Share

BAB 6

Kegiatan May sekarang selain membantu apapun yang diminta oleh Sally untuk penelitiannya, May juga bertugas untuk mencari tanaman herbal yang ada di hutan seminggu sekali, biasanya ia ditemani oleh Lefron, tapi jika Lefron sedang sibuk May akan ditemani oleh Ben atau Karl.

Selain itu May juga menjadi pekerja paruh waktu dirumah kaca yang diurus oleh Selena. Selena wanita paruh baya yang sangat baik dan memiliki tempramen lembut, mungkin karena hal ini dia memiliki afinitas kuat dengan tanaman.

Hari ini adalah hari Rabu, hari biasanya May mengumpulkan tanaman yang harus ia dapatkan. Sebenarnya tugas ini biasanya diselesaikan selama dua atau tiga hari oleh orang lain. Tetapi semenjak hari pertama ia mengumpulkan tanaman, May selalu bisa mendapatkan semua yang ia cari hanya dalam satu kali ia pergi kedalam hutan, jadilah ini menjadi tugas utama May.

Seperti biasa Lefron atau seseorang yang menggantikannya akan menunggu May di depan toko pada jam delapan pagi, jadi setelah May mengambil peralatan yang ia perlukan beserta informasi tentang tanaman yang perlu ia temukan yang telah ia kumpulkan sehari sebelumnya, May berjalan keluar dari kamarnya langsung menuju kearea pasar, disana ia membeli beberapa roti kukus untuk menjadi sarapannya.

“pagi... kau sudah sarapan?” May menyodorkan satu roti kukus ditangannya yang belum sempat ia makan pada Lefron yang sedang berdiri menunggunya. ia bersender di tembok luar toko yang masih bersiap-siap untuk membuka tokonya hari ini.

Lefron melihat tangan May kemudian tanpa berkata apapun dia mengambil roti tersebut dan memakannya.

“kau sudah menunggu lama?” May mengeluarkan botol air minum dari tasnya yang berisi banyak barang. “tidak juga” Lefron dengan sangat cepat menghabiskan roti kukus yang memiliki ukuran cukup besar untuk May.

“apa yang akan kita makan hari ini?” tanya May.

“kau baru saja makan” tunjuk Lefron pada sudut bibir May. Kemudian dia mengusapnya. May tertawa lepas karenanya.

“ayo hari sudah mulai siang, berapa banyak yang harus kau temukan?” Lefron mulai berjalan menuju hutan.

“tidak banyak, mungkin bisa selesai sebelum sore hari. Kau akan menemaniku atau punya urusan sendiri?” Lefron tidak langsung menjawab, dia hanya berjalan disebelah May menyesuaikan kecepatannya.

“aku tidak punya urusan khusus” akhirnya Lefron menjawab.

Setelah mereka sampai dipintu masuk, May dan Lefron mengambil jalur utara. Hari itu hutan terasa basah karna malamnya baru saja hujan besar. Dua puluh menit setelah memasuki hutan, May menemukan tanaman pertamanya. Tanaman ini biasanya menjadi parasit pada tumbuhan lain, dengan warna hijau yang sangat biasa kecuali melihat dengan jeli terdapat julur berwarna hijau keunguan.

“Sally bilang kau akan kembali ke ibu kota?” tangan May mulai memisahkan Pisco dari tanaman induknya secara hati-hati.

Lefron yang sedang menyandar pada batang pohon melihat May yang wajahnya tak terlihat karna dia menunduk “mn” jawabnya pelan tapi May masih bisa mendengarnya.

“kau tidak mau bilang apapun padaku?” May merasa sedikit terkhianati, karena dari semua orang yang dikenal May, Lefron adalah salah satu yang ia anggap sangat dekat dengannya. Lagipula Lefron lah yang membawanya keluar dari hutan ini.

Tidak mendengar jawaban apapun dari mulut Lefron, kemudian May mengangkat wajahnya, matanya yang berwarna coklat terang menatap langsung mata tajam Lefron. “kukira kau akan membantuku? Apa kau menemukan sesuatu?” kata May akhirnya.

“ada sesuatu yan harus kupastikan disana” jawab Lefron akhirnya kemudian ia berjalan mendekati May yang sedang berjongkok kemudian dia ikut berjonkok disebelah May.

“kukira kau akan ikut denganku?” Lefron memiringkan wajahnya sambil menatap mata May.

“ya.. aku ingin sih, tapi aku kan tidak punya identitas yang jelas” menggaruk hidungnya yang tidak gatal May kemudian menundukan wajahnya.

