Tiga jam kemudian May masih berkeliaran di dalam hutan mencari Scarlet Daisy yang harusnya tumbuh di tanah tinggi. Kaki May mulai terasa sakit karna dia terus mendaki bukit bebatuan, melihat kedepannya May menemukan fakta bahwa Lefron bahkan sama sekali tidak berkeringat, penampilannya masih sama rapihnya ketika ia pergi tadi pagi.
“aku lelah” kata May kemudian dia duduk disebuah batu besar yang berada di sebuah lapangan kecil tanpa pepohonan disekelilingnya. “aku juga lapar” lanjut May yang akhirnya membuat Lefron membalikan tubuhnya, kemudian dia melihat serius kebelakang May, tak lama May merasakan angin kencang menerpa wajahnya, dan Lefron yang berdiri sekitar 100 meter darinya telah hilang dari pandangannya.
“huh” May melihat sekeliling tapi sosok Lefron juga tidak terlihat, kemudian May mulai merasa takut setelah sekitar 10 menit kemudian dia tak kunjung melihat Lefron, awalnya May mengira bahwa Lefron mungkin kebelet ingin pipis dan ia masih duduk santai di batu itu.
“LEF!” panggil May panik. “Lefron, ini tidak lucu!” katanya lagi, May yang panik kemudian mencoba untuk mencari keberadaan Lefron.
Setelah May berhasil turun dari bebatuan dia terdiam, May tidak tahu kearah mana Lefron pergi, ia juga tidak mengingat jalan kembali, baru sekarang May tersadar jika ia terlalu bergantung pada Lefron. Saking percayanya ia dengan Lefron ia mengikutinya secara membabi buta tanpa memperhatikan jalan yang ia lalui.
Hari sudah semakin siang, jika ia tidak bisa kembali sebelum malam datang apa yang harus dilakukannya, kemudian tak terasa air mata May mulai jatuh bercucuran dia berjongkok dan tenggelam dalam kesedihannya. Tak lama sepasang sepatu boot terlihat disudut mata May.
“apa yang kau lakukan?” suara Lefron yang familiar terdengar oleh May.
“kau tidak meninggalkanku?” May masih dengan air mata yang mengalir melihat Lefron dengan lekat.
Lefron berdesah kemudian dia ikut berjongkok melihat air mata May yang mengalir, “dasar bodoh, apa yang sebenarnya ada di otakmu ini?” Lefron menyentil jidat May.
May masih mengalirkan air matanya, “aku melihat ini, kupikir kau akan menyukainya” Lefron memperlihatkan sesuatu dari tangan kanannya, barulah May sekarang menyadari Lefron memegang seekor hewan seperti tikus tanpa buntutnya yang panjang.
“ini Hamster sihir” katanya memperlihatkan hewan itu. Gumpalan bulu itu berwarna kuning dengan corak hitam dipungggungnya, mungkin karena merasa stress dan ketakutan dia memasang wajah garangnya yang malah membuatnya terlihat semakin lucu, dua gigi depannya yang panjang terpampang sangat jelas.
“untukku?” tanya May, tangannya memegang punggung hewan itu.
“hamster sihir sangat pemalu tapi mereka terkenal memiliki IQ yang cukup tinggi dan mampu membantumu dalam banyak hal” Lefron memberikan Hamster yang tengah ketakutan itu pada May.
Hamster itu tidak lagi mencium bau darah yang ada pada sekujur tubuh Lefron, perlahan otot-ototnya yang tegang kembali relax setelah yakin bahwa tidak ada yan berbahaya pada May, Hamster itu mencoba untuk melarikan diri, namun sebelum semuanya terlaksana ia merasakan aura menyeramkan dari arah belakangnya. Setelah beberapa pertimbangan hamster itu memilih untuk menyembunyikan taring dan cakarnya kemudian dengan perlahan mengusapkan kepalanya pada tangan May.
“oh dia sangat jinak!” May kegirangan melihat tingkah hamster itu. Lefron tentu saja hanya tersenyum mendengarnya.
“ayo, aku menemukan scarlet daisy tidak jauh dari sini” setelah menghapus air matanya dan menaruh hamster itu dalam kantong bajunya, May mengeluarkan strawberry dari dalam tasnya kemudian ia berikan pada hamster itu kemudian ia mengikuti Lefron masuk kembali ke dalam hutan 15 menit dari sana ada sebuah bukit kecil, dipuncaknya berdiri sendirian dengan warna merah yang sangat menyala May dapat mengenalinya dari jauh sekalipun.
May berlari kecil kemudian dengan sarung tangan sihirnya ia memotong bunga daisy, karna meskipun sangat cantik bunganya yang merah menyala mengandung racun yang sangat berbahaya, May memasukannya kedalam botol kaca kecil sebelum ia masukan ke kantong sihir, untuk mencegah racunnya menyebar pada tanaman lain yan telah ia temukan.
