Share

Bab 100. Ancaman Desta

Penulis: Rina Novita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-30 15:46:29

POV RATNA

“Desta … kenapa kamu telepon sekarang, sih?!” suaraku hampir meledak. Aku menengok sekilas ke arah ruang tengah, memastikan Galang dan ibunya tidak mendengar suaraku dan tidak menyadari kepanikanku.

Di seberang sana, suara Desta terdengar terburu-buru dan memohon, “Mbak, aku lagi butuh duit banget. Tolongin, dong!”

Aku mengepal tangan. Anak ini … selalu saja begitu.

“Iya nanti!” desisku, berusaha menahan emosi. “Sekarang aku lagi di Bandung, di rumah mertuaku. Jangan ganggu dulu. Tunggu sampai aku yang hubungi!”

Tapi benar saja, Desta tidak pernah bisa mendengar kata tunggu.

“Nggak bisa, Mbak! Aku dikejar-kejar debt collector nih. Apa aku suruh aja mereka ke tempat Mbak sekarang?”

Aku refleks menegang. “Gila kamu! Kenapa aku jadi dibawa-bawa?!” Suaraku pelan, tapi tetap penuh emosi. “Butuh berapa, sih? Lagian kamu punya utang buat apa? Aku kan sering kasih kamu uang!”

Desta malah tertawa, ia masih saja santai membuat kepalaku cenat-cenut. “Namanya juga anak muda, Mbak. Aku
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Magda
kena deh ratna... bentar lagi kebongkar ratna desta lanjut bimo sela lanjut...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Ketika Suamiku Tak Lagi Mampu   Bab 130. Kamu Harus Kuat

    POV GALANG"Lakukan yang terbaik untuk Vania, saya yang akan membiayai semuanya!"Aku menyerahkan kartu debitku ke petugas kasir tanpa pikir panjang. Suaraku terdengar lebih tegas daripada biasanya, bahkan aku sendiri terkejut dengan ketegasan itu. Tapi melihat nama Vania tertulis di formulir pasien, lalu mengingat wajah pucatnya di UGD tadi, aku tidak bisa diam.Aku melirik Bimo sekilas, penuh kekesalan. Andai dia bicara baik-baik, mungkin aku masih bisa bantu dia tanpa harus melihat ekspresi memalukan seperti ini. Tapi ya begitulah, Bimo tetap Bimo. Laki-laki yang tidak bisa diharapkan sejak dulu.Uang? Sudah pasti habis di meja judi. Tidak mungkin dia punya simpanan lima puluh lima juta. Setelah administrasi selesai, aku berjalan cepat menuju ruang UGD. Bimo mengikuti dari belakang “Lang, makasih udah bantuin aku.”Bimo menyusul, merapat ke sampingku sambil menunduk dalam.Aku menghela napas kasar. “Maaf, yang aku bantu bukan kamu, tapi Vania dan bayinya.”Kali ini aku bicara ta

  • Ketika Suamiku Tak Lagi Mampu   Bab 129. Suaminya itu Aku

    POV BIMO"HARUS … OPERASI?" Suara Galang terdengar pecah, seolah dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dokter katakan."Ya, Pak," jawab dokter itu cepat dan tegas. "Pasien mengalami pendarahan cukup banyak. Operasi harus dilakukan sesegera mungkin. Karena ini bisa membahayakan janin juga."Wajah Galang langsung pucat. Sangat pucat. Dia tampak panik, matanya membesar, napasnya memburu.Hei! Yang suaminya Vania itu aku. Kenapa dia yang panik seperti orang mau kehilangan istrinya?Tapi, tentu aku nggak mungkin bikin keributan di sini. Kalau aku teriak-teriak atau marah-marah, bisa-bisa aku diusir dan nggak bisa dampingi Vania sama sekali."Untuk suami Bu Vania, silakan ikut saya ke ruangan untuk tanda tangan persetujuan operasi," ucap dokter itu lagi … sambil menatap Galang.Gila aja!Yang suaminya Vania itu aku, bukan Galang!Kenapa dia bicara ke arah Galang?Sebaiknya aku maju saja."Ehm! Dok, saya suaminya Vania," ucapku cepat sambil melangkah ke depan.Dokter itu menoleh, mena

