Share

Reinkarnasi Terakhir Permaisuri 100 abad
Reinkarnasi Terakhir Permaisuri 100 abad
Penulis: Niri ashyla

menjadi permaisuri

Pandanganku sudah mulai kabur, aku melihat ke belakang. Seseorang yang telah membunuhku. Aku melihat para prajurit yang menyerang orang itu. Aku memegangi perutku yang berdarah. Aku tahu waktuku tidak akan lama lagi, Dan aku tahu aku akan dilahirkan kembali. Sebagai anak kecil yang akan memimpin negara atau keturunan Ratu.

Aku adalah seseorang yang mendapatkan kekuatan, atau mungkin lebih pantas di sebut kutukan dewa. Aku selalu terlahir kembali sebagai keturunan Ratu. Dan tentu saja aku akan menggantikannya dan menjadi Ratu.

Kematian ku kali ini di medan perang. Salah seorang mata-mata masuk ke tendaku dan menusukku dari belakang, ketika aku tidur. Aku sudah mengalami banyak kematian jadi aku tidak akan terkejut lagi.

Cahaya menyilaukan masuk ke dalam mataku. Membuat semua yang kulihat menjadi putih. Aku tahu, bahwa saat ini adalah saat aku ber- reinkarnasi. Aku akan dimasukkan ke dalam bayi yang dilahirkan oleh seorang Ratu.

ווו

Aku membuka mataku perlahan. Suara gaduh para pelayan seakan melihat anugrah. Dengan panik mereka terus saja memanggil dokter. Tak lama kemudian dokter pun datang, dan mengecek diriku. Aku masih lemas dan mencoba menalar apa yang terjadi. Aku melihat disekitar dan tempat ini sangat asing. Aku melihat ke arah tubuhku. Tunggu, ini tubuh wanita dewasa ?

Aku mencoba menalar apa yang terjadi kali ini, dan sepertinya aku tahu.

Aku tidak berinkarnasi ulang seperti biasanya, tapi aku masuk ke dalam tubuh seorang Permaisuri di Kekaisaran ini.

Kematian Permaisuri ini dan diriku di kehidupan sebelumnya adalah sama. yaitu, ditusuk dari belakang. Beruntungnya tubuh ini dapat menghindar hingga pedang itu hanya merobek sedikit bagian di perutnya. Dan pingsan karena kehabisan darah.

Masa kritis Sang Permaisuri yang sekarang ditempati diriku sudah lewat. Aku mencoba menelaah dan mengingat semua nama pelayan hingga akhirnya aku menyadari sebuah kejanggalan.

Semua nama tokoh pelayan serta nama si Permaisuri ini sama seperti novel romansa yang aku baca sebelum aku berangkat ke peperangan.

Tentu saja ini aneh. Biasanya aku dilahirkan kembali sebagai wujud seorang bayi. Sekarang roh ku tiba-tiba dimasukkan ke dalam tubuh seorang Permaisuri.

Oh ya sebagai perkenalan nama permaisuri ini adalah

"Arsya Venezuela zyrandyanka"

Namanya sangat rumit bahkan ketika aku menjadi Ratu di kehidupan sebelumnya, namaku hanyalah Aistha.

Tapi ya bagaimanapun aku sudah dilahirkan di tubuh ini. Jadi, aku harus menjaga tubuh ini sebaik mungkin.

Menurut ingatanku tentang kisah kekaisaran ini, Permaisuri malang ini adalah gadis polos dan baik. Ia ditusuk oleh Mantan Permaisuri sebelumnya karena iri.

Tragis sekali kematiannya, iya kematianku juga tragis.

"Permaisuri, anda tidak apa apa...." pandangan mataku tertuju terhadap laki-laki yang menggunakan setelan ala Raja. biar kutembak, dia adalah Kaisar.

Aku melirik ke leher sebelah kanannya dan menemukan dua tahi lalat. Dan itu memperkuat bahwa dia adalah Kaisar. Karena di novel yang aku baca disebutkan bahwa kaisar memiliki dua tahi lalat di sebelah kanan lehernya.

"Saya tidak apa-apa Kaisar."ujarku mencoba menghibur Kaisar yang satu ini.

"Apakah pemberontak itu sudah anda tangkap, Kaisar ?" jangan bertanya kenapa aku menanyakan tentang si pemberontak itu. Karena aku sudah berulang kali menjadi Ratu dan aku tidak akan menjadi Ratu yang baik di kehidupan yang ber ulang-ulang. Aku tidak ingin di injak-injak.

