Home / Romansa / Red Room / Man With Nice Parfum.

Share

Man With Nice Parfum.

Author: Pink Cerry
last update Last Updated: 2020-12-30 16:20:04

  Pamela tau jika Orland akan membawanya ke apartemennya. Dia merasa terganggu dengan keputusan ini. Pamela tidak ingin berada di apartemen orang asing meski Orland adalah sugar daddynya. Ia bahkan tidak ingin hubungan itu, tapi ibunya yang baik hati membuatnya tidak memiliki pilihan. Akhirnya Pamela pun menyuarakan isi hatinya pada pria matang ini. 

  "Daddy, aku ingin pulang ke apartemen ibuku, " pinta Pamny lirih. Meskipun ia menerima Orland menjadi sugar daddy nya tetapi dia tidak terbiasa hidup bersama seorang pria. Bahkan kekasih ibunya saja tidak pernah tinggal di apartemennya saat dia masih hidup. Kekasih ibunya hanya mampir sebentar dan pergi. 

  "Pammy, cobalah untuk menurutiku. Aku bukan pria murah hati yang menerima kerugian dengan lapang dada, " tegas Orland. Mengapa gadis ini sama sekali tidak tau jika dia terancam menjadi gelandang di jalan. Mungkin berbicara dengan ibunya bisa memberikan nasehat agar bisa menyenangkan pria. 

  "Tapi..."

  "Aku akan menelpon ibumu. Kurasa kau harus mendengar segala ucapannya, '' tegas Orland. Itu menutup semua diskusi yang ada. 

  Setelah mereka sampai di penthouse Orland, pria itu membuka pakaiannya. Dia kemudian mengambil telepon untuk menghubungi Monica Konnov. Pamela harus mati-matian tidak membayangkan saat tubuh Orland yang terpahat sempurna menggumulinya. Segala pose yang dibuat Orland bahkan seperti model profesional. 

  Pamela tersentak dari lamunannya ketika Orland mengulurkan tangannya yang menggenggam telepon. Pamela bahkan sangat malu karena ketahuan mengamati tubuh berotot Orland yang tidak berlebihan. 

  "Ini, bicaralah pada Monica. Sementara itu aku akan menyiapkan mandi untukmu dulu. "

  Pammy segera mengambil telepon itu. Dengan terisak gadis itu mulai menyapa ibunya. Dia ingin mendapatkan penjelasan mengapa Monica tega melakukan ini. 

  "Mom~"

  Sebuah jawaban tidak menyenangkan datang dari Monica. "Mendengar nada suaramu mom yakin jika tuan Orland Manex sudah melakukan sesuatu padamu. "

  Pamela merasakan hatinya hancur saat ibunya berkata dengan dingin. "Mom ada di mana? "

  Monica terdengar mendesah karena gadisnya yang bodoh tidak sadar jika mendapatkan berlian berupa Orland. Padahal ribuan gadis di luar sana berusaha mati- matian agar masuk di list Orland. Namun apa yang dilakukan putrinya ini, dia justru menangis. "Dengar Pammy, mom akan jujur padamu. Sebenarnya mom saat ini sedang berlibur ke suatu tempat. Mom mencarikanmu sugar daddy karena mom tidak ingin kau hidup di jalanan. Kau butuh seorang pria yang melindungimu. "

  Pamela jelas tidak setuju dengan perkataan ibunya. Dia yakin jika bisa bertahan hidup. "Tapi mom, aku bisa saja bekerja paruh waktu, lalu akan melunasi hutang- hutang kita, "jawab Pammy. 

  Monica kembali mendengus sinis di telepon. Putrinya memang terlalu dia manjakan sehingga tidak tau kehidupan di luar sana sangat berat. "Yeah, dan kau akan membusuk dengan kemiskinan. Mungkin ini salah momy yang tidak menunjukkan padamu kejamnya hidup. Dengar, Sayang... Mom pernah berada di posisimu. Mom pikir jika bekerja maka mom akan baik-baik saja. "

  Pamela terdiam mendengar segala penuturan Monica. Dia tau jika tidak bisa mendebatnya. "..."