“cit cit” tiba-tiba dari dalam kantong May muncul kepala hamster, dia melihat tanaman scarlet daisy dengan matanya yang bulat. Tanaman ini selain racun yang terkandung dalam bunganya, bagian lainnya tidak memiliki sesuatu yang dapat digunakan sehingga seringkali ditinggalkan begitu saja, jika beruntung akan memekarkan bunga lain, tapi jika tidak tanaman itu akan mati tidak lama setelah bunganya diambil.
“kenapa?” tanya May, mengeluarkan hamster yang belum sempat ia beri nama di telapak tangannya.
Hamster itu melihat May lekat-lekat, seakan-akan mengerti apa yang diucapkan May, hamster itu menunjuk dengan jari kecilnya kearah tanaman itu.
“cit cit” katanya.
“kau mau memakan itu?” May kemudian menatap Lefron yang berdiri tidak jauh darinya.
“biarkan saja” jawab Lefron santai. Setelah mendengar jawaban Lefron May kemudian melepaskan hamsternya ketanah. Kemudian dia melihat hamster itu kegirangan mengendus dan mengelilingi tanamannya, tak lama kakinya yang kecil itu mulai menggali tanah disekitar tanaman itu tumbuh, May berpikir mungkin ia ingin memakan akarnya.
Setelah beberapa saat menggali Hamster itu menemukan akarnya. Dengan gembira sambil mengeluarkan bunyi cicitan dia memotong semua akar yang ia temukan dan ia masukan kedalam kantung makanannya.
May terkejut karna jumlah akar yang ia masukan lebih besar dari seluruh badan hamster itu, tapi hamster sihir tidak terlihat kesusahan karnanya, dan Lefron juga tidak menunjukan ekspresi apapun, seakan-akan ini adalah hal yang memang seharusnya terjadi. May teringat sesuatu dari ensiklopedia hewan sihir yang ia baca.
"Hamster sihir adalah hewan pemalu dengan kantung makan yang sampai saat ini belum bisa ditentukan besar area yang dimilikinya, hal paling besar yang pernah dimasukan kedalam kantung makan mereka adalah 10 biji apel berukuran sedang. hamster sihir bisa hidup sampai dengan 30 tahun tetapi karena sangat pemalu mereka sangat sulit untuk bisa ditemukan"
Mereka terkenal sebagai hewan peliharaan langka karena sangat mudah untuk memberikan makanan kepada mereka, tapi mereka rata-rata memiliki gigi yang manis dan rentan sekali terkena penyakit diabetes, hanya itu yang mungkin perlu diperhatikan.
Setelah melakukan serangkaian kegiatan dengan sangat antusias hamster itu kemudian terbaring ditanah dengan perutnya menuju atas, sambil terus mengeluarkan bunyi seperti kegirangan, efek ini terlihat seperti kucing yang diberikan catnip atau orang yang sedang mabuk.
May sebenarnya agak sedikit khawatir tapi sepertinya itu bukan suatu hal yang besar jadi May hanya mengambil hamster itu kemudian menyimpannya kembali dikantung bajunya.
Tidak ada yang mengobati luka - luka May setelah hari itu, beberapa kali sang raja menemuinya untuk menambah luka yang masih belum sembu. Hal itu terus berlangsung hingga waktu yang cukup lama. Suatu hari, ada orang yang kembali mengunjunginya. awalnya May mengira itu hanyalah kunjungan biasa yang dilakukan oleh sang raja, tetapi setelah mendengarkan dengan seksama, langkah kaki itu terdengar lebih cepat dan lebih banyak jumlahnya. "May!" Seakan bermimpi May mendengar suara Lefron yang sudah lama sekali tidak ia dengar, ia bahkan tidak tahu apakah Lefron bisa sembuh dari keracunannya yang membuat May berpikir dia sudah menjadi terlalu gila dan mulai mendapatkan delusi - delusi dalam kepalanya. May masih belum sadar sampai akhirnya Lefron memotong jeruji besi yang mengelilingi May dan akhirnya memegang pundaknya. "maafkan aku" kata Lefron, suaranya yang biasa selalu memiliki ketenangan, tapi kali ini May mendengar suaranya bergetar.