Jika informasinya sama dengan apa yang aku baca. Berarti seharusnya kaisar ini tidak begitu mencintai sang Permaisuri. Ia hanya peduli kepada sang Permaisuri karena Permaisuri adalah ratu yang baik dan sangat dicintai oleh rakyatnya.

"Apakah kau ingin membalas dendam terhadapnya ? bagaimanapun dia dalam bibiku. "

Wah... aku sangat kesal mendengar semua pembicaraan ini. Dan sepertinya aku harus menarik garis dasar agar si Kaisar mengerti bahwa seseorang yang sekali terluka tidak akan mudah memaafkan untuk kedua kalinya.

"Apa anda tahu Yang Mulia Kaisar ? selama beberapa dekade ini aku selalu berusaha untuk menjadi Permaisuri yang baik. yang pantas untuk berada di sisimu."

"Dan aku juga tahu bahwa engkau tidak pernah mencintaiku selayaknya seorang wanita, engkau hanya membutuhkanku untuk memimpin Negara ini, menjadi Citra bagi kekaisaran ini. namun, apakah Anda juga tahu bahwa, manusia memiliki batas rasa sabar dan aku tidak akan menjadi orang yang sama setelah melalui kematian."

Aku melihat tatapan Kaisar yang penuh rasa bersalah. Aku menundukkan kepalaku dan mencoba menghayati peran yang saat ini aku dapatkan.

"Setelah melalui jembatan kematian yang penuh dengan berbagai macam rintangan dan kegelapan, apakah Anda berharap saya akan menjadi orang yang sama ?" tanyaku penuh penghayatan menatap mata Sang Kaisar.

Mungkin karena rasa bersalahnya Kaisar pun pergi meninggalkan aku di kamar ini sendirian. Kamar yang saat ini dijaga ketat oleh para prajurit yang terlatih dan para dayang yang siap mengorbankan nyawa mereka demi melindungi Sang Permaisuri yang terkenal sangat baik.

Aku tidak akan merubah citra dasar Permaisuri yang baik dan berhati mulia. Aku hanya ingin memupuk sedikit mental dan kekuatannya agar tidak mudah diinjak oleh orang lain. Karena selama aku menjadi ratu di kehidupan sebelumnya, aku tidak akan biarkan orang lain menginjak-injak harga diriku.

Aku memaksakan untuk berdiri. Aku mengatakan kepada para dayang untuk mengantarkanku ke penjara di mana si mantan permaisuri itu berada. Aku ingin melihat seperti apa tampang seseorang yang sudah membuat Permaisuri yang baik ini meninggalkan dunia.

Aku menginjakkan kakiku di lorong penjara yang dingin dan gelap. Di kehidupan sebelumnya aku sudah terbiasa dengan keluar masuk penjara untuk melihat para pengkhianat. Jadi aku tidak akan takut lagi. Aku melihat beberapa gadis-gadis diletakkan di ruangan yang sama. mereka adalah para Selir Kaisar yang sekarang. Yang ikut andil dalam perencanaan pembunuhan Permaisuri.

"Kau masih hidup ? bagaimana mungkin. aku mendengar dari para penjaga bahwa kau mungkin tidak selamat karena darahmu habis."

Wah wanita ini sangat berani. Aku bahkan langsung mengenalinya bahwa dia adalah mantan permaisuri.

Aku menyuruh pelayan mengambil kursi dan duduk dengan tenang di hadapan mereka.

Aku awalnya tersenyum manis mencontoh bagaimana mendiang Permaisuri tersenyum manis terhadap para selir dan mantan permaisuri yang sangat menjijikkan ini.

Namun dengan cepat juga aku merubah tatapan mataku dan langsung mengintimidasi mereka semua.

"Iya para prajurit itu benar, aku sempat mengalami masa kritis dan aku hampir saja mati karena ulah bodoh mu itu."

Itu masih kalimat pertama, aku menggunakan cara berbicara yang berbeda dan mereka sudah sangat terkejut.

"Aku berhasil selamat berkat salah seorang yang akhirnya ingin memberikan darahnya kepadaku. Selamat, sekarang aku bisa duduk di hadapanmu dengan amat sangat sehat dan sentausa."

"Baiklah sekarang Permaisuri Venezuela Yang lama sudah tidak ada. Aku adalah Permaisuri yang baru, aku sudah melewati segala hal rintang di jalan kematian sehingga aku tahu bahwa selama ini kalian hanya berpura-pura baik terhadapku."