  Nyatanya tidak. Ada kalanya mom sakit dan tidak memiliki uang maupun makanan. Berjuang menuntaskan pendidikan sambil bekerja sungguh berat. Belum lagi pandangan mencemooh teman-teman ketika mom berpakaian lusuh. "

  "Mom... "

  "Dan lihat sekarang, akhirnya mom hancur ketika tidak ada yang menyokong kita. Padahal mom saat ini sedang sakit dan butuh berlibur. Mom tidak sanggup berobat dan membiayaimu. " Jeda sejenak. "Tuan Orland akan membantumu meraih karier mu, Sayang. Jika kau sudah  bisa mandiri, kau bisa lepas darinya, Sayang. Lagi pula dia akan bertunangan. Kau tidak perlu khawatir selamanya terjerat oleh tuan Orland. "

  'Apa?!  Mom sakit? '

  Pamela akhirnya menyetujui nasehat Monica. "Yes mom. "

  "Lakukan apa yang ia katakan. Jangan jatuh cinta. Ingat, jangan jatuh cinta padanya. "

  Pamela pun menutup teleponnya. Monica tadi sempat secara tidak sengaja mengatakan dirinya sakit.   Pamela kembali merasa hancur oleh kenyataan ini. Selama ini dia memang selalu hidup nyaman karena ibunya. Dia sama sekali tidak pernah hidup kekurangan karena ibunya. Tetapi kini dia mengalami kesulitan dan ibunya sakit, dia butuh berobat. Jika dia menolak segala ucapan Orland maka uang itu bisa saja dikembalikan ibunya ke Orland. Tetapi apa yang selanjutnya terjadi pada ibunya. Tanpa uang tidak akan ada pengobatan. 

  Orland datang dari arah kamar mandi. Tetesan air di tubuhnya terlihat sangat lezat. Menggoda Pammy menjilati air yang menempel di tubuh yang terpahat sempurna itu. Padahal pria itu tadi pamit untuk menyiapkan mandi Pamela. Tapi justru dirinya yang mandi. 

  "Kurasa kau sudah memutuskan apa yang akan kau lakukan, " ucap Orland. 

  Pamela menatap kosong tubuh menakjubkan yang terpampang di depannya. Dia bahkan lupa untuk menelan ludahnya. Juga lupa untuk menjawab pertanyaan pria di depannya. 

  Menyadari jika gadis didepannya terpukau dengan tubuhnya, Orland hanya mendengus. Dia mendudukkan dirinya di sebelah Pammy. Dia menarik gadis itu dan menciumnya. Dan yang mengejutkan, Pamela mulai mengikuti arus ciumannya meski terasa amatir. 

  "Aku ingin mencintaimu di tempat yang layak Pammy. Tidak di sofa ini. "

  Orland kembali mengangkat tubuh Pammy dari sofa. Dia membawa ke ruangan pribadinya yang terkesan maskulin. Perabotan yang terbuat dari kayu, lukisan yang berseni tinggi menghiasi kamar Orland. Jendela kaca hitam yang besar dan memungkinkan untuk memandang kota Colorado dengan leluasa. Dan yang mengejutkan Orland ternyata sangat rapi. Pamela terkejut betapa rapi kamar Orland. 

  "Kau seperti terpukau dengan kamarku? "

  *Rayu dia Pammy, buat dia puas denganmu*... Monica tadi sempat memberi nasehat pada Pamela. Itu membuat Pamela berpikir cara untuk merayu Orland. Pengobatan ibunya tidak boleh berhenti di sini karena Orland tidak puas dengannya. 

  "Aku lebih terpukau dengan sosok tubuhmu. Bahkan saat pertama kali melihatmu di lift. "

   Orland menyeringai karena Pamela sudah mengakui jika dirinya tertarik pada Orland ketika pertama kali bertemu.  "Sudah kuduga. Tetapi aku menyukai aksi merayumu. "

Orland meletakkan Pammy di ranjang. Dia memposisikan diri diantara kedua kakinya. 