Sepuluh hari May habisskan waktu di dalam penjara bawah tanah yang suram tersebut, tapi bagi May, itu merupakan sepuluh hari paling lama yang oernah ia rasakan. Rasanya jika ia dibiarkan beberapa hari lagi saja, May merasa dirinya bisa menjadi gila, setiap saat sekujur tubuhnya selalu merasa dingin dan menggigil. Tanpa cahaya matahari ataupun lampu - lampu yang hanya akan menyala jika seseorang sedang mengantarkan makanan kepadanya, hidup May menjadi sangat gelap, kali ini May tidak bisa membaca buku atau melakukan sesuatu untuk menghabiskan waktunya. Di saat May hampir kehilangan semangat dan cahayanya, seseorang datang pada jam selain jam makannya. Orang itu adalah orang yang pernah May temui. Ia adalah kepala pengurus rumah tangga istana. Lelaki tua itu datang bersama dengan dua orang wanita yang berpakaian seperti pelayan istana. "kita bertemu lagi nona" katanya pada May yang mengacuhkannya. Orang itu
Sudah setengah jam sejak May sampai di kota Linos, saat ini dia disekap di dalam kantor Ilo dengan tangan dan kaki yang juga terikat.May tidak tahu kenapa mulutnya tidak turut di bungkam seperti yang ia lihat pada Ilo, mungkin karena sejak awal May tidak mengeluarkan suara apapun. "Levi..." May memanggil Levi yang bersembunyi di dalam pakainnya setelah memastikan bahwa tidak akan ada orang yang memasuki ruangan tersebut. May bersusah payah mengeluarkan inti biji daun biru dan transporter yang sidah dimodifikasi dengan tangan terikat. Keranjang sihir May berbentuk seperti sebuah tas selempang kecil dan karena ia menggunakan jubah, Tas tersebut tidak akan terlihat dari luar. Orang - orang yang menahannya tidak berupaya untuk memeriksa dan menyita keranjang sihirnya. "bisakah kau menolongku untuk mengantarkan kedua benda ini pada Lefron?" May berbisik pada Levi yang mengeluarkan kepala kecilnya dari dalam kantung bajunya. "cit" kata Levi yang juga pelan.
"omong - omong, apa kau benar - benar tidak khawatir dengan profesor Idris?" "anak itu akan baik - baik saja" Felix menjawab tanpa terlihat khawatir sedikitpun. "anak?" kata May ragu dengan pendengarannya. Ia menatap wajah Felix yang kekanak - kanakan tersebut. May sudah tahu bahwa Felix memiliki usia yang lebih tua dibandingkan dengan penampilannya. Tapi May tidak tahu seberapa jauh perbedaannya tersebut. Selain itu, Felix memiliki beberapa ciri - ciri khusus yang belum pernah May temui ataupun May baca dari beberapa ras orang yang ia tahu dari informasi yang di dapatnya. "oh benar, aku sudah menerima bukumu. Terimakasih itu sangat membantu" kata May. Wajah Felix yang santai berubah sedikit tegang ketika May membahas tentang hadiah yang ia berikan pada May itu. "kenapa kau memberikannya padaku? aku pikir kau sangat menyayangi buku tersebut?" May berkata lagi ketika dirinya tidak mendapatkan jawaban dari Felix. Kali ini wajah Felix berubah merah, ia kemudian memalingkan
Perlahan tapi pasti, May akhirnya dapat sampai ke perpustakaan tanpa dicurigai siapapun.Sevenarnya May tidak tahu apakah dirinya menjadi salah satu orang yang ada dalam daftar pencarian atau sama sekali tidak terkait dengan kasus yang mengikat keluarga Mandala.Dengan jantung yang masih berdetak kencang karena adrenalin, May melangkahkan kakinya menuju lorong sepi yang akan membawanya ke tempat Profesor Idris.Dalam perjalanannya itu, May tidak menemukan ada orang lain, dan membuat kewaspadannya menurun lebih dari setengahnya ketika ia sampai di hadapan tangga yang hanya bisa membawanya ke satu tempat tersebut."Haa ..." May menghela nafasnya lega, dengan langkah yang lebih ringan, satu persatu anak tangga May pijak hingga sampai di penghujungnya.Pintu kayu tua tersebut ada dalam kondisi tertutup, May mengetuknya pelan. Tuk tuk.Tapi tidak ada respon yang ia dapatkan, ketika tangannya hendak mengetuk kembali, tiba - tiba pintunya berkerit dan membuka sedikit. Saat itu May merasa s
"aku akan pergi" kata May dengan tegas. "tidak, kau tunggulah disini, katakan dimana tempat itu. May menggeleng, "kalian tidak akan dengan mudah menemukannya tanpa aku" ia bersikeras. Sudah dua hari sejak kedatangan May ke tempat itu, May dan Andrea Mandala terus bersikeras dengan pendapat mereka masing - masing. "dengar, semakin lama kita berdebat, semakin kecil harapan hidup Lefron. Anda harus tetap disini dan mengurus yang lainnya, aku tidak akan lama" kata May. "kau tidak mengerti, keadaan di ibu kota saat ini tidak aman, terutama bagi dirimu" "kalau itu yang menjadi kekhawatiranmu aku punya solusinya" May dan Andrea Mandala melihat kearah Sally yang baru saja memasuki ruangan. "gunakan ini" katanya pada May melemparkan sebuah wig berwarna pirang. May menatap Sally lalu ia mencobanya, wig itu ringan dan ketika dia memakainya di kepalanya, ia tidak merasakan ketidaknyamanan. "hmm... tidak buruk" kata Sally yang memperhatikan May, ia juga memberikan sebuah cermin