Aku tersenyum sinis menatap mereka yang kesal dengan kondisiku yang sekarang sangat baik-baik saja.

"Baiklah kembali ke topik utama, jadi apa hukuman yang pantas untuk kalian semua ini."

Ucapan ku barusan membuat para selir dan mantan permaisuri merubah wajahnya menjadi panik. Mereka menatap satu sama lain lalu menatapku, aku menatap balik mereka dengan tatapan yang lebih kuat seakan mengisyaratkan kepada mereka bahwa aku tidak akan memaafkan mereka karena aku bukanlah orang yang sama seperti mereka bully dulu.

"Oke oke kita geser sedikit topiknya. Jadi, apa permintaan terakhir kalian...?"

Aku berbicara dengan nada sedikit mengejek dan tertawa. Ya, aku menertawakan tentang kehidupan mereka yang akan berakhir beberapa hari ke depan.

"Yang Mulia Kaisar tiba."

Aku menoleh melihat kaisar memasuki ruangan ini, bersama beberapa ajudannya. Aku tersenyum manis menatapnya seakan-akan mengatakan

'aku baik-baik saja bukankah sudah kukatakan aku bukan orang yang sama.'

"Permaisuri, apa yang anda lakukan di sini..?" tanya Sang Kaisar dengan sedikit nada khawatir.

Aku berdiri dan memberi salam terhadap Kaisar lalu menatap para penjahat itu lagi.

"Saya sedang membicarakan tentang hukuman apa dan apa pesan terakhir mereka."

Kaisar sedikit terkejut dengan apa yang barusan ku katakan. Namun ia dengan cepat segera mengerti bahwa bagaimanapun kondisi dan caranya aku tidak akan memaafkan orang-orang yang sudah menjatuhkan ku.

"Lalu apa yang ingin anda lakukan terhadap mereka?"

Aku menggedikkan bahuku. Aku juga belum tahu apa yang ingin aku lakukan. Sebelumnya ketika aku menghukum penghianat, aku akan menghukum orang tua mereka juga. Tapi menurut ingatanku dari novel yang kubaca, orang tua mereka semua tidak terlibat dalam kejahatan ini. Jadi aku harus berpikir ulang apa yang harus kulakukan.

"Kumpulkan keluarga para penjahat ini dan perintahkan mereka semua datang nanti sore." ujarku terhadap dayang yg ada di belakangku.

"Saya sudah selesai Yang Mulia, kalau begitu saya permisi dulu."

Aku pergi meninggalkan Kaisar dan para ajudannya, membawa para dayang-dayangku ke ruangan Permaisuri. ruangan ini sangat luas seperti sebuah aula, namun ini adalah ruangan milik Permaisuri yang digunakan untuk melakukan tugas-tugasnya sebagai Permaisuri.

Menurut yang ku baca, Permaisuri sebelumnya sangat suka mendengar keluhan rakyat. Ia membantu rakyat memecahkan masalahnya maka dari itu ia mendapatkan sanjungan dan cinta yang sangat besar dari rakyat-rakyatnya.

Aku duduk di tempatku dan melihat dokumen-dokumen. aku melihat semua dokumen yang telah diselesaikan, yang hampir seluruhnya adalah keluhan rakyat entah itu masalah pertanian peraturan umum dan juga pajak.

Tubuhku masih lemas dan sakit akibat ulah dari para bajingan itu. Aku tidak bisa ber aktifitas terlalu banyak.

וו×

Sore hari berlalu begitu cepat, para keluarga dari para selir telah berkumpul di ruangan Permaisuri. Semua tampak sedih dan cemas tentang apa hukuman yang akan mereka dapatkan.

Aku duduk di ujung dari meja dan menatap mereka semua. Tatapan mereka terhadapku seperti takut dan khawatir ada juga yang menatapku biasa saja seperti sudah mengetahui bahwa aku orang yg baik.

Oh ya, ada yang belum aku beritahu. karena Dewa memberiku anugerah untuk hidup berulang kali, sampai aku merasakan kebosanan. aku juga memiliki kekuatan untuk membaca pikiran jadi aku tahu apa yang sekarang dipikirkan oleh para orang tua ini.

"Jadi, kalian sudah mengetahui alasan kenapa aku memanggil kalian.. ?"

"Tidak Yang Mulia Permaisuri."