  "Bearti kau memperhatikanku saat itu. Dasar menyebalkan, sikap dinginmu saat itu membuatku hampir mengalami krisis percaya diri. "

  "Dengan tubuh seindah ini kau mengalami krisis percaya diri? "

   "Dasar pria tua mesum. " Pammy menggeliat ketika Orland menenggelamkan wajahnya di dada Pammy. Lalu bermain dengan lidahnya yang hangat dan basah. 

  "Dan orang tua mesum ini akan membuatmu menjerit. "

  "Padahal aku masih kesakitan. Dasar kejam. " Walaupun ucapannya terdengar menolak tapi kaki Pamela sudah melingkar di pinggul Orland. Pamela tidak keberatan menanggung rasa sakit itu agar biaya pengobatan ibunya tidak ditarik oleh Orland. Lagi pula dia tidak selamanya harus bercinta dengan Orland. Pria ini pasti harus menikah dengan tunangannya. 

Tbc

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Red Room   Epilog 2.

    Beberapa bulan berlalu dari pernikahan Pamela maupun Vanesa. Segalanya nampak normal bersama kehidupan mereka masing-masing. Hingga suatu hari, tanpa sengaja Vanesa bertemu dengan Pamela di depan Swalayan. Mereka berdua sama-sama menjinjing tas belanjaan, rupanya mereka berdua habis berbelanja di satu tempat.Pamela saat itu memakai hodi dan masker, tapi Vanesa yang pernah ia cap sebagai musuh besarnya, mampu mengenali Pamela dengan sangat baik."Pamela.""Vanesa."Mereka berdua terdiam dan menunduk malu. Ini karena mereka pernah menjadi saingan dan melakukan perang dingin untuk memperebutkan Orland. Sungguh semua itu masa lalu yang konyol dan memalukan jika diingat. Kini mereka berdua sadar jika sudah saling menyakiti satu dan lainnya."Selamat atas pernikahanmu, Vanesa," ucap Pamela tulus. Dia sangat senang mengetahui jika pria yang dinikahi Vanesa adalah ayah biologis dari bayi Vanesa.Vanesa tersenyum lembut. Aura keibuannya m

  • Red Room   Epilog.

    Semua orang terguncang dengan dengan pernikahan spektakuler Pamela dan Orland. Banyak para gadis merasa terharu dengan kisah mereka. Kisah cinta mereka bahkan menjadi tren karena benar- benar mengisahkan kisah Cinderella jaman modern yang nyata. Sesuatu yang diidam- idamkan para gadis di jaman ini.Rasa iri juga menerpa Vanesa yang kini sudah menjadi ibu dan memilih mandiri. Dia adalah gadis yang terlupakan oleh media sejak batalnya pernikahannya dengan Orland. Vanesa menyadari jika tidak bisa memaksakan cinta pada pria yang tidak mencintainya. Semua hanya kesepakatan semata dan Vanesa terlalu tenggelam dalam harapan semu.'Aku harap bisa sepertimu, Pammy? Aku juga ingin memiliki cinta yang indah sepertimu.'Vanesa hanya tersenyum dan melangkahkan kakinya menuju swalayan. Dia ingin membeli barang untuk kebutuhan bayinya.Dhug."Oh, maaf," ucap Vanesa."Tidak, aku yang bersalah..." jawab o

  • Red Room   The Wedding.

    Kejutan menyenangkan muncul di pagi hari. Ibuku yang selama ini enggan muncul tiba- tiba datang dengan senyum satu dolarnya. Jelas aku tidak bisa mendeskripsikan betapa bahagia melihatnya masih hidup, sehat dan bahagia."Ibu, akhirnya kau datang..." Aku memeluknya erat. "Terima kasih sudah mau datang."Ibu menepuk- nepuk bagiku dengan lembut. Kehangatan kasih sayangnya langsung merembes melalui sela- sela baju kami."Ibu datang setelah kau memberi tahu jika akan menikah... melihatku dalam gaun pernikahan yang tidak pernah ibu pakai adalah impian seumur hidup ibu.""Aku juga merasa masih bermimpi mengingat bagaimana kita dulu. Masuklah bu... "Dia nampak lebih kurus dari yang terakhir aku ingat. Langkahnya juga tidak terlalu kuat seperti dulu. Satu hal yang bagus yaitu dia lebih bahagia dari yang dulu."Aku senang kau memutuskan keluar dari persembunyianmu, Monica " Orland keluar dari kamar kami dengan setelan resminya. Ak

  • Red Room   Different.

