dan menerima kartu yang dibagikan untukku.
“Mereka menungg apa ya kira-kira? Bukannya saat terbaik menyerang adalah saat seperti ini?” tanya Robby.
“Entahlah.”
Sirine markas berbunyi, diikuti dengan suara letupan artileri. Kami semua langsung bergegas mengambil peralatan kami. “Semuanya langsung berada di posisi kalian! Siaga dan buka mata lebar-lebar!”
Aku menuju kompartemen perwira dan mengambil peralatanku. Satu senapan sudah berada di tanganku. Pelurunya masih ada, kupakai dengan cepat peralatanku dan berlari menuju baris pertahanan markas kami.
“Apa situasinya?” tanyaku pada Baskins. “Arah jam 12! Peluncur roket! Merunduk!”
Sebuah roket meluncur mengenai bangunan di belakang kami. Aku menembakkan suar cahaya ke arah depan. Terlihat kilatan cahaya senapan dari jalan di depan. “Buka tembakan!”
Adu tembakan terjadi. Kami mencoba membalas tembakan dari musuh yang menggunakan kamuflase transparan mereka. Cahaya dari suarku tadi semakin hilang dan berkurang. Sial, kami kehilangan lokasi mereka sekarang.
“Tahan tembakan!” perintahku. “Musuh menggunakan kamuflase!”
“Robby, Adams! Robby laporkan musuh menggunakan kamuflase ke peleton lainnya. Adams, laporkan ini kepada tenda komando!” perintahku pada rekanku. Aku mempersiapkan pistol suarku lagi.
“Ingat saat kutembakkan suar ke atas dan cahayanya muncul dan posisi musuh kelihatan. Tunggu kami memulai tembakan barulah kalian lari dan melaporkan hal ini!” kataku dengan berbisik.
Saat ini kami berlindung di balik tumpukan karung pasir dan barikade. Ada juga yang masuk ke dalam parit. Kutembakkan suarku ke atas, kemudian menunggu hingga suar tersebut jatuh dan menerangi posisi mereka.
Aku melihat beberapa posisi mereka. Kamuflase mereka memantulkan cahaya dari suarku. “Buka tembakan! Lalu ganti posisi!”
Adams dan Robby melaksanakan perintahku. Mereka berdua lari dan melaporkan situasinya. Sedangkan kami harus menahan mereka sebisa mungkin di garis pertahanan ini. Aku menghitung rata-rata tembakan kami. Akurasi kami bagus, mereka sudah tewas 4 sedangkan kami belum.
Sebuah cahaya bersinar terang di atas markas kami. Artileri bantuan mereka menembakkan peluru cahaya. Posisi kami ketahuan, musuh mulai menembaki prajurit yang berada di atas tower pertahanan. Semuanya menjadi kacau, tiba-tiba teriakan serbuan dari musuh terdengar.
Kami bingung karena kamuflase optik mereka tidak dapat dilihat dengan mata telanjang tanpa bantuan khusus. “Bertahan di posisi kalian! Jangan sampai mereka merangsek lebih dekat ke markas!”
Adams dan Robby kembali. “Pak! Perintah dari komandan adalah mundur dari markas ini! Peleton kita ditugaskan untuk bertahan hingga proses mundurnya selesai bersama peleton 25!”
“Kalau begitu kembali ke posisi kalian!” balasku. Hujan turun semakin deras, sebuah petir menyambar. Cahaya dari kilatan petir itu memantulkan salah satu musuh yang diam-diam ke arahku. Aku menembaknya dengan senapanku. “Cepat!”
“Siap!” Robby dan Adams masuk ke dalam parit mereka. “Ah becek! Kondisi paritnya parah!”
DUAR!
Peluru artileri meledak di belakang kami. Keluar gas tak berwarna dan tak berbau dari proyektilnya. “Gas beracun! Sial! Mundur! Ambil masker gas kalian atau seadanya!”
Aku merisikokan diriku menuju gudang perlengkapan yang tidak jauh dari barak kami dan mengambil beberapa kotak masker gas. Aku memakai satu dan membawanya keluar ke sana dan membagikannya. Tapi anehnya, aku tidak mendengar suara tembakan dari musuh.