Aku mengangguk tenang. Seorang dayang meletakkan dokumen yg berisi informasi dari para selir dan keluarganya. Aku membaca sekilas dan memandang mereka. Membaca isi pikiran mereka saat ini.

"Aku mengundang kalian kemari bukan untuk memaafkan Putri kalian, tapi untuk bertanya kepada kalian apakah kalian juga bertanggung jawab atas insiden ini."

Aku menatap kepada sepasang orang tua yang berada di paling ujung.

"Contohnya seperti mendorong mereka untuk terobsesi dengan posisi permaisuri dan menghalalkan segala cara untuk merebutnya."

Aku tahu isi pikiran mereka sekarang. Mereka panik karena mereka selalu menekankan kepada putri mereka untuk menjadi Permaisuri.

"Aku juga ingin mendengar keterangan dari kalian untuk menentukan apa hukuman yang baik untuk kalian semua. Aku tidak akan menghukum kalian semua, hanya sebagian yang akan pergi bersama putri kalian dengan tenang."

"Kami tidak pernah menghasut putri kami untuk merebut Tahta Permaisuri Yang Mulia. kami hanya melatihnya untuk merebut hati Yang Mulia Kaisar. karena menjadi selir tidaklah mudah untuk diperhatikan oleh Kaisar. dan jika telah mendapat hati Kaisar maka mungkin kehidupannya akan sedikit lebih mudah."

"Jadi kau melatih anakmu untuk menjadi seorang penggoda ?"

Aku sangat menikmati ekspresi mereka ketika mendengar kata-kataku barusan. Menatapku dengan kesal seolah-olah berkata 'apa maksudmu'

"Yang kami tahu, jika seorang selir mendapatkan perhatian Kaisar maka ia tidak akan di bully oleh selir lainnya Yang Mulia."

"Jadi apa hukuman yang terbaik untuk Putri mu ?"

Orang tua tersebut terdiam. Padahal mereka berasal dari golongan bangsawan tinggi yang biasa menghukum para dayang nya ketika mereka melakukan kesalahan. Mereka terbiasa untuk menghukum orang lain, kenapa untuk menentukan hukuman Putri mereka sangat sulit.

"Tolong jangan hukum kami Yang Mulia, berikanlah kami kesempatan untuk hidup." ujar salah seorang dari mereka.

"Tunggu biar kuingat,ah kau Duke Charles kan."

pria itu pun mengangguk mengiyakan pernyataanku barusan.

"Jadi, kau tidak keberatan apabila aku menghukum putrimu ?" tanya ku tanpa bertele-tele

"Putri saya sudah melakukan kesalahan. Dengan merencanakan pembunuhan Anda yang mulia Permaisuri, maka dari itu ia berhak untuk menanggung akibatnya juga."

Aku mengangguk setuju dengan apa yang barusan ia katakan. Dan aku juga tahu dalam pikirannya ia lebih mementingkan keselamatannya sendiri daripada nyawa Putri semata Wayangnya.

"Kalau begitu, apakah kau setuju untuk diasingkan ke tempat lain dan menurunkan gelarmu ?"

Duke Charles pun mengangguk. Wah, orang tua yang sangat bajingan. Ia bahkan tidak peduli dengan putrinya dan hanya memikirkan bagaimana caranya untuk tetap hidup.

"Baiklah aku akan menurutinya, aku akan menyuruh ajudanku untuk mengurus penurunan gelarmu. dan engkau akan diasingkan di wilayah paling selatan kekaisaran ini."

Duke Charles menunduk lega, dalam pikirannya pun ia sedikit senang bahwa ia akan hidup lebih lama dan dapat menikmati kesenangan di dunia ini. Apakah kalian pernah menemukan Ayah seperti ini ?

"Bagaimana dengan yang lain Countess Margaret ?"

Wanita setengah baya itu menatapku dengan takut. Dalam pikirannya dia takut untuk dihukum mati bersama dengan putrinya yang sangat tidak tahu diri.

Dia memikirkan tentang pola pendidikannya bahwa ia tidak pernah sekalipun mengajarkan putrinya untuk berusaha merebut tahta Permaisuri. melainkan ia selalu mengajarkan putrinya untuk dekat dengan Permaisuri agar kehidupannya lebih mudah di Istana Kekaisaran ini.

"Saya,saya bersedia menerima segala keputusan Anda Yang Mulia Permaisuri."

Aku mengangguk dengan tenang mendengar apa yang barusan Countess Margaret katakan.