  • Ketika Suamiku Tak Lagi Mampu   Bab 128. Pendarahan

    POV BIMO Begitu mendengar suara itu, seluruh tubuhku langsung kaku. Aku menoleh pelan ke arah pintu mobil. Di sana … Vania sudah berdiri dengan wajah kesal. Tatapannya tajam, tapi suaranya tetap datar. “Ini masih wilayah restoranku. Sebaiknya kalian cari hotel saja, sana!” Jantungku rasanya jatuh dari tempatnya. Secepat kilat aku teringat tujuan utamaku datang ke restoran ini, yakni untuk minta maaf ke Vania. Tapi sekarang dia melihatku kayak gini? Aku buru-buru turun dari mobil, hampir tersandung karena panik. “Vania, maaf. Aku … ah! Ini gara-gara Sela. Dia yang menggoda aku duluan.” Sela langsung memutar bola matanya sambil menyandarkan tubuh ke jok. “Ih, Mas Bimo yang peluk aku duluan. Udah deh Mas, ngaku aja!” “Sela, diam dulu!” bentakku, lalu cepat-cepat mengejar Vania. “Vania, please, aku minta maaf. Tolong percaya aku!” seruku sambil mempercepat langkah. Vania tidak sedikit pun melirik ke arahku. Tangannya menggenggam apron restoran dengan kuat. Wajahnya datar, tapi aku

  • Ketika Suamiku Tak Lagi Mampu   Bab 127. Ajakan Sela

    POV BIMO "Kenapa sih si Galang suka sekali makan di sini? Kenapa Vania harus selalu temani dia?" gumamku sambil berdiri di depan pintu ruang private restoran. Dari celah pintu, aku bisa mendengar suara mereka samar-samar. Sudah hampir seminggu ini Galang makan malam di sini terus, dan setiap kali datang, Vania yang melayaninya langsung. Aku tahu itu cuma pekerjaan Vania. Tapi tetap saja, ada rasa nggak enak di dada. Apalagi setelah kejadian dia mau pergi dari rumah. Aku masih ingat jelas wajahnya waktu bilang ingin bercerai. Itu membuatku kepikiran terus. "Permisi, Pak Bimo." Aku tersentak. Aku menoleh, ternyata Adrian telah berdiri di belakangku bersama dua orang pria lain. "Adrian?" sapaku kaget. Adrian mengangguk sopan. "Ya, Pak Bimo. Kami hendak makan di dalam, bersama Pak Galang." "Oh ya, silakan," jawabku sambil bergeser memberi jalan. Dalam hati aku menghela napas. Ternyata Vania nggak cuma berdua sama Galang. Ada Adrian dan dua anak buah Galang lainnya. Pikiranku sedi

  • Ketika Suamiku Tak Lagi Mampu   Bab 126. Pindah

    POV BIMO"Tunggu, Vania!" seruku spontan. Suaraku terdengar lebih keras dari yang kusadari. "Aku sudah bilang, aku tidak akan pernah menceraikan kamu."Vania sama sekali tidak menggubris. Dia bahkan tidak menoleh. Tangannya cekatan menarik resleting koper sampai rapat, lalu berdiri sambil mengangkat gagangnya. Gerakannya tegas, seperti seseorang yang sudah yakin seratus persen dengan keputusannya.Ia berjalan melewatiku begitu saja. Aku sempat ingin menahan lengannya, tapi aku ragu. Takut salah gerak, takut membuatnya semakin yakin pergi.Begitu Vania sampai di pintu, dia tertegun. Matanya membesar."Loh … kenapa barang-barang ini tidak jadi dipindahkan?" tanyanya pada para karyawannya yang masih berdiri kikuk di depan rumah."Aku yang suruh mereka," jawabku cepat.Vania langsung menoleh. Tatapannya tajam, dingin, tapi tidak berteriak. Justru itu membuatku semakin tegang."Mas, kamu memang senang ya mempersulit aku," katanya datar. “Pokoknya keputusanku sudah bulat. Kalau kamu tidak b

  • Ketika Suamiku Tak Lagi Mampu   Bab 125. Cuma Tukang Nasi

    POV BIMO"Eh, Lang. Aku mau tanya sama kamu. Sebenarnya ada hubungan apa antara kamu dan istriku?"Pertanyaan itu keluar begitu saja. Awalnya aku hanya ingin memastikan sesuatu. Bukan karena aku benar-benar curiga Galang punya perasaan pada Vania. Aku tahu diri. Aku tahu siapa Galang. Dia orang kaya, posisinya tinggi, seleranya pun pasti tinggi. Kalau pun dia suka perempuan, pasti tipe seperti Ratna atau yang levelnya sama.Vania? Cuma tukang nasi.Cantik sih, sekarang lebih rapi, lebih bersih, lebih bersinar. Teman-temanku pun sempat bilang begitu. Tapi tetap saja, dia bukan tipe wanita yang akan dilirik pria seperti Galang.Tapi Galang masih diam saja. Ekspresinya datar. Aku sempat salah tingkah.Jangan-jangan dia marah?Kemarin aku memang sempat cemburu waktu dia makan bersama Vania dan bilang sesuatu yang tidak bisa kudengar. Tapi aku cepat sadar, tidak mungkin Galang suka pada Vania. Ini pasti karena dia kasihan sama Vania. Lagi pula, Galang sampai sekarang belum punya anak. Mung

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status