Bukannya saat bagus untuk menyerang secara membabi buta saat kami panik? Semuanya terdiam dan sunyi. Tiba-tiba seseorang berteriak kesakitan. Ada sebuah makhluk aneh menyerang kami.
“Mayat hidup!” teriak Baskins. “Tembak! Apakah proses mundurnya belum selesai? Kita harus mundur juga!”
“Mundur! Kita mundur ke bagian dalam markas!” perintahku. Aku menuju posisi di mana peleton 25 berjaga. Sialnya mereka semua sudah tewas terkena gas. Tepat saat kami memasuki bangunan di markas. Peluru artileri mulai ditembakkan lagi.
Kami terus mati-matian bertahan di sini. Hingga akhirnya seorang pembawa pesan menghampiriku. “Proses mundur selesai! Kalian boleh mundur! Ada beberapa kend-.”
Belum sempat ia menghabiskan kalimatnya. Dia tertembak di kepalanya. “Mundur semuanya! Lari dan berpencar!”
DUAR!
Bangunan tempatku berlindung roboh dan beberapa reruntuhan menimpaku. Aku menutup mataku karena separuh badanku tertimpa reruntuhan. Kukira inilah saatku untuk pergi.
Ketika aku tersadar, aku segera membersihkan reruntuhan yang menimbuh bagian bawahku sebisa mungkin. Kukira aku tewas! Ternyata tidak! Mayat pembawa pesan ini melindungi bagian bawahku. Sehingga tubuhku masih utuh!
Oh benar! Rekan-rekanku? Adakah mereka yang selamat? Aku segera bangkit dan melihat sekelilingku. Semuanya hancur lebur, menyisakan puing-puing dan mayat di mana-mana. Beberapa mayat juga tidak utuh.
Madania kembali mengambil buku kuno yang isinya kosong. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang terjadi pada buku itu. Buku kuno tebal itu isinya hanya lembaran kosong. Peneliti dan dirinya sendiri bingung kenapa buku kuno yang dikatakan kitab suci ini bisa kosong. Madania membuka kembali buku itu dan kini sudah ada isinya. “Kok bisa? Kenapa bisa ada isinya? Padahal dulu kosong kan?” Madania dengan cepat berlari ke meja kerjanya. Menyalakan komputernya dan memeriksa foto dokumentasi buku kuno itu dulu. “Memang benar kosong. Lalu kenapa ada tulisannya sekarang?” Madania mengambil kamus bahasa kuno miliknya dan buku kuno ini. “Diva dari Gaia, asal-usul. Diva, dewi yang terlahir dari perkawinan X dengan Gaia. Tunggu, ini buku sejarah jadinya?” “Kalau begitu ini buku yang asli?” Madania menaruh buku kuno itu dan mengambil buku-buku kuno lainnya. Namun, buku kuno lainnya kini menjadi kosong. “Kok kosong.” “Berarti ... ada apa ini? Kenapa aku tidak paham?” Madania memegang kepalanya. “Ap
Madania menerima laporan langsung dari pasukan elit yang menyerang Emirat Timur Tengah. Atma malah melarikan diri dan lolos dari kepungan pasukan elitnya. Tingkah laku Atma hanya menambah rasa penasaran Madania.Tapi dia tidak bisa meninggalkan kursi pemerintahan. Siapa yang akan dia percayai untuk memerintah bila dia pergi ke sana. Vina, kakak iparnya belum kembali. Hanya dia yang bisa dia percayai untuk menggantikan dirinya.“Harusnya invasinya dibagi menjadi 3. Tapi karena keterbatasan personel kita cuma bisa 2 saja.” Madania bergumam. “Andai saja sekutu berhenti menyerang dan meminta untuk berdamai.”“Dua front sangat tidak menguntungkan bagi kita.” Madania mendengus. “Apakah kita meminta front timur untuk berdamai dengan pecahan RKAT dan Sekutu?”“Kurasa itu hal buruk Yang Mulia,” jawab mentri pertahanannya. “Kita harus tetap tegar dan kuat. Kaisar kembali, pastilah dia bisa mengatasi