"Baiklah engkau akan di asingkan menjadi rakyat biasa di bagian paling utara Kekaisaran ini. Kau akan tinggal di sebuah desa terpencil dan menjadi seorang petani."

Air mata Countess Margaret pun berlinang. Separuh pikirannya berkata bahwa ia senang karena ia selamat. Dan separuh pikirannya mengatakan ia sedih karena ia harus kehilangan putrinya.

"Duke dan Duchess Arthalas. Anda sedari tadi diam dan menunduk di ujung sana."

Aku mau manggil sepasang suami istri itu dengan ada yang sangat kesal. Sebab mereka adalah seseorang yang menganggap santai pertemuan ini. Dan mereka adalah orang tua yang mengajarkan kepada putri mereka untuk merebut Tahta Permaisuri dengan segala cara.

"Apa yang harus kami katakan Yang Mulia Permaisuri, bagaimanapun anda akan menghukum mati putri kami dan mengasingkan kami." ujar Duke Arthalas santai

"Aku sudah mengatakan di awal sebelumnya. Bahwa hanya beberapa orang yang akan diasingkan, dan beberapa orang lainnya akan pergi dengan putri mereka contohnya kalian." ujarku dengan tegas.

"Apakah anda sudah gila Yang Mulia Permaisuri ? kita ini masih satu keluarga. Permaisuri, anda dan juga saya masih berada di dalam satu garis darah kerajaan yang sama."

"Kenapa kalian tidak mengatakan itu terhadap putri kalian ?" ujarku sambil meletakkan pena yg dari tadi ku pegang.

"Kalian selalu mengajari Putri kalian bahwa aku dan dia bukanlah keluarga dan aku dan dia adalah saingan."

Kata-kata aku barusan menarik perhatian para dayang dan juga keluarga sendiri lainnya.

"Oh dan satu lagi, Putri kalian sudah melakukan banyak sekali percobaan pembunuhan terhadap ku. hanya saja pihak kekaisaran tidak mem beberkannya ke media, agar nama Putri kalian dan jabatan kebangsawanan kalian tetap terjaga."

"Menurutmu, seberapa banyak kejahatan yang telah dilakukan oleh Putri mu atas dasar obsesi yang ditanamkan oleh orang tuanya bahwa ia harus mendapatkan tahta permaisuri apapun Yang terjadi."

Duke Arthalas berdiri dan menggebrak meja tidak terima. Ia akhirnya menampakkan sikap aslinya. yg dari tadi ia sembunyikan.

"Karena kamu yang tidak cocok untuk menjadi Permaisuri. kau tidak sepintaran secantik putriku. kenapa putriku yang menjadi selir. aku tahu kepalsuan dalam pemilihan permaisuri saat itu. dan kau seenak jidat okang-ongkang kaki membanggakan dirimu sebagai Permaisuri yang baik."

"Pemilihan permaisuri ya, maksudmu saat putrimu dengan sengaja menaruh obat pelancar perut di dalam minumanku ?"

"Atau saat dia mencampurkan sedikit air ramuan tumbuhan di dalam wadah yang digunakan ku untuk mencuci wajah ?"

"Agar wajahku hancur karna gatal."

Sepasang suami istri itu pun terdiam seakan rencana mereka sudah terbongkar semua. Dan tidak ada celah untuk mereka bersembunyi.

"PRAJURIT !!!"

Para prajurit masuk ke dalam ruangan dan menahan sepasang suami istri itu. Meskipun Duke dan Duchess Arthalas sempat melawan. Mereka akhirnya tenang dalam paksaan prajurit.

"Bahwa mereka ke dalam penjara keputusan sudah dijatuhkan bahwa mereka akan dihukum mati bersama putri mereka."

Duke dan Duchess Arthalas pun di bawa pergi. menyisakan rasa tidak nyaman. Aku memberikan dokumen terhadap ajudan ku dan menyuruh mereka untuk mengurus soal pengasingan para orang tua ini.

"Pertemuan ini sampai di sini dulu, besok pagi kita akan lanjutkan. Kalian silakan berkemas dan silahkan habiskan sisa waktu kalian di tempat ini sebaik mungkin." aku meng akhiri pertemuan dan langsung pergi ke kamar ku.

Aku menatap wajahku di cermin. Menyisakan sedikit luka atas segala kenangan. Di kehidupan manapun itu. Selalu ada orang yg berkhianat, selalu ada orang yg memanfaatkan kebaikan kita. Dan banyak hal lain yg tidak kita ketahui.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status