“jika Sally membiarkanmu pergi, dia pasti sudah menyiapkan semuanya” Lefron berdiri kemudian dia mengusap kepala May “ayo lanjutkan perjalanan” katanya.

Setelah May memasukan batang terakhir ia mengikuti Lefron untuk berjalan lagi.

“apa kau punya rumah di ibu kota?” tanya May.

“mn” mendengar Lefron meresponnya May mulai bersemangat.

“kalau begitu aku bisa menginap dirumahmu?” “apakah jarak dari rumahmu ke istana dekat?” “bagaimana ibu kota itu?” “kudengar disana banyak makanan enak!” May terus melontarkan beberapa pertanyaan tidak perduli dengan kenyataan bahwa Lefron telah mengabaikannya sepenuhnya.

Setelah beberapa saat berjalan, Lefron berhenti bergerak maju membuat May yang berjalan dibelakangnya menghentikan semua ocehannya, kemudian dia menatap Lefron menunggu jawaban.

Lefron yang melihat May penuh dengan antusiasme kemudian menyerah “aku akan menjawab pertanyaanmu, satu dalam satu waktu ok?” katanya.

“OK”

“Jadi..., bagaimana ibu kota itu?” Kata May akhirnya setelah diam beberapa saat bingung memutuskan pertanyaan mana yang ia ingin Lefron jawab terlebih dahulu.

“hanya kota biasa yang jauh lebih besar dan jauh lebih padat” mendengar jawaban itu May memandang Lefron seakan-akan Lefron telah menumbuhkan dua tanduk dikepalanya.

“seberapa jauh rumahmu dari istana?” tanya May kembali. Lefron tidak langsung menjawab pertanyaan itu dia memandang jauh kedepan, saat May berpikir bahwa dia tidak ingin membicarakannya dan mulai mencari pertanyaan baru May mendengar jawaban Lefron.

“kau mugkin membutuhkan waktu sekitar satu jam dengan mengendarai kuda, rumahku berada dipinggir hutan” jawabnya.

“ah? Hutan? Kupikir ibu kota tidak memiliki hutan?” May kebingungan.

“memang tidak, kau akan mengetahuinya jika kau pergi kesana” Lefron kemudian berbalik dan mulai berjalan kembali,  “kau tidak asik, bagaimana dengan makanan yang ada di ibu kota?” tanya May mengikuti Lefron lagi.

“makanan? Hmm” Lefron berhenti untuk berpikir.

“mungkin kau akan menyukainya disana, karena dekat dengan pelabuhan, varietas makanan yang ada disana lebih banyak dibandingkan yang bisa kau temukan disini”

“apakah kita hanya akan pergi berdua?” tanya May lagi.

Lefron mengangkat alisnya kemudian menyunggingkan senyum yang sangat langka.

“kenapa? Kau takut?” tanya Lefron meskipun tersenyum tetapi May menemukan sesuatu yang bergejolak dalam tatapan matanya Lefron.

Ketika Lefron tidak kunjung mendapatkan jawaban, matanya yang menatap May dengan gejolak menggebu kemudian perlahan meredup sedikit demi sedikit kembali meredup seperti biasanya. Tapi tepat sebelum gejolaknya benar-benar menghilang Lefron mendengar May tertawa.

“kau pikir kita sekarang bertiga?” May menatap Lefron masih dengan senyuman dibibirnya.

Mendengarnya, Lefron menatap May lama kemudian dia ikut tersenyum tanpa mengatakan apa-apa lagi.

“Hey!” May berlari mengejar Lefron yang telah berjalan kedepan.

“fokuslah keselilingmu, kau harus masih bekerja” Lefron kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong bajunya pada May. Ini adalah bola cahaya kecil, warnanya ungu tidak seperti bola cahaya lain yang pernah May lihat.

“untuk ku?” May tercengang ketika Lefron menyerahkan bola kristal itu.

“mn, sangat berguna untuk diperjalanan” jawab Lefron.

“sungguh? Tapi ini pasti sangat mahal, aku rasa aku tidak punya uang untuk ini” meskipun May berkata begitu, tapi May tetap menerima kristal itu, tatapannya tidak teralihkan sama sekali.

“aku tidak memintamu untuk membayarnya” Kata Lefron,

“kau memang sangat manis kapten” May menatapa Lefron dengan senyumannya yang sangat lebar. “Terimakasih aku akan dengan senang hati menerimanya kalau begitu, jika nanti kau membutuhkan sesuatu aku akan dengan segenap hati dan jiwa membantumu” May kemudian memasang pose hormat, tapi mata dan bibirnya tidak berhenti tersenyum.

“aku akan mengingatnya” jawab Lefron.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status