Atma kini berada di satu gudang pusat di wilayah Kairo. Zaidin menunjuk ke arah puluhan silo yang berisi gandum. “Kira-kira sebanyak inilah yang akan aku gunakan untuk mendapatkan hati rakyat yang pro terhadap ayahku.”“Kamu bisa menggunakan sihirmu untuk menyuburkan tanah pertanian juga kan? Kamu saat ini berguna sekali dan sangat berharga bagiku.” Zaidin menepuk pundak Atma. “Thoma, kamu pasti bisa kan?”“Tuanku kalau aku sudah tidak berguna bagi tuan. Tuan akan membuangku?” Atma memelas pada Zaidin.“Tentu saja tidak. Tanpamu semua ini tidak akan bisa terjadi Thoma! Aku tidak pernah berpikiran untuk membuangmu.” Zaidin memeluk Atma. “Kamu sudah kuanggap seperti keluargaku sendiri.”“Tu-tuanku,” Atma berpura-pura terharu. “Saya senang akhirnya punya tempat yang menetap. Selama ini saya diusir karena kemampuan saya.”“Tetapi tuan memberi saya temp
Madania kaget saat membaca berita tentang Emirat Timur Tengah. Serta kehadiran sosok penyihir yang muncul di sana membantu Zaidin untuk merebut kekuasaan. Itu pasti Atma, suaminya yang diculik oleh Dewi Diva yang kini adalah dewi yang mereka sembah.Madania berjalan perlahan menuju ruang dewan rakyat. Eksistensi tambang kerjasama mereka dengan emir terdahulu soal Gaiantum terancam. Namun Madania juga ingin memastikan apakah penyihir yang ada di berita tersebut adalah Atma atau bukan.“Semuanya berdiri!” teriak perdana mentri ketika Madania memasuki ruangan. Suaranya menggema karena keheningan semua anggota rapat menghormati Madania.“Silakan duduk kembali.” Perintah Madania. “Kurasa dalam rapat bulanan hari ini. Kita akan mendahulukan agenda untuk memastikan keamanan tambang Gaiantum kita di emirat.”“Bagaimana tentang kesiapan pasukan di front timur tengah? Jendral Roger?” tanya Madania pada Roger.&
Kompleks Istana seluas 15km ini memiliki 4 bagian. Bagian di tengah tempat istana Emir, bangunan 5 lantai bergaya timur-tengah di depannya ada lapangan luas. Bagian kedua adalah kompleks selir dan keluarga Emir yang terletak di belakang istana. Bagian ketiga adalah kompleks perumahan untuk bangsawan dan perwakilan rakyat. Bagian keempat terletak di depan lapangan luas istana adalah kompleks gedung pemerintahan pusat.Jalur masuk ke kompleks ini bisa dari sisi kanan istana yang berupa taman luas, tetapi hanya diperuntukkan oleh Emir dan keluarganya saja. Tempat pesta rakyat terjadi, selebihnya rakyat biasa masuk melalui jalur pemerintahan pusat. Sekarang kami berada di lapangan depan istana.Keluarga Emir Rifai dikumpulkan di tengah lapangan. Disaksikan oleh para warga. Zaidin menarik adiknya yang sakit-sakitan. Kemudian dilemparkan padaku. Dari matanya sepertinya ia tidak tega mengeksekusi adiknya yang paling bungsu dan sakit-sakitan ini.“Eksekusi saja ak
Semua orang di dalam sini takjub melihat kekuatanku. Mereka bertepuk tangan dan bertanya padaku apakah aku bisa mengobati penyakit tua yang diderita oleh mereka. Kerumunan mereka dipecah oleh Zaidin.“Kalian bisa diobati semuanya oleh dia. Pokok setelah kudeta ini berakhir. Aku memberinya rumah di kompleks istana. Kalian bisa datang setelah kudeta ini berhasil.” Zaidin merangkulku. “Kita punya kartu AS.”“Kamu tidak akan mengkhianati kami kan?” tanya Zaidin.“Tentu saja tidak tuanku. Anda semua bisa percaya pada saya.” Jawabku. “Tuan Zaidin sendiri juga sudah memberi saya banyak keuntungan.”Semuanya lega mendengarkan perkataanku. Mereka membeberkan jurnal mereka dan membuka laptop mereka masing-masing. Seorang anggota militer yang duduk di samping Beria membuka suara. “Kurasa harus dimulai dari saya. Angkatan Udara juga sudah siap untuk memulai kudeta. Semua yang ada di Angkatan Udara mend