    Dengan begini usai sudah kisah cinta antara Vivian dan Max. Vivian ternyata sudah menutup hatinya rapat- rapat terhadap pria itu. Kehilangan bayinya merupakan stimulan yang berfungsi seperti racun yang membunuh cinta Vivian terhadap Max. Aku pamit dan membawa rasa iba pada kedua orang itu. Vivian jelas tidak bisa disalahkan dalam hal ini. Dia korban yang terluka dan mati rasa.Sedangkan Max, tidak mungkin ada yang tega menghakiminya sekarang. Pria itu tiap hari berjuang mendapatkan kembali hati Vivian. Mengerahkan apa yang ia punya untuk membuat Vivian kembali."Max, kau di sini?" Sapaku ketika hendak masuk ke apartemen Orland. Sopir sudah membawa pergi mobil dan aku tidak memiliki pilihan selain mengajak dia minum di cafe terdekat."Kita ke sana, kopi di sana enak. Aku yakin kau juga akan menyukai cemilannya. Melihat bagaimana kurusnya dirimu, aku yakin kau membutuhkan asupan makanan. ""Ya, aku memang ingin bicara denganmu."S

  • Red Room   Your Smile.

    Vivian jelas bukan orang yang berbahagia saat ini. Dia kehilangan cinta, bayi dan harapan dalam satu hari. Semua karena seorang pria yang menjadi sandaran hatinya. Hidupnya tidak lagi sama sejak saat itu, senyumnya menghilang karena rasa terkhianati yang begitu dalam.Pria yang menyebabkan dia mengalami hal mengerikan itu sekarang justru duduk di sampingnya dengan tatapan penuh tekad. Menjebaknya tanpa pilihan untuk bisa menghindar. Vivian tau butuh usaha keras agar Max pergi dan menyerah dalam hidupnya. Jadi ia memilih menghadapinya secara langsung untuk mengatakan dengan tegas tentang hubungan mereka yang berakhir. Sudah cukup dia lari dari Max karena ingin menghukumnya."Jika kau membahas masalah hubungan atau permintaan maaf maka aku akan pergi. "Sebuah undangan yang berisi tawaran untuk mendesain kostum berhasil membawa Vivian ke restoran paling berkesan selama dia dan Max berhubungan. Vivian merasa bodoh karena tertipu pa

  • Red Room   Love And Hate.

    Aku tertegun saat kakiku menapak di puncak pengunungan Alpen yang berselimut salju putih. Kemegahan alam yang menampilkan kemewahan putih alam sungguh mencengangkan . Sesuatu yang mengingatkanku pada pria yang dingin, indah dan perkasa. Nampak santun tapi berbahaya. Dia menarik hasrat siapapun untuk menaklukkannya. Sayangnya akulah sang penakluk pria dingin dan megah itu. Pria Alfa yang digilai para gadis justru menyerahkan dirinya padaku tanpa ia sadari. Itu membuatku menjadi pemenang dari semua hadiah yang bisa aku dapatkan di dunia ini.Di gunung eksotis yang menjadi kebanggaan warga Wina, aku mulai melanjutkan pekerjaan yang tertunda karena masalah George dan ayahku. Kamera, lampu dan segala macam peralatan untuk mendapatkan gambar sudah berada di posisi masing- masing."Tunjukkan perasaanmu yang sedang jatuh cinta, babe! " teriak Cordis. Dia justru bergerak- gerak lebih atraktif dari sang model. Itulah salah satu caranya untuk mendapatkan